Dubai (ANTARA) - Mata uang rial Iran jatuh ke level terendah baru terhadap dolar AS di pasar tidak resmi pada Sabtu (18/7/2020) dan sekarang telah melihat nilainya turun hampir setengahnya pada tahun ini karena ekonomi berada di bawah tekanan dari pandemi virus corona dan sanksi AS.

Dolar ditawarkan senilai 255.300 rial, naik dari 242.500 rial pada Jumat (17/7/2020), menurut situs valuta asing Bonbast.com. Situs web harian ekonomi Donya-e-Eqtesad memberi nilai dolar pada 252.300 rial, dibandingkan dengan 241.300 rial pada Jumat (17/7/2020).

Mata uang Iran telah kehilangan hampir 48 persen dari nilainya sejauh tahun ini, lebih dari setengahnya dalam sebulan terakhir, karena penurunan harga minyak dan penurunan ekonomi global telah memperdalam krisis ekonomi di negara tersebut, yang juga memiliki angka tertinggi korban tewas di Timur Tengah akibat pandemi.

Nilai tukar resmi -- sebagian besar digunakan untuk impor makanan dan obat yang disubsidi negara -- adalah 42.000 rial per dolar AS.

Pada Mei 2018, Presiden Donald Trump menarik Amerika Serikat dari kesepakatan multilateral yang bertujuan mengekang program nuklir Iran dan menerapkan kembali sanksi-sanksi yang sejak itu memukul ekonomi.

Presiden Hassan Rouhani, yang sebagian menyalahkan jatuhkan rial kepada kegagalan eksportir untuk memulangkan kembali pendapatan mata uang asing mereka, menginstruksikan bank sentral pada Jumat (17/7/2020) untuk melipatgandakan upayanya guna menegakkan aturan untuk mengembalikan pendapatan ekspor, media pemerintah melaporkan.

Pada bulan-bulan setelah Mei 2018, nilai rial jatuh ketika orang-orang Iran mengambil dolar, karena khawatir penarikan Washington dari perjanjian nuklir dan sanksi-sanksi dapat menyusutkan ekspor vital minyak Iran dan sangat berdampak pada perekonomian. Mata uang menutup sebagian kerugiannya pada akhir 2018.

Baca juga: Jenderal Israel: Iran semakin banyak habiskan uang untuk perang
Baca juga: Rial Iran terus merosot terhadap dolar AS