Jakarta (ANTARA News) - Sigit Haryo Wibisono terdakwa dugaan pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB) Nasruddin Zulkarnaen, kesehariannya sering dikawal petugas kepolisian.

Hal tersebut terungkap dalam kesaksian Sekretaris Pribadi (Sekpri) Sigit Haryo, Setio Wahyudi dalam sidang lanjutan dugaan pembunuhan Direktur PT PRB dengan terdakwa mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Antasari Azhar, di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Kamis.

"Sigit mempunyai satu ajudan, dan di belakang mobilnya dikawal mobil Terrano yang isinya empat sampai lima orang dengan sebagian penumpangnya polisi dan supir," katanya.

Setio menyatakan pekerjaan Sigit Haryo Wibisono adalah pengusaha.

Di bagian lain, ia juga menyatakan di kediaman Sigit Haryo Wibisono di Jalan Adipati Unus, Jakarta Selatan memiliki CCTV (Closed Circuit Television).

Ketika ditanya majelis hakim yang dipimpin Herry Swantoro apakah CCTV tersebut disita kepolisian, Setio menyakan sepengetahuan dirinya CCTV itu sudah disita oleh petugas kepolisian.

"Setahu saya CCTV sudah disita," katanya.

Kemudian majelis hakim menanyakan kepada jaksa penuntut umum (JPU) apakah CCTV itu ada untuk barang bukti, JPU menyatakan CCTV itu tidak ada.

Setio juga menyatakan Sigit Haryo Wibisono pernah memerintahkan untuk memasang alat perekam suara dan gambar, dan diperintahkan untuk digunakan saat Antasari Azhar mendatangi rumah Sigit di Jalan Adipati Unus, Jakarta Selatan.

"Pak Kumis (Antasari Azhar) mau datang, alat rekam pasang," katanya.

Ia mengaku pemasangan alat perekam suara diperintahkan Sigit kepada dirinya, di bawah meja. "Sedangkan satu alat rekam gambar dipasang oleh teman saya, Warno, di samping televisi," katanya.

"Saya belum pernah membuka dan mendengar isi alat rekam itu," katanya.

Dikatakan, perekam itu juga dipasang kepada beberapa tamu majikannya itu.

"Seingat saya banyak, yang saya ingat wakil dari Malaysia, Datuk Ishudin Ishak dan Antasari Azhar," katanya.

Ia juga mengaku pernah diperintahkan untuk mengeprint peta rumah Nasrudin Zulkarnaen dan Rani Juliani, serta foto rumah dan foto Nasrudin Zulkarnen dengan di bawahnya ada nama alamat, nama dan tanggal lahir.

"Pak Sigit memerintahkan saya untuk menambahkan alamat, nama dan tanggal lahir (Nasruddin/Rani) yang diambil dari Blackberry Sigit. Saya disuruh kirim ke Pak Kumis (Antasari Azhar)," katanya. (*)