Jakarta (ANTARA) - Beberapa hari belakangan Ellen DeGeneres, sang bintang televisi yang dikenal dengan kemurahan hatinya, mendadak jadi tajuk utama karena dituding meraih kesuksesan dengan menerapkan budaya kerja toksik.
Meski DeGeneres sudah lama dilingkupi rumor bahwa sebenarnya dia memiliki kepribadian yang sulit dan kasar, namun tuduhan terhadapnya yang terakhir ini memiliki unsur spesifik dengan klaim rasisme dan intimidasi di lokasi syuting acara bincang-bincang dia.
Beberapa tuduhan buruknya budaya kerja di acara tersebut di antaranya adalah karyawan diduga dipecat karena mengambil cuti berkabung dan cuti medis.
Buzzfeed News mewawancara 10 mantan kru dan satu kru yang masih bekerja bersama Ellen DeGeneres di " Ellen Degeneres Show" bahwa mereka dilarang berbicara langsung dengan DeGeneres dan mereka diminta untuk menghapus halaman GoFundMe yang digunakan untuk membayar tagihan medis yang tidak ditanggung oleh asuransi kesehatan pertunjukan.
Seorang penulis utama di acara itu diduga memberi tahu mantan karyawan kulit hitam, "Aku hanya tahu nama-nama orang kulit putih yang bekerja di sini." Dia mengklaim bahwa seorang produser memberi tahu dia dan rekan kulit hitam lainnya, “Oh wow, kalian berdua memiliki kepang kotak; kuharap kami tidak membuat kalian bingung. "
Para karyawan itu tidak secara langsung menuding DeGeneres, dan produser eksekutif acara itu sudah mengatakan bahwa tuduhan itu "bukan (mendefinisikan) siapa kita dan bukan siapa yang kita inginkan serta bukan misi yang telah Ellen tetapkan untuk kita."
Baca juga: Ellen DeGeneres juga boikot hotel Brunei
Bukan kali ini saja Degeneres digoyang isu tak sedap. Pada awal pandemi, Variety melaporkan bahwa acara itu tidak memberi tahu karyawan bahwa gaji mereka akan dipotong.
Dalam utas Twitter yang tidak diverifikasi, pengguna merinci penganiayaan DeGeneres terhadap kru dan tamu selama bertahun-tahun, termasuk dugaan dan cerita-cerita bahwa ia melempar monolog yang tidak ia sukai ke lantai dan “memilih seseorang yang berbeda untuk dibenci” setiap hari.
Meski demikian, Forbes menyebut Ellen DeGeneres tak akan bangkrut meski banyak didera isu miring.
DeGeneres akan tetap menjadi raksasa iklan berkat pertunjukannya yang berperingkat teratas--dan kemungkinan besar ia akan mampu bertahan dari kritik baru.
Forbes melansir SQAD, untuk bisa tampil selama 30 detik di acara "Ellen DeGeneres Show" harganya 51.570 dolar AS selama kuartal keempat tahun 2019, dibandingkan dengan 34.819 dolar AS untuk di acara "Dr. Phil", 18.704 dolar AS untuk "Live! With Kelly dan Ryan", dan 10.645 dolar AS untuk "Judge Judy".
Baca juga: Walmart gandeng Ellen DeGeneres luncurkan busana wanita
Pengiklan membayar mahal untuk menjangkau pemirsa DeGeneres, yang sebagian besar terdiri dari demografi wanita berusia 25 hingga 54 tahun yang menguntungkan.
Forbes memperkirakan acara tersebut menghasilkan lebih dari 35 juta dolar AS untuk Warner Bros setiap tahun dan lebih dari 50 juta dolar AS untuk DeGeneres sendiri.
Berkat acara bincang-bincangnya, rumah produksi dan jalur ritel di PetSmart dan Bed, Bath & Beyond, Forbes memperkirakan bahwa DeGeneres memiliki kekayaan senilai 330 juta dolar AS.
Penghargaan atas keberhasilan itu juga dapat diberikan pada citra yang telah dipertahankan DeGeneres selama bertahun-tahun, berpusat pada kebaikan dan kemurahan hati, yang telah lama bertahan dengan penggemar.
Karyanya sebagai advokat HAM untuk komunitas LGBTQ + bahkan membuatnya mendapatkan Medali Kebebasan Presiden selama pemerintahan Obama, Forbes dikutip Sabtu.
Baca juga: Rumor acaranya akan dibatalkan, pihak Ellen DeGeneres buka suara
Baca juga: Ellen DeGeneres dikecam gara-gara guyonan karantina bagai penjara
Baca juga: Ellen DeGeneres Show stop produksi karena corona
Didera isu budaya kerja toksik, Ellen DeGeneres tak akan bangkrut
18 Juli 2020 18:44 WIB
Ellen DeGeneres (B. Roth/WENN for Tine Publicity)
Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: