Yogyakarta (ANTARA) - Pemulihan ekonomi Indonesia pasca krisis keuangan global terburuk dalam beberapa dasawarsa terakhir, diperkirakan akan lebih lambat dibandingkan negara-negara lainnya seperti Jepang dan Korea, bahkan dengan negara sesama Asean seperti Singapura dan Malaysia.

"Indonesia tidak terlalu terintegrasi dengan ekonomi global. Ketika pasar global membaik, ekspor kita tidak tidak terlalu berpengaruh, karena perekonomian kita lebih didorong oleh permintaan dalam negeri," kata pengamat ekonomi M.Chatib Basri kepada wartawan dalam acara Media Training yang diselenggarakan Bank Mandiri di Yogyakarta, Sabtu.

Menurutnya, berbeda dengan negara-negara yang perekonomiannya bergantung pada ekspor seperti AS, Jepang dan Uni Eropa, ketika pasar global mulai membaik, semuanya "recovery" (pulih). "Ekspor barang dan produksi industri kembali meningkat, yang tertinggal hanya tingkat pengangguran."

Namun ia, menegaskan kondisi itu pula yang menyelamatkan Indonesia lolos dari pengaruh krisis ekonomi global, sehingga PDB (Produk Domestik Bruto) tahun ini masih bisa tumbuh positif, ketika sebagian besar negara lain, terutama negara-negara industri maju tumbuh negatif.

Indonesia bersama China, India dan Vietnam, kata Chatib, empata negara yang dalam tiga kuartal pertama tahun ini berhasil membukukan pertumbuhan positif. Bahkan dalam jajaran anggota G-20 tercatat hanya China, India dan Indonesia yang diproyeksikan mencatat pertumbuhan positif pada tahun ini.

"World Economic Outlook dari Bank Dunia memproyeksikan Indonesia tahun ini tumbuh 4,0 persen dan 4,8 persen pada 2010, sedangkan China diproyeksikan tumbuh 8,5 persen tahun ini dan 9,0 persen pada tahun depan. Sementara AS tahun ini diperkirakan tumbuh negatif 2,9 persen dan tumbuh positif 1,2 persen pada tahun depan.

Demikian pula Jepang tahun ini diproyeksikan mengalami kontraksi 5,4 persen dan tumbuh positif 1,7 persen pada 2010. Hal serupa terjadi pada Negara-negara maju lainnya, seperti Jerman Inggris, Perancis dan Kanada tahun ini masih diproyeksikan tumbuh negative pada tahun 2009 dan baru meraih pertumbuhan positif pada 2010.

?Negara-negara maju yang bergantung pada ekspor seperti Jepang tumbuh lebih cepat dari negatif tahun ini menjadi positif pada 2010. Bandingkan dengan kita (proyeksi Indonesia) dari tumbuh 4,0 persen pada 2009 menjadi hanya 4,8 persen pada 2010.

Menurutnya, rasio ekspor Indonesia terhadap PDB hanya sekitar 29 persen, bandingkan dengan Singapura sekitar 240 persen dan Malaysia sekitar 150 persen. Tahun ini pemerintah mentargetkan pertumbuhan PDB 4,0-4,5 persen dan pada 2010 tumbuh antara 5,0-5,5 persen, sedangkan untuk lima tahun mendatang (2009-2014) diproyeksikan tumbuh di atas tujuh persen.

"Untuk setiap pertumbuhan PDB satu persen diperlukan investasi sebesar 4-4,5 persen dari PDB. Jadi untuk mencapai pertumbuhan lima tahun mendatang di atas 7 persen investasi sekitar 28-30 persen dari PDB atau sekitar Rp10.000 triliun atau rata-rata Rp2.000 triliun per tahun," papar Chatib.

Untuk mendukung target tersebut, kata Chatib, perlu adanya kepercayaan kepada pemerintah, sistem investasi yang mendukung, dan infrastruktur yang memadai, juga jaminan pasokan energi seperti listrik.

Sementara untuk memenuhi kebutuhan investasi tersebut, tambahnya, kemampuan pemerintah melalui APBN hanya sekitar 20 persen saja, atau sekitar Rp400 triliun. Adapun, 80 persen sisanya atau sekitar Rp1.600 triliun harus dicari dari sektor usaha lainnya termasuk BUMN, pengusaha swasta dalam maupun luar negeri.(*)