Jakarta (ANTARA News) - Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih menegaskan bahwa sembilan warga Kabupaten Bandung, Jawa Barat, meninggal dunia bukan karena mengonsumsi obat anti-filariasis, melainkan karena penyakit lain.

"Kami sudah menyelidiki apakah meninggalnya karena obat. Saya juga sudah minta laporan Badan POM tentang profil obat itu dan ternyata obat yang diproduksi PT Indofarma itu dalam keadaan baik," katanya di Jakarta, Jumat.

Hasil penyelidikan Komisi Ahli Pengobatan Filariasis, lanjut dia, juga menunjukkan bahwa kematian sembilan orang tersebut bukan akibat obat anti-filariasis yang mereka konsumsi namun karena penyakit lain.

"Mereka yang meninggal punya penyakit lain yang tidak berhubungan dengan filariasis tapi saya tidak bisa menyebutkan penyakitnya karena saya tidak tahu apakah mereka mengijinkannya," kata Endang.

Lebih lanjut dia menjelaskan, kasus penyakit kaki gajah di Indonesia mencapai 11 ribu sedang jumlah orang yang terinfeksi mikrofilaria jauh lebih banyak dari itu.

Penularan penyakit wilayah tropika itu, kata dia, masih ditemukan sporadis di 384 kabupaten/kota.

Ia menjelaskan, pemerintah berupaya memberantas penyakit itu dengan melakukan pengobatan filariasis massal (nest treatment) di daerah dengan kasus positif kaki gajah.

"Jadi kalau ada yang kena dan sakit, seluruh penduduk harus minum satu obat setahun sekali selama lima tahun berturut-turut," katanya.

Ia menambahkan metode penanggulangan filariasis yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) itu sudah dilakukan di Indonesia sejak tahun 1970-an.

Pada Selasa (10/11) pemerintah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, melakukan pemberantasan kaki gajah dengan memberikan obat anti-filariasis di daerah dengan kasus kaki gajah.

Belakangan, sejumlah warga mengeluh mual, kejang, dan pusing setelah meminum obat anti-filariasis, bahkan sebagian harus dirawat di rumah sakit.

Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung menunjukkan, hingga Kamis (12/11) jumlah warga yang mendapat perawatan medis karena mual, pusing dan kejang sebanyak 579 orang. Sembilan diantaranya dilaporkan meninggal dunia.

Suhardiman selaku Kepala Subdinas Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung sebelumnya menjamin, meninggalnya kesembilan warga itu bukan akibat minum obat anti-filariasis, tapi mungkin karena punya riwayat kesehatan yang tidak membolehkan minum obat anti-filariasis.
(*)