Pemerintah danai 305 riset dalam Prioritas Riset Nasional 2020-2024
17 Juli 2020 13:05 WIB
Ilustrasi - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy (kedua kanan) dan Menristek / Kepala Badan Riset dan Inovasi, Bambang Brodjonegoro (kiri) menghadiri peluncuran alat tes cepat (rapid test) COVID-19 buatan dalam negeri di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Kamis (9/7/2020). Pemerintah meluncurkan alat tes cepat COVID-19 yang diberi nama RI-GHA Covid-19 dan menargetkan dapat diproduksi sebanyak 200 ribu rapid pada Juli dan 400 ribu di Agustus 2020. ANTARA FOTO/Arnold/aww.
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia mendanai sebanyak 305 riset yang lolos seleksi sebagai Prioritas Riset Nasional (PRN) 2020-2024, dengan total pendanaan sebesar Rp242.871.043.696.
"Mulai hari ini kita bisa mulai mengeksekusi Prioritas Riset Nasional," Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro dalam acara Penyerahan Simbolis Dana Prioritas Riset Nasional (PRN) kepada Lembaga Penerima Insentif yang ditayangkan secara virtual, Jakarta, Jumat.
305 riset itu terdiri dari 153 riset dari lembaga pemerintah non kementerian, 68 riset dari perguruan tinggi negeri, lima riset dari industri atau badan usaha milik negara, 62 riset dari lembaga penelitian, delapan riset dari perguruan tinggi swasta, serta sembilan riset dari organisasi masyarakat.
Riset tersebut mencakup bidang pangan, energi, kesehatan, transportasi, rekayasa keteknikan, pertahanan dan keamanan, kemaritiman, sosial dan hukum, multi disiplin dan lintas sektoral.
Baca juga: Komisi IX DPR dorong penelitian vaksin COVID-19
Baca juga: Pemerintah didesak rancang litbang kemandirian obat
Riset-riset itu antara lain meliputi bahan bakar nabati atau green fuel, vaksin rekombinan HPV, implan tulang, stem cell, N219 Amphibi, high speed train, kendaraan listrik, satelit NEWSat, garam industri terintegrasi, Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE) kombatan, bangunan tahan gempa, dan obat modern asli Indonesia.
Pada 16 Juli 2020 pada tahap I, dana riset untuk 21 riset dari 305 riset tersebut telah disalurkan oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan.
Pendanaan yang dikucurkan pada tahap pertama itu sebesar Rp 14.304.043.796 untuk 13 lembaga.
Lembaga yang menerima pencairan dana riset PRN 2020-2024 pada tahap I itu antara lain Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Universitas Brawijaya, Sajogyo Institute, Universitas Andalas, Universitas Tadulako, Institut Seni dan Budaya Indonesia Bandung, PT Riset Perkebunan Nusantara, Universitas Syiah Kuala, Politeknik Negeri Manado, dan PT Gria Inovasi Teknologi.
Menristek Bambang menuturkan pihaknya akan memantau dan mengawal pelaksanaan riset dalam PRN 2020-2024 sehingga diperoleh output atau produk yang ditargetkan sesuai dengan yang direncanakan.
"Kami memastikan kegiatan ini bisa berlangsung secara kontinu," tuturnya.
Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek)/BRIN berupaya untuk melakukan hilirisasi dan memfasilitasi agar produk dari kegiatan riset dan inovasi tersebut bisa diarahkan kepada industri atau BUMN.
"Dari sejak awal kami bekerja sama dengan industri dan BUMN dengan harapan nanti mereka bisa dengan mudah melakukan hilirisasi karena mereka sudah kenal apa yang dikerjakan oleh para peneliti, dan di sisi lain peneliti juga mengerjakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat," tutur Menristek Bambang.
Direktur Utama LPDP Rionald Silaban mengatakan anggaran untuk mendanai 305 riset dalam PRN 2020-2024 berdasarkan rekomendasi Kementerian Riset dan Teknologi.
"Kemriset/BRIN dan LPDP sudah komit terhadap pendanaan ini, jadi bapak ibu peneliti mengenai masalah pencarian saya rasa tidak ada," ujarnya.
Dia mengajak para peneliti yang belum mengajukan dana penelitian tahap pertama untuk segera mengajukannya melalui Kemristek/BRIN agar aktivitas riset yang direncanakan dapat segera dilakukan.*
Baca juga: Riset dosen IPB terkait sidat masuk prioritas riset nasional
Baca juga: Dibutukan riset gantikan bahan impor dalam penanganan COVID-19
"Mulai hari ini kita bisa mulai mengeksekusi Prioritas Riset Nasional," Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro dalam acara Penyerahan Simbolis Dana Prioritas Riset Nasional (PRN) kepada Lembaga Penerima Insentif yang ditayangkan secara virtual, Jakarta, Jumat.
305 riset itu terdiri dari 153 riset dari lembaga pemerintah non kementerian, 68 riset dari perguruan tinggi negeri, lima riset dari industri atau badan usaha milik negara, 62 riset dari lembaga penelitian, delapan riset dari perguruan tinggi swasta, serta sembilan riset dari organisasi masyarakat.
Riset tersebut mencakup bidang pangan, energi, kesehatan, transportasi, rekayasa keteknikan, pertahanan dan keamanan, kemaritiman, sosial dan hukum, multi disiplin dan lintas sektoral.
Baca juga: Komisi IX DPR dorong penelitian vaksin COVID-19
Baca juga: Pemerintah didesak rancang litbang kemandirian obat
Riset-riset itu antara lain meliputi bahan bakar nabati atau green fuel, vaksin rekombinan HPV, implan tulang, stem cell, N219 Amphibi, high speed train, kendaraan listrik, satelit NEWSat, garam industri terintegrasi, Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE) kombatan, bangunan tahan gempa, dan obat modern asli Indonesia.
Pada 16 Juli 2020 pada tahap I, dana riset untuk 21 riset dari 305 riset tersebut telah disalurkan oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan.
Pendanaan yang dikucurkan pada tahap pertama itu sebesar Rp 14.304.043.796 untuk 13 lembaga.
Lembaga yang menerima pencairan dana riset PRN 2020-2024 pada tahap I itu antara lain Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Universitas Brawijaya, Sajogyo Institute, Universitas Andalas, Universitas Tadulako, Institut Seni dan Budaya Indonesia Bandung, PT Riset Perkebunan Nusantara, Universitas Syiah Kuala, Politeknik Negeri Manado, dan PT Gria Inovasi Teknologi.
Menristek Bambang menuturkan pihaknya akan memantau dan mengawal pelaksanaan riset dalam PRN 2020-2024 sehingga diperoleh output atau produk yang ditargetkan sesuai dengan yang direncanakan.
"Kami memastikan kegiatan ini bisa berlangsung secara kontinu," tuturnya.
Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek)/BRIN berupaya untuk melakukan hilirisasi dan memfasilitasi agar produk dari kegiatan riset dan inovasi tersebut bisa diarahkan kepada industri atau BUMN.
"Dari sejak awal kami bekerja sama dengan industri dan BUMN dengan harapan nanti mereka bisa dengan mudah melakukan hilirisasi karena mereka sudah kenal apa yang dikerjakan oleh para peneliti, dan di sisi lain peneliti juga mengerjakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat," tutur Menristek Bambang.
Direktur Utama LPDP Rionald Silaban mengatakan anggaran untuk mendanai 305 riset dalam PRN 2020-2024 berdasarkan rekomendasi Kementerian Riset dan Teknologi.
"Kemriset/BRIN dan LPDP sudah komit terhadap pendanaan ini, jadi bapak ibu peneliti mengenai masalah pencarian saya rasa tidak ada," ujarnya.
Dia mengajak para peneliti yang belum mengajukan dana penelitian tahap pertama untuk segera mengajukannya melalui Kemristek/BRIN agar aktivitas riset yang direncanakan dapat segera dilakukan.*
Baca juga: Riset dosen IPB terkait sidat masuk prioritas riset nasional
Baca juga: Dibutukan riset gantikan bahan impor dalam penanganan COVID-19
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020
Tags: