Kolombo (ANTARA News/AFP) - Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapakse hari Minggu meminta waktu lagi kepada para pendukungnya untuk mengumumkan tanggal pemilihan umum ketika ia menghadapi tantangan yang tidak terduga-duga dari mantan pemimpin militernya.

Rajapakse mengatakan pada pertemuan tahunan Partai Kebebasan Sri Lanka kubunya bahwa ia menginginkan waktu lebih banyak untuk berunding dengan kepemimpinan partai mengenai pemilu tersebut. Ia sebelumnya telah diharapkan mengumumkan jadwal pemungutan suara pada konvensi tersebut.

"Kalian tampaknya ingin pemilihan presiden sebelum pemilihan parlemen," kata Rajapakse pada pertemuan partai yang disiarkan televisi secara nasional itu. "Saya akan memberi tahu (para pemimpin) partai dan kalian akan tahu pada saatnya."

Pemerintah sebelumnya mengumumkan bahwa pemilihan presiden akan diadakan sebelum April, meski masa tugas Rajapakse akan berakhir pada November 2012.

Partai berkuasa ingin memanfaatkan keberhasilan militer dalam mengalahkan pemberontak Macan Tamil pada Mei.

Namun, jendral utama yang memimpin operasi militer yang berhasil itu sejak itu berselisih dengan Rajapakase dan ingin menantangnya dalam pemilihan presiden sebagai calon dari oposisi gabungan.

Panglima militer Jendral Sarath Fonseka mengundurkan diri pekan lalu setelah menuduh pemerintah melakukan korupsi dan gagal mencapai perdamaian dengan minoritas Tamil setelah militer mengalahkan kelompok separatis Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE).

Pemerintah Sri Lanka pada 18 Mei mengumumkan berakhirnya konflik puluhan tahun dengan Macan Tamil setelah pasukan menumpas sisa-sisa kekuatan pemberontak tersebut dan membunuh pemimpin mereka, Velupillai Prabhakaran.

Pernyataan Kolombo itu menandai berakhirnya salah satu konflik etnik paling lama dan brutal di Asia yang menewaskan puluhan ribu orang dalam berbagai pertempuran, serangan bunuh diri, pemboman dan pembunuhan.

Macan Tamil juga telah mengakui bahwa Velupillai Prabhakaran tewas dalam serangan pasukan pemerintah Sri Lanka.

Juga dinyatakan tewas dalam operasi final militer adalah dua deputi Prabhakaran -- pemimpin Macan Laut Kolonel Soosai dan kepala intelijen LTTE Pottu Amman.

Tokoh penting lain Macan Tamil yang juga tewas adalah putra Prabhakaran dan calon penggantinya, Charles Anthony (24), pemimpin sayap politik B. Nadesan dan pemimpin Sekretariat Perdamaian LTTE yang sudah tidak berfungsi lagi, S. Pulideevan.

Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapakse telah beberapa kali mendesak pemberontak Macan Tamil menyerah untuk menghindari pembasmian total.

Rajapakse, yang juga panglima tertinggi angkatan bersenjata, juga menolak seruan-seruan bagi gencatan senjata dan menekankan bahwa Macan Tamil harus meletakkan senjata dan mengizinkan warga sipil keluar dari daerah-daerah yang masih mereka kuasai.

Sebelum dikalahkan total, gerilyawan Tamil dikepung selama berbulan-bulan di sebuah daerah hutan kecil oleh pasukan yang hampir mengakhiri perang separatis mereka.

Macan Tamil mengakui telah kehilangan sejumlah wilayah dalam pertempuran dengan pasukan pemerintah dan menuduh Kolombo membunuhi warga sipil.

Militer membantah hal itu dan mengatakan, warga sipil yang melarikan diri ditembaki oleh pemberontak yang ingin menahan penduduk desa sebagai tameng manusia.

Pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak LTTE meningkat sejak pemerintah secara resmi menarik diri dari gencatan senjata enam tahun pada Januari 2008.

Pembuktian independen mengenai klaim-klaim jumlah korban mustahil dilakukan karena pemerintah Kolombo melarang wartawan pergi ke zona-zona pertempuran.

Masyarakat luas internasional menyuarakan kekhawatiran mengenai jumlah warga sipil yang tewas dalam babak terakhir perang, sementara kelompok-kelompok bantuan mencemaskan keselamatan 300.000 warga Tamil yang ditahan di kamp-kamp yang dikelola pemerintah Sri Lanka.

AS, yang memelopori kecaman-kecaman atas kematian warga sipil dalam ofensif final militer terhadap pemberontak Macan Tamil, juga menyuarakan kekhawatiran mengenai korban-korban yang terlantar.

Lebih dari 70.000 orang tewas dalam konflik separatis panjang di Sri Lanka sejak 1972.

Sekitar 15.000 pemberontak Tamil memerangi pemerintah Sri Lanka dalam konflik etnik itu dalam upaya mendirikan sebuah negara Tamil merdeka.

Masyarakat Tamil mencapai sekitar 18 persen dari penduduk Sri Lanka yang berjumlah 19,2 juta orang dan mereka terpusat di provinsi-provinsi utara dan timur yang dikuasai pemberontak.(*)