Teknologi gedung sehat dinilai bisa cegah COVID-19 di Jakarta
23 Juli 2020 22:00 WIB
Deretan gedung bertingkat terlihat dari balik pagar kawat di kawasan Petamburan, Jakarta, Rabu (22/7/2020). Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 hingga Rabu (22/7), terdapat penambahan kasus positif COVID-19 sebanyak 1.882 orang, sehingga total mencapai 91.751 kasus dengan total jumlah pasien sembuh 50.255 orang dan total kasus meninggal dunia 4.459 orang. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.
Jakarta (ANTARA) - Praktisi manufaktur global menilai saat ini gedung-gedung di Jakarta memerlukan teknologi gedung sehat (healthy building) agar dapat membantu proses mencegah penularan virus corona baru (COVID-19).
"Selama ini gedung merupakan lokasi paling rawan sehingga membutuhkan teknologi 'healthy building' agar terhindar dari COVID-19 pada masa normal baru," kata Presiden Honeywell Indonesia dan Filipina, Roy Kosasih Roy dalam web seminar di Jakarta, Kamis.
Roy menjelaskan pada masa normal baru Pemprov DKI Jakarta sudah mulai membuka beberapa kegiatan ekonomi mulai dari pasar, mal perkantoran, pariwisata (bioskop, museum, dan restoran) dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
"Namun untuk mencegah penularan dibutuhkan juga teknologi untuk melindungi warga yang beraktivitas di dalamnya. Salah satunya penggunaan kamera pengawas berteknologi sensor suhu tubuh serta pengenalan wajah," jelas Roy.
Sedangkan Vice President Honeywell Building Techonologies ASEAN Sharad Yadav menjelaskan teknologi 'gedung sehat' di luar negeri telah menjadi standar gedung perkantoran, bandara udara, hotel, pabrik, dan rumah sakit untuk menghindari klaster COVID-19.
Baca juga: Kamis, kasus positif COVID-19 Jakarta bertambah 416 orang
Prinsip pemanfaatan teknologi dari gedung sehat ini memastikan penghuni di dalamnya selalu dalam keadaan aman, jelas dia.
Menurutnya di tengah wabah sekarang ini ekonomi harus tetap bergerak untuk pemilik bangunan harus memastikan area publik tempat terjadinya aktivitas harus selalu dalam keadaan aman.
Manajemen gedung, menurut Sharad harus memiliki analisa terkini mengenai kondisi gedung termasuk mengetahui kualitas udara.
Roy mengatakan pihaknya telah memiliki teknologi untuk mendukung gedung sehat mulai dari instrumen (dasboard) untuk mengetahui kepadatan di dalam gedung, akses tanpa harus bersentuhan, filter udara dengan sinar ultraviolet, serta terakhir teknologi pengatur udara bertekanan negatif.
Baca juga: "Positivity Rate" COVID-19 Jakarta Pusat 7,4 persen
"Selama ini kerap dikhawatirkan terjadinya penularan virus melalui udara (airborne) maka dibutuhkan udara bertekanan negatif yang dapat diterapkan di rumah sakit, perkantoran, gedung bioskop, pusat belanja, dan sebagainya," jelas Roy.
Roy juga menambahkan teknologi itu juga dapat mengingatkan pengunjung yang lupa menggunakan alat pelindung diri seperti masker atau sarung tangan, termasuk membatasi akses dalam suatu ruangan.
"Selama ini gedung merupakan lokasi paling rawan sehingga membutuhkan teknologi 'healthy building' agar terhindar dari COVID-19 pada masa normal baru," kata Presiden Honeywell Indonesia dan Filipina, Roy Kosasih Roy dalam web seminar di Jakarta, Kamis.
Roy menjelaskan pada masa normal baru Pemprov DKI Jakarta sudah mulai membuka beberapa kegiatan ekonomi mulai dari pasar, mal perkantoran, pariwisata (bioskop, museum, dan restoran) dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
"Namun untuk mencegah penularan dibutuhkan juga teknologi untuk melindungi warga yang beraktivitas di dalamnya. Salah satunya penggunaan kamera pengawas berteknologi sensor suhu tubuh serta pengenalan wajah," jelas Roy.
Sedangkan Vice President Honeywell Building Techonologies ASEAN Sharad Yadav menjelaskan teknologi 'gedung sehat' di luar negeri telah menjadi standar gedung perkantoran, bandara udara, hotel, pabrik, dan rumah sakit untuk menghindari klaster COVID-19.
Baca juga: Kamis, kasus positif COVID-19 Jakarta bertambah 416 orang
Prinsip pemanfaatan teknologi dari gedung sehat ini memastikan penghuni di dalamnya selalu dalam keadaan aman, jelas dia.
Menurutnya di tengah wabah sekarang ini ekonomi harus tetap bergerak untuk pemilik bangunan harus memastikan area publik tempat terjadinya aktivitas harus selalu dalam keadaan aman.
Manajemen gedung, menurut Sharad harus memiliki analisa terkini mengenai kondisi gedung termasuk mengetahui kualitas udara.
Roy mengatakan pihaknya telah memiliki teknologi untuk mendukung gedung sehat mulai dari instrumen (dasboard) untuk mengetahui kepadatan di dalam gedung, akses tanpa harus bersentuhan, filter udara dengan sinar ultraviolet, serta terakhir teknologi pengatur udara bertekanan negatif.
Baca juga: "Positivity Rate" COVID-19 Jakarta Pusat 7,4 persen
"Selama ini kerap dikhawatirkan terjadinya penularan virus melalui udara (airborne) maka dibutuhkan udara bertekanan negatif yang dapat diterapkan di rumah sakit, perkantoran, gedung bioskop, pusat belanja, dan sebagainya," jelas Roy.
Roy juga menambahkan teknologi itu juga dapat mengingatkan pengunjung yang lupa menggunakan alat pelindung diri seperti masker atau sarung tangan, termasuk membatasi akses dalam suatu ruangan.
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2020
Tags: