Jeddah (ANTARA News) - Dua puluh enam jemaah calon haji asal Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur terlunta-lunta di Bandara King Abdul Aziz (Jeddah) karena wakil perusahaan perjalanan yang mengurusi mereka tidak muncul-muncul, padahal mereka sudah mengeluarkan sekitar Rp500 juta untuk naik haji.
"Kami mencoba mengatasi bersama-sama agar bisa melanjutkan ibadah haji," ujar Arfan Safir, salah seorang dari mereka ketika ditemui di ruang tunggu Bandara KAA Jeddah, Minggu dinihari.
Arfan mengaku berangkat menunaikan ibadah haji berlima bersama mertua, isteri, kakak dan anaknya setelah melunasi biaya haji sebesar Rp300-juta kepada perusahaan biro jasa PT. Bina Paksi Nusa Wisata (BPNW) Cabang Kutai yang berkantor pusat di Jakarta.
"Jumlah itu belum termasuk ongkos macam-macam seperti ngurus paspor, visa, vaksinasi dan selamatan. Jika dihitung-hitung seluruhnya, habis sekitar Rp500-juta", tuturnya.
Lebih jauh Arfan mengemukakan, ia sudah mendaftarkan haji sejak Desember 2008 dan mendapat janji dari staf PT BPNW akan diberangkatkan pada 6 November 2009.
Namun keberangkatan mereka tertunda sampai tanggal 16 November, diundur lagi sampai 18 November, kemudian ditunda lagi sampai 19 November, itu pun hanya 74 orang yang jadi diberangkatkan ke Jakarta, sementara yang l6 orang masih tertinggal di Kutai.
Setibanya di Jakarta, menurut Arfan, mereka diinapkan di losmen di kawasan Rawabokor, Jakarta Barat selama dua malam, baru kemudian pada Sabtu pagi diterbangkan dengan Lyon Air menuju Jeddah, itupun yang berangkat cuma 24 orang, 50 orang lagi masih tercecer di Jakarta.
Menurut Arfan, ia terpisah dengan keluarganya karena isteri, anak, kakak dan mertuanya termasuk yang masih tertinggal di Jakarta.
"Katanya akan diberangkatkan Senin besok," kata Arfan, padahal menurut catatan ANTARA, Bandara KAA Jeddah sudah tertutup untuk kedatangan jemaah haji mulai Minggu pukul 24:00 waktu setempat.
Arfan dan 25 rekannya ketika dijumpai Sabtu malam pukul 22:00 waktu setempat atau sudah berada di bandara KAA sekitar sepuluh jam sedang mengumpulkan uang secara patungan untuk membayar biaya russum (layanan umum) sebesar SR1.029 (sekitar Rp3-juta) per jemaah.
Russum yang meliputi biaya penanganan kargo di Bandara KAA dan ongkos ke Mekah selayaknya sudah dibayar oleh perusahaan yang memberangkatkan mereka (PT BPNW).
Jemaah lainnya, Ahmad Jaelani dengan mata berkaca-kaca menuturkan bahwa ia sama sekali tidak menyangka akan mendapat pelayanan begitu buruknya karena sebelumnya ia mendengar bahwa PT BPNW cukup bonafid.
"Saya sudah keluar uang banyak, koq pelayanannya seperti ini, " keluhnya, seraya menambahkan bahwa ia harus menanggung malu jika sampai gagal tidak bisa meneruskan ibadah hajinya.
Barang-barang di bagasi milik sebagian jemaah itu juga tidak terangkut dan masih tertinggal di Jakarta, padahal ada yang menaruh uangnya di koper-koper yang tertinggal itu, juga pakaian ihram yang harus mereka kenakan ketika menuju Mekah.
Sampai berita ini diurunkan, ke 26 calon haji masih menunggu kepastian untuk diberangkatkan ke Mekah (sekitar 70-Km dari Jeddah), sementara tidak seorangpun staf dari PT BPNW muncul.
Menurut catatan, berbagai kasus dialami oleh calon jemaah nonkuota yang diurus biro-biro perjalanan swasta tanpa berkoordinasi dengan Departemen Agama dengan memanfaatkan "calling visa" atau undangan dari pemerintah Arab Saudi.
Sejauh ini sekitar seribuan calon haji nonkuota sudah mendarat di Tanah Suci, dan sebagian diantaranya mengalami persoalan-persolan seperti yang dialami oleh calon haji Kutai Kartanegara itu.
Sementara itu, dengan mendaratnya kloter 88 asal Bandara embarkasi Juanda, Surabaya yang mengangkut 241 calhaj, maka seluruh haji reguler (program Biaya Penyelenggara Ibadah Haji-BPIH atau dulu Haji ONH) berjumlah sekitar 192.000 orang telah diterbangkan dengan 475 kloter berada di tanah suci. (*)
Sudah Bayar Rp500 Juta, Calhaj Kutai Tetap Telantar
22 November 2009 09:59 WIB
Jemaah calon haji/ilustrasi (ANTARA/Maha Eka Swasta)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009
Tags: