Jakarta (ANTARA News) - Pemadaman listrik bergilir yang dilakukan PLN diperkirakan akan menghambat pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV/2009 di DKI Jakarta.

"Listrik itu sumber segala-galanya. Industri, hotel maupun restoran menggunakan listrik. Jika pemadaman berlanjut, pasti ada kerugian," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Agus Suherman di Jakarta, Minggu.

Industri besar yang memiliki genset sendiri, kata Agus, kemungkinan besar tidak akan terpengaruh oleh pemadaman bergilir yang dilakukan PLN karena salah satu gardunya meledak beberapa waktu lalu.

"Tapi industri kecil pasti akan terpengaruh dengan pemadaman ini, dan pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi," katanya.

Sementara itu, target pertumbuhan ekonomi DKI untuk tahun 2009 menunjukkan angka positif dimana kuartal ketiga mengalami pertumbuhan sebesar 2,98 persen dari kuartal II.

Pertumbuhan ekonomi DKI dari kuartal I hingga kuartal III 2009 telah berhasil mencapai pertumbuhan 5,11 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008.

Sementara untuk pertumbuhan ekonomi year to year (tahun ke tahun), DKI menampilkan angka pertumbuhan positif sebesar 5,08 persen.

DKI menargetkan pertumbuhan ekonomi pada 2009 sebesar 3,25 persen sampai 4,75 persen, lebih tinggi dari target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,5 persen.

"Target pertumbuhan DKI memang selalu di atas target pertumbuhan ekonomi nasional," kata Agus.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan terjadi pada kuartal IV 2009, tambah Agus, nantinya akan mempengaruhi pertumbuhan pada tahun selanjutnya.

"Ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi pada kuartal selanjutnya, dan itu akan berpengaruh terhadap tahun selanjutnya," katanya.

Agus berharap agar PLN mempertimbangkan untuk mengatur waktu pemadaman listrik dengan baik dan memberlakukan kebijakan khusus bagi kawasan industri.

"Listrik di kawasan industri atau sentra industri rumahan hendaknya tidak ikut dimatikan sehingga tidak terlalu berpengaruh pada aktivitas perekonomian yang memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi," ujarnya.

Bahkan, Agus berharap sektor industri pariwisata seperti hotel dan restoran juga tidak mengalami pemadaman listrik bergilir tersebut karena sektor tersebut termasuk yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi.

Direktur Eksekutif Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Carla Parengkuan mengakui adanya kerugian cukup besar akibat pemadaman listrik tersebut.

"Kami belum hitung berapa jumlah kerugian ataupun dampak terhadap tingkat hunian. Namun kami sangat terbebani atas pemadaman ini," katanya.

Kerugian terbesar disebut Carla adalah gangguan teknis dan rusaknya instalasi elektronik akibat listrik mati tiba-tiba.

"Ini juga akan mempengaruhi stabilitas industri perhotelan di ibukota. Pemadaman ini tidak hanya merugikan secara material tapi juga immaterial dimana citra pariwisata Jakarta akan ikut dirugikan," kata Carla.

Pertumbuhan ekonomi DKI tertinggi dicapai oleh pengangkutan dan komunikasi yakni 15,41 persen, dan disusul oleh sektor konstruksi sebesar 6,64 persen dan sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 5,14 persen.

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen konsumsi pemerintah (7,77 persen) diikuti komponen impor (7 persen) dan komponen konsumsi rumah tanggan (6,56 persen).

Sementara itu, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III/2009 yang diukur berdasarkan produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan pertumbuhan sebesar 2,98 persen dibandingkan dengan nilai triwulan II/2009 (q to q atau quartal to quartal).

Menurut Agus, pertumbuhan itu didorong oleh semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi (5,74 persen), sektor perdagangan, hotel dan restoran (3,72 persen) dan sektor konstruksi (3,39 persen).

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tersebut disebabkan oleh naiknya impor sebesar 4,32 persen, pembentukan modal tetap bruto 3,90 persen dan konsumsi pemerintah 3,51 persen

"Secara kumulatif, PDRB DKI Jakarta selama triwulan I-III tahun 2009 tumbuh sebesar 5,11 persen dibandingkan dengan triwulan I-III tahun 2008," papar Agus.

Besar PDRB DKI pada triwulan III/2009 mencapai Rp194,89 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp94,18 triliun.

Tiga sektor utama lapangan usaha yang memiliki peran besar terhadap besaran PDRB adalah sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan; sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan yang menyumbang sekitar 64,84 persen pada triwulan III/2009.

Sedangkan dari sisi pengeluaran, pada triwulan III/2009 sebagian besar PDRB DKI Jakarta digunakan untuk konsumsi rumah tangga sebesar 56,78 persen dan pembentukan modal tetap bruto sebesar 38,98 persen.(*)