HIPMI bertekad cetak 5000 pengusaha baru
24 Juli 2020 11:53 WIB
Pengurus HIPMI pusat dalam suatu kegiatan Ketua Departemen Bidang 10 Pemuda dan Olah Raga, Fransiskus (Frank) Faozisokhi L (duduk paling kiri) dan Ketua Umum Mardani H Maming (duduk nomor empat dari kiri). (ANTARA/HO-HIPMI)
Jakarta (ANTARA) - Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI) bertekad mencetak 5000 pengusaha untuk mendukung pemerintah menggerakkan ekonomi di masa normal baru.
"Sesuai arahan Ketua Umum (Mardani H Maming) kita akan mencetak 5.000 pengusaha untuk menggerakkan ekonomi di masa normal baru," kata Ketua Departemen Bidang 10 Pemuda dan Olah Raga, Fransiskus (Frank) Faozisokhi L di Jakarta, Jumat.
Frank mengatakan tekanan terhadap ekonomi akibat wabah COVID-19 seharusnya menjadi momentum yang tepat dalam merevitalisasi peran strategis pemuda/ pemudi sebagai pelaku pasar ekonomi.
"Dengan meningkatnya jumlah wirausaha muda baru di Indonesia diharapkan dapat menciptakan efek berantai (multiplier effect') bagi ekonomi nasional, sekaligus menjadi jalan keluar dari dampak wabah COVID-19," kata Frank.
Terkait rencana mencetak 5.000 pengusaha baru, HIPMI telah menjalin kerja sama dengan Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora).
Baca juga: Hipmi siap minimalisir PHK di tengah pandemi
Sebelumnya dalam webinar bertajuk "Pemuda Enterpreuneur Jalan Menuju Indonesia Emas" Ketua BPP HIPMI, Mardani H. Maming mengatakan untuk mencetak pengusaha baru ada beberapa tantangan salah satunya mengubah pola pikir (mindset) yang harus tumbuh dari dalam dirinya.
Dalam seminar yang dihadiri Menpora Zainuddin Amali, Pengusaha Sandiaga S Uno, dan pengamat ekonomi INDEF Bhima Yudhistira tersebut, Mardani menjelaskan pengusaha muda memegang peranan penting dalam mempercepat roda perekonomian, terutama untuk membangkitkan ekonomi di tengah COVID-19 seperti sekarang ini.
Keterlibatan pemerintah juga penting, lanjut Maming, sebagai upaya mempercepat lahirnya pengusaha baru.
"Kita butuh pengusaha muda, sebab industri atau ekonomi kreatif sangat strategis ke depan bagi pelaku industri dan perekonomian nasional. Saya berharap, dalam mencetak pengusaha muda nantinya juga akan terlihat target dan gambaran pemerintah akan peran masyarakat, para talenta, dan pekerja kreatif, pemetaan industri kreatif yang unggulan di pasar domestik dan asing, serta peran wirausahawan nasional," ucapnya.
Baca juga: HIPMI dukung media berbasis internet diatur dalam revisi UU Penyiaran
Hal senada juga disampaikan Ketua Bidang Pendidikan, Riset, Sosial, Pemuda dan Olahraga BPP HIPMI Harmen Saputra, sebagai wujud komitmennya dalam dukungan mencetak pengusaha muda baru di Indonesia, upaya bersama memajukan ekonomi kreatif sangatlah penting.
Menurut Harmen besarnya kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian nasional, baik dari sisi sumbangan terhadap pendapatan nasional maupun serapan terhadap tenaga kerja.
"Yang kita ketahui selama ini, pemerintah fokus kepada bagaimana menciptakan pekerjaan dalam dunia kewirausahaan. Untuk itu, kami berkoordinasi kepada Ketua Umum BPP HIPMI bagaimana pengembangan jumlah tenaga kerja dan menginisiasi terciptanya 'Indonesian Entrepreneurship Camp'. Ini harapan kita yang konkret, ada koordinasi antara HIPMI dan Kemenpora sebagai pelaku kebijakan," ungkap Harmen.
Bahkan, jelas Harmen, kebijakan untuk melahirkan wirausaha nasional mendapat dukungan pemerintah karena dimasukkan ke dalam program prioritas Kementerian Pemuda dan Olah Raga 2020-2024.
Baca juga: HIPMI: Pemerintah perlu buat regulasi dorong anak muda jadi pengusaha
Lebih jauh Frank menjelaskan berdasarkan data Kementerian Pemuda dan Olah Raga tahun 2017 jumlah pengusaha muda di Indonesia hanya sekitar 1,5 juta jiwa. Faktanya, hal ini menjadi masalah sebab rasio antara jumlah pemuda di Indonesia sekitar 60 juta jiwa dengan pengusaha dari kalangan muda masih jauh dari angka proporsional.
"Kondisi demikian tentu dapat menyebabkan peran serta andil pengusaha muda dalam memajukan ekonomi Indonesia, belum bisa maksimal dan efektif," ujar Frank.
Di sisi lain, survei Global Entrepreneurship Monitor (GEM) melaporkan bahwa kecenderungan berwirausaha masyarakat Indonesia adalah tertinggi kedua di ASEAN setelah Filipina.
Hal ini tentu saja menjadi modal yang baik sebagaimana prediksi pemerintah Indonesia bahwa pada 2030, jumlah penduduk usia produktif diperkirakan di atas 60 persen dan 27 persen adalah penduduk muda yang memiliki potensi menjadi pengusaha.
Baca juga: HIPMI ajak pemuda gelorakan semangat Bung Karno bangun ekonomi tangguh
"Peluang tersebut seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah dengan menciptakan dan mengembangkan generasi muda pengusaha," tutup Frank.
"Sesuai arahan Ketua Umum (Mardani H Maming) kita akan mencetak 5.000 pengusaha untuk menggerakkan ekonomi di masa normal baru," kata Ketua Departemen Bidang 10 Pemuda dan Olah Raga, Fransiskus (Frank) Faozisokhi L di Jakarta, Jumat.
Frank mengatakan tekanan terhadap ekonomi akibat wabah COVID-19 seharusnya menjadi momentum yang tepat dalam merevitalisasi peran strategis pemuda/ pemudi sebagai pelaku pasar ekonomi.
"Dengan meningkatnya jumlah wirausaha muda baru di Indonesia diharapkan dapat menciptakan efek berantai (multiplier effect') bagi ekonomi nasional, sekaligus menjadi jalan keluar dari dampak wabah COVID-19," kata Frank.
Terkait rencana mencetak 5.000 pengusaha baru, HIPMI telah menjalin kerja sama dengan Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora).
Baca juga: Hipmi siap minimalisir PHK di tengah pandemi
Sebelumnya dalam webinar bertajuk "Pemuda Enterpreuneur Jalan Menuju Indonesia Emas" Ketua BPP HIPMI, Mardani H. Maming mengatakan untuk mencetak pengusaha baru ada beberapa tantangan salah satunya mengubah pola pikir (mindset) yang harus tumbuh dari dalam dirinya.
Dalam seminar yang dihadiri Menpora Zainuddin Amali, Pengusaha Sandiaga S Uno, dan pengamat ekonomi INDEF Bhima Yudhistira tersebut, Mardani menjelaskan pengusaha muda memegang peranan penting dalam mempercepat roda perekonomian, terutama untuk membangkitkan ekonomi di tengah COVID-19 seperti sekarang ini.
Keterlibatan pemerintah juga penting, lanjut Maming, sebagai upaya mempercepat lahirnya pengusaha baru.
"Kita butuh pengusaha muda, sebab industri atau ekonomi kreatif sangat strategis ke depan bagi pelaku industri dan perekonomian nasional. Saya berharap, dalam mencetak pengusaha muda nantinya juga akan terlihat target dan gambaran pemerintah akan peran masyarakat, para talenta, dan pekerja kreatif, pemetaan industri kreatif yang unggulan di pasar domestik dan asing, serta peran wirausahawan nasional," ucapnya.
Baca juga: HIPMI dukung media berbasis internet diatur dalam revisi UU Penyiaran
Hal senada juga disampaikan Ketua Bidang Pendidikan, Riset, Sosial, Pemuda dan Olahraga BPP HIPMI Harmen Saputra, sebagai wujud komitmennya dalam dukungan mencetak pengusaha muda baru di Indonesia, upaya bersama memajukan ekonomi kreatif sangatlah penting.
Menurut Harmen besarnya kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian nasional, baik dari sisi sumbangan terhadap pendapatan nasional maupun serapan terhadap tenaga kerja.
"Yang kita ketahui selama ini, pemerintah fokus kepada bagaimana menciptakan pekerjaan dalam dunia kewirausahaan. Untuk itu, kami berkoordinasi kepada Ketua Umum BPP HIPMI bagaimana pengembangan jumlah tenaga kerja dan menginisiasi terciptanya 'Indonesian Entrepreneurship Camp'. Ini harapan kita yang konkret, ada koordinasi antara HIPMI dan Kemenpora sebagai pelaku kebijakan," ungkap Harmen.
Bahkan, jelas Harmen, kebijakan untuk melahirkan wirausaha nasional mendapat dukungan pemerintah karena dimasukkan ke dalam program prioritas Kementerian Pemuda dan Olah Raga 2020-2024.
Baca juga: HIPMI: Pemerintah perlu buat regulasi dorong anak muda jadi pengusaha
Lebih jauh Frank menjelaskan berdasarkan data Kementerian Pemuda dan Olah Raga tahun 2017 jumlah pengusaha muda di Indonesia hanya sekitar 1,5 juta jiwa. Faktanya, hal ini menjadi masalah sebab rasio antara jumlah pemuda di Indonesia sekitar 60 juta jiwa dengan pengusaha dari kalangan muda masih jauh dari angka proporsional.
"Kondisi demikian tentu dapat menyebabkan peran serta andil pengusaha muda dalam memajukan ekonomi Indonesia, belum bisa maksimal dan efektif," ujar Frank.
Di sisi lain, survei Global Entrepreneurship Monitor (GEM) melaporkan bahwa kecenderungan berwirausaha masyarakat Indonesia adalah tertinggi kedua di ASEAN setelah Filipina.
Hal ini tentu saja menjadi modal yang baik sebagaimana prediksi pemerintah Indonesia bahwa pada 2030, jumlah penduduk usia produktif diperkirakan di atas 60 persen dan 27 persen adalah penduduk muda yang memiliki potensi menjadi pengusaha.
Baca juga: HIPMI ajak pemuda gelorakan semangat Bung Karno bangun ekonomi tangguh
"Peluang tersebut seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah dengan menciptakan dan mengembangkan generasi muda pengusaha," tutup Frank.
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2020
Tags: