Dinas PUPR : Butuh Rp124 miliar untuk rekonstruksi Bantaeng
23 Juli 2020 19:42 WIB
Perbaikan tanggul Cekdam Bantaeng yang telah jebol saat diterjang banjir bandang pada 11-12 Juni 2020 lalu di Bantaeng, Kamis (23/7/2020). ANTARA/Kadis PUPR Bantaeng
Makassar (ANTARA) - Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan mencatat dibutuhkan sekitar Rp124 miliar untuk biaya rekonstruksi dampak banjir secara keseluruhan yang menerjang wilayah itu pada 11-12 Juni 2020.
"Kita masih membutuhkan sekitar Rp124 miliar untuk perbaikan seluruh infrastruktur yang terdampak, terdiri dari beberapa bidang seperti jalan, irigasi, sanitasi dan air bersih," kata Kepala Dinas PUPR Bantaeng Andi Sjafaruddin Magau yang dihubungi dari Makassar, Kamis.
Baca juga: Dinas PUPR Bantaeng prioritaskan pemulihan delapan daerah irigasi
Menurutnya, tahapan pengajuan proposal pada rekonstruksi atau penanganan dampak banjir ini secara keseluruhan akan dilakukan tahun depan. "Permohonan program untuk penanganan tahun depan baru akan kita ajukan untuk beberapa tanggul sungai yang rusak," katanya.
Pihak Dinas PUPR Bantaeng kini tengah fokus pada rekonstruksi di beberapa titik yang rawan terhadap keselamatan masyarakat setempat seperti perbaikan Tanggul Cekdam Balang Sikuyu dengan perbaikan secara permanen.
Baca juga: JK pastikan kondisi Bantaeng usai banjir lewat panggilan video
Sjafaruddin mengurai pembangunan Tanggul Cekdam Balang Sikuyu pada tahun 2011 merupakan salah satu upaya oleh Pemerintah Kabupaten Bantaeng sebagai bagian dari mitigasi. Sementara normalisasi sungai ke depan juga dilakukan dengan tahapan pembangunan jangka pendek hingga panjang yang arahnya ke mitigasi bencana.
Selain itu, kata dia, paling penting mengajak masyarakat melakukan perubahan tata guna lahan. Ia meminta masyarakat untuk bijak menggunakan lahan.
Baca juga: BPBD Bantaeng: Kerugian akibat banjir capai Rp33 miliar
"Jika memang tidak memenuhi syarat ditanami palawija, maka jangan tanam palawija, artinya harus tanaman pohon, jangan tanaman semusim karena mempengaruhi kecepatan air dan penyerapan air," katanya.
Hingga sekarang, rekonstruksi yang berlangsung di Kabupaten Bantaeng ialah pada beberapa titik rawan, seperti perbaikan tanggul, jembatan dan daerah irigasi dengan biaya sekitar Rp7 miliar.
Perkembangan perbaikan pada titik tersebut telah mencapai 32 persen untuk keseluruhan penanganan, sejak dua pekan terakhir dengan target pengerjaan sebulan.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantaeng Irfan Fajar mengemukakan banjir Bantaeng berdampak pada sekitar 2.000 kepala keluarga.
"Kemarin banjir disebabkan curah hujan tinggi, salah satu Cekdam bobol di sebelah kanan dan mengakibatkan sebagian kota terendam. Sekarang sudah seperti biasa, kita lakukan pembersihan 12 hari di titik-titik fasilitas saranan umum," katanya.
Irfan mengemukakan perbaikan saluran air yang mengakibatkan air meluap.
Itu kata dia, masih dilakukan hingga saat ini, termasuk mengeruk endapan pada beberapa titik selokan di kota seperti pada area pasar.
"Karena selama ini got tertutup jadi tidak bisa dicek saluran airnya apakah dalam atau tidak, ternyata memang sudah dangkal. Beberapa tanggul yang jebol juga dalam pengerjaan PU, ada memang beberapa tanggul yang perlu ditinggikan," katanya.
"Kita masih membutuhkan sekitar Rp124 miliar untuk perbaikan seluruh infrastruktur yang terdampak, terdiri dari beberapa bidang seperti jalan, irigasi, sanitasi dan air bersih," kata Kepala Dinas PUPR Bantaeng Andi Sjafaruddin Magau yang dihubungi dari Makassar, Kamis.
Baca juga: Dinas PUPR Bantaeng prioritaskan pemulihan delapan daerah irigasi
Menurutnya, tahapan pengajuan proposal pada rekonstruksi atau penanganan dampak banjir ini secara keseluruhan akan dilakukan tahun depan. "Permohonan program untuk penanganan tahun depan baru akan kita ajukan untuk beberapa tanggul sungai yang rusak," katanya.
Pihak Dinas PUPR Bantaeng kini tengah fokus pada rekonstruksi di beberapa titik yang rawan terhadap keselamatan masyarakat setempat seperti perbaikan Tanggul Cekdam Balang Sikuyu dengan perbaikan secara permanen.
Baca juga: JK pastikan kondisi Bantaeng usai banjir lewat panggilan video
Sjafaruddin mengurai pembangunan Tanggul Cekdam Balang Sikuyu pada tahun 2011 merupakan salah satu upaya oleh Pemerintah Kabupaten Bantaeng sebagai bagian dari mitigasi. Sementara normalisasi sungai ke depan juga dilakukan dengan tahapan pembangunan jangka pendek hingga panjang yang arahnya ke mitigasi bencana.
Selain itu, kata dia, paling penting mengajak masyarakat melakukan perubahan tata guna lahan. Ia meminta masyarakat untuk bijak menggunakan lahan.
Baca juga: BPBD Bantaeng: Kerugian akibat banjir capai Rp33 miliar
"Jika memang tidak memenuhi syarat ditanami palawija, maka jangan tanam palawija, artinya harus tanaman pohon, jangan tanaman semusim karena mempengaruhi kecepatan air dan penyerapan air," katanya.
Hingga sekarang, rekonstruksi yang berlangsung di Kabupaten Bantaeng ialah pada beberapa titik rawan, seperti perbaikan tanggul, jembatan dan daerah irigasi dengan biaya sekitar Rp7 miliar.
Perkembangan perbaikan pada titik tersebut telah mencapai 32 persen untuk keseluruhan penanganan, sejak dua pekan terakhir dengan target pengerjaan sebulan.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantaeng Irfan Fajar mengemukakan banjir Bantaeng berdampak pada sekitar 2.000 kepala keluarga.
"Kemarin banjir disebabkan curah hujan tinggi, salah satu Cekdam bobol di sebelah kanan dan mengakibatkan sebagian kota terendam. Sekarang sudah seperti biasa, kita lakukan pembersihan 12 hari di titik-titik fasilitas saranan umum," katanya.
Irfan mengemukakan perbaikan saluran air yang mengakibatkan air meluap.
Itu kata dia, masih dilakukan hingga saat ini, termasuk mengeruk endapan pada beberapa titik selokan di kota seperti pada area pasar.
"Karena selama ini got tertutup jadi tidak bisa dicek saluran airnya apakah dalam atau tidak, ternyata memang sudah dangkal. Beberapa tanggul yang jebol juga dalam pengerjaan PU, ada memang beberapa tanggul yang perlu ditinggikan," katanya.
Pewarta: Nur Suhra Wardyah
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2020
Tags: