Karanganyar (ANTARA News) - Meja catur batik karya Sumartoyo warga Desa Bulu, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, berhasil menembus pasar internasional, meskipun produksinya belum bisa banyak dan melayani semua konsumen.

"Pesanan catur batik ini tidak hanya datang dari pasar dalam negeri, tetapi juga sudah sampai luar negeri dan mereka sangat menggemari ini, tetapi kami belum bisa memproduksi banyak dan masih terbatas, karena jenis karya ini tidak bisa dikerjakan secara masal. Ini memerlukan ketekunan sebab termasuk barang seni," kata Sumartoyo di bengkel kerja miliknya di desa tersebut, Jumat.

Pesanan catur batik itu datang dari kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Makasar, dan Solo bahkan juga ada yang dari Negara China, India dan Belanda. Barang ini di luar negeri sangat digemari karena dinilai sangat unik dan yang dibatik itu tidak hanya papannya, tetapi juga buah caturnya.

Sumartoyo mengatakan setiap bulannya hanya mampu menghasilkan tiga papan catur yang lengkap dengan buah caturnya yang dikerjakan tiga orang.

"Kami sementara ini belum bisa memproduksi banyak karena tenaga kerjanya terbatas dan untuk memenuhi permintaan pasar ini pelan-pelan kami juga baru melatih tenaga untuk membatik itu," katanya.

Menyinggung mengenai masalah bahan baku, ia mengatakan tidak ada masalah dan kayu yang digunakan pembuatan papan catur maupun buah caturnya menggunakan jenis kayu waru.

"Kami memilih kayu ini karena di samping mempunyai kualitas batik dan barangnya masih banyak, juga mudah dibatik," katanya.

Untuk masalah harga, ia mengatakan papan catur kecil lengkap dengan buah caturnya harganya Rp325 ribu/setnya, sedangkan ukuran besar satu meter kali satu meter bisa mencapai Rp2,2 juta lebih. Sementara ini yang banyak dipesan ukuran standar.(*)