Pekanbaru (ANTARA News) - Menteri Negara untuk Energi dan Perubahan Iklim Inggris, Joan Ruddock, dijadwalkan meninjau area rawa gambut yang berada di Kabupaten Kampar, Riau, Senin.
Asisten Media dan Komunikasi Kedutaan Besar Inggris, Putri Wulan Tary, di Pekanbaru, Ahad, mengatakan, Ruddock akan berada selama beberapa jam di Riau untuk membicarakan pengelolaan hutan dan konversi area rawa gambut yang ada di Riau.
"Kehadiran Ibu menteri ke Riau adalah untuk bertemu dengan para kelompok-kelompok masyarakat membicarakan pengelolaan hutan dan koversi lahan gambut," katanya.
Hal itu dimaksudkan untuk memperoleh keputusan yang ambisius di berbagai sektor yang dibawa dalam pertemuan Konvensi PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) di Kopenhagen, Denmark pada Desember 2009.
Ruddock dijadwalkan hanya beberapa jam saja berada di Riau karena pada sore harinya akan berangkat ke Jakarta untuk melakukan serangkaian pertemuan dengan para pejabat Indonesia dibidang lingkungan.
Pertemuan dengan pejabat negara itu dimaksudkan untuk pelajari dan bertukar pikiran dengan pihak terkait di Indonesia terkait dengan perubahan iklim global yang terjadi dewasa ini, katanya.
Putri juga mebantah, jika kunjungan Ruddock ke Riau dikaitkan dengan para aktivis Greenpeace yang melakukan kampanye penyelamatan hutan rawa gambut di Semenanjung Kampar, Pelalawan akibat aktivitas perusahaan.
"Kunjungan ke Indonesia yang berlangsung dari tanggal 15-18 November 2009 ini sama sekali tidak ada kaitan dengan aksi Greenpeace di Semenanjung Kampar," tegasnya.
Data Kementerian Negara Lingkungan Hidup Indonesia menyebutkan lahan gambut di Riau menyimpan karbon sebesar 14.605 juta ton dan besarnya cadangan karbon itu jika tidak dikelola dengan baik maka dapat meningkatkan efek rumah kaca.
Besarnya cadangan karbon sangat bergantung pada kedalaman gambut itu sendiri dan Riau mempunyai kedalaman gambut terdalam di dunia mencapai 16 meter.(*)
Menteri Perubahan Iklim Inggris Tinjau Lahan Gambut
15 November 2009 20:08 WIB
Lahan gambut/ilustrasi (ANTARA/FB Anggoro/ed/ama)@
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009
Tags: