Makassar (ANTARA) - Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati mengatakan hingga saat ini sudah ada 75 titik lokasi pengungsian korban banjir bandang di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.

Raditya pada Konfrensi Pers yang dilaksanakan secara virtual oleh BNPB yang mengusung tema "Banjir Bandang Luwu Utara, Provinsi Sulsel", Ahad, mengatakan 75 titik pengungsian yang dibentuk oleh tim gabungan baik pemerintah pusat daerah setempat serta para relawan yang tersebar di tiga kecamatan di Luwu Utara yakni di Kecamatan Masamba, Baebunta dan Sabbang.

Setiap titik pengungsian menampung 70 hingga 100 orang dari total 14.483 orang pengungsi.

Sementara jumlah korban meninggal dari peristiwa nahas yang terjadi pada Senin (13/7), BNPB mencatat sebanyak 36 orang, namun jumlah ini diyakini dapat bertambah lagi, karena diperkirakan masih banyak yang terendam lumpur yang belum ditemukan.

Baca juga: TBM FK dan FTI UMI sinergi bantu korban banjir bandang Masamba

Baca juga: Korban jiwa banjir bandang di Masamba bertambah dua jadi 38 orang


"Hal ini berdasarkan data korban yang dilaporkan hilang sebanyak 67 orang," katanya.

Adapun jumlah personel dan relawan yang terlibat membantu penanganan bencana alam banjir bandang di Luwu Utara berjumlah 1.299 orang.

Sementara itu, Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, Badan Geologi, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, Agus Budianto pada kesempatan yang sama merekomendasikan tujuh langkah strategis yang harus dilakukan di lapangan.

Ketujuh poin rekomendasi itu di antaranya meminta masyarakat tidak membangun rumah atau berkumpul di sekitar aliran sungai terutama yang berhulu di daerah perbukitan yang rawan longsor. Selain itu, perlu menanam vegetasi berakar dalam dan kuat untuk menahan lereng pada bekas longsor serta untuk menahan erosi dan aliran bahan rombakan.

"Termasuk perlu melakukan penutupan retakan dengan tanah liat dan dipadatkan, hal ini untuk mengantisipasi potensi terjadinya gerakan tanah atau banjir bandang susulan," kata Agus.

Menurut dia, yang tak kalah pentingnya juga adalah jika menemukan material longsor yang menghambat aliran sungai, segera normalisasi aliran sungai tersebut, karena berpotensi berkembang menjadi aliran bahan rombakan atau banjir bandang saat debit air meningkat.*

Baca juga: Lembaga kemahasiswaan FT Unhas bantu bencana di Masamba

Baca juga: Jaringan Telkomsel pulih 100 persen di Luwu Utara pascabencana banjir

Konfrensi pers secara vitual yang dipimpin Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati dengan mengusung tema "Banjir Bandang Luwu Utara, Provinsi Sulsel", Minggu (19/7/2020). ANTARA Foto/Suriani Mappong