Ungaran (ANTARA News) - Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Jawa Tengah, Ki Sutadi mengatakan perlunya inovasi dalam pagelaran wayang agar tidak ditinggalkan oleh generasi yang lebih muda.

"Inovasi yang dilakukan salah satunya dengan memperpendek durasi pagelaran yang diperpadat tanpa menghilangkan materi yang ada," katanya pada Festival Pakeliran Padat di Gedung Pemuda, Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jateng, Rabu.

Pada festival Pakeliran Padat ini misalnya berbagai pakem dalam wayang harus diperpendek dari durasi yang biasanya semalam suntuk diubah menjadi hanya satu jam.

Inovasi, katanya, bisa dilakukan dengan mengurangi tokoh dalam sebuah lakon yang menurut pakem biasanya mencapai 30-45 tokoh, disederhanakan menjadi 5 tokoh saja.

Sentuhan tekhnologi, katanya, juga perlu diterapkan, misalnya pada lighting dan alat musik.

"Hal ini pernah dilakukan di Jogja pada 14 Desember 2008 dan menjadi rekor dengan pertunjukan hanya satu jam dengan lima tokoh," katanya.

Ia mengatakan, "Janturan" atau kata pembuka dari dalang dan suluk juga bisa disederhanakan.

Menurut dia, dari jumlah sekitar 1.100 pedalang di Jateng, hanya 20-30 persen yang sudah melakukan inovasi atau keluar dari pakem.

"Mereka ada yang masih senang dengan pakem. Biasanya di pelosok dan pertunjukannya juga untuk ritual, semisal ruwatan desa," katanya.

Wayang, katanya, dapat menjadi benteng budaya yang sulit digerus oleh budaya asing.

Menurut dia, di dalam wayang terdapat filsafat, spiritualitas, pengetahuan, pitutur luhur, piwulang, seni suara, seni tatah, dan seni drama. "Tidak hanyan unsur tontonan, tetapi juga terdapat tuntunan," katanya.

Ia mengatakan, sejak April 2003, wayang sudah diakui sebagai warisan budaya dunia tak benda. "Wayang sudah bisa bersanding dengan budaya asing lain di dunia," katanya.

Inovasi dalam pagelaran wayang yang sudah dilakukan, katanya, termasuk dengan mempertunjukkan wayang dengan bahasa pengantar Bahasa Inggris pada Juli lalu di Departemen Luar Negeri.(*)