Surabaya (ANTARA News) - Putu Wijaya, budayawan dan sastrawan sekaligus sahabat WS. Rendra alias Si Burung Merak, Selasa malam, melakukan monolog di depan ratusan penonton Gedung Serbaguna Universitas Airlangga Surabaya.
Monolog si Burung Merak berdurasi satu jam tersebut merupakan salah satu cara Putu untuk melestarikan semua nilai-nilai Rendra akan keberaniannya terhadap kebenaran.
Nilai-nilai Rendra, yang terucap dalam monolognya, yaitu mempertimbangkan tradisi, kegagahan dalam kemiskinan, keberanian melawan, pantang menyerah, dan sudut pandang baru.
Seperti digambarkan Rendra, dalam monolog Putu, Pulau Jawa diibaratkan seperti sebuah kasur tua yang penuh virus dan baksil kekuasaan yang harus segera dibersihkan agar supaya kembali keasliannya.
Dalam pementasan tersebut, Putu mrngungkapkan begitu trenyuhnya ia ketika seorang sastrawan sebesar Rendra harus mencari komisi untuk menghidupi keluarganya ketika ia berada di penjara.
Dalam alur cerita, juga, diceritakan, seolah-olah Putu bertemu dengan Rendra, yang kemudian tiba-tiba pergi dengan cepat, setelah mendengarkan penjelasan Putu bahwa semua nilai yang telah diajarkan Rendra kepada generasi bangsa, hingga saat ini masih menjadi panutan semua generasi muda.
"Pada malam Jumat 6 Agustus lalu, saat bulan purnama penuh, Burung Merak itu menutup riwayatnya. Tapi dia tidak pernah pergi. Ia selalu di hati kita," katanya menutup monolognya.
Dialog berdurasi 60 menit tersebut, dilakukan Putu dari kota-kota mulai dari Bandung, Semarang, Kudus, Yogya, Pekalongan, Jombang, Mojokerto, Malang, Surabaya, Singaraja, dan Jakarta. (*)
Monolog Putu Wijaya Dalam Refleksi "Burung Merak"
18 November 2009 03:29 WIB
Putu Wijaya (ANTARA)^
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009
Tags: