Detroit (ANTARA) - Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Joe Biden, pada Jumat (17/7) mengatakan ia telah menerima laporan dari badan intelijen, yang menyebut Rusia terus berupaya ikut campur dan memengaruhi pemilihan presiden di AS pada November 2020.

China juga melakukan kegiatan "yang bertujuan membuat kita kehilangan kepercayaan" pada hasil pilpres 2020, kata Biden di depan para pendukungnya saat kampanye virtual dan penggalangan dana.

"Kami tahu dari sebelumnya, dan saya menjamin kalian semua bahwa saya sekarang tahu, karena saya telah mendapatkan informasi (dari badan intelijen, red). Rusia masih berupaya mendelegitimasi proses pemilihan umum kita. Ini fakta," kata Biden.

Biden memperingatkan bahwa jika Rusia terus ikut campur akan ada "harga yang harus dibayar" jika nantinya ia menang dari petahana, Presiden Donald Trump, saat pilpres.

Sejauh ini, belum jelas bagaimana Biden mendapatkan pengarahan intelijen, tetapi pengarahan seperti itu biasa diterima oleh kandidat presiden. Tim kampanye Biden belum memberi jawaban terkait pertanyaan itu.

Biden pada sesi jumpa pers 30 Juni mengatakan ia belum menerima laporan rahasia dari intelijen.

Ia, katanya, kemungkinan akan meminta informasi intelijen, setelah berbagai laporan terbit soal Trump diduga tidak berbuat apa-apa terhadap laporan intelijen, yang menyebut Rusia menawarkan imbalan bagi Taliban untuk membunuh tentara AS di Afghanistan.

Biden, mantan wakil presiden Barack Obama, mengkritik Trump setelah ada laporan yang menyebut ia tidak membaca hasil pengarahan intelijen.

Sejumlah badan intelijen AS menemukan informasi bahwa Rusia membantu Trump pada pilpres 2016. Temuan itu dibantah Rusia dan Trump menyebut informasi itu sebagai "kabar bohong".

Sumber: Reuters

Baca juga: Rusia diduga tawarkan uang ke Taliban jika berhasil bunuh tentara AS
​​​​​​​
Baca juga: Kepala intelijen AS mundur karena beda pendapat dengan Trump

Baca juga: Mantan penasihat Trump akui bohongi FBI soal Rusia

RI - Australia Intensifkan Kerja Sama Intelijen