Jakarta (ANTARA News) - Kepala Pusat Informasi Kehutanan, Masyhud, mengungkapkan bahwa ekowisata mampu menyumbang pendapatan sektor kehutanan sampai Rp80 triliun tahun lalu.

Angka ini, kata Masyhud di Jakarta, Rabu, bisa bertambah sejalan dengan upaya peningkatan pada titik-titik ekowisata di tanah air yang berada di bawah pengelolaan Departemen Kehutanan.

"Ekowisata telah menjadi sektor yang mampu menyumbangkan devisa yang cukup besar karena tahun lalu saja bisa memasukkan devisa sampai Rp80 triliun dengan jumlah wisatawan mancanegara 6,5 juta orang," katanya.

Jumlah penerimaan devisa itu, menurut dia, naik 33 persen dari 2007 yang mencapai Rp60 triliun dengan jumah wisatawan asing 5 juta orang.

Menurut data Dephut, potensi ekowisata masih sangat besar mengingat Indonesia memiliki 530 unit kawasan konservasi yang terdiri dari 245 unit Cagar Alam (CA), 77 unit Suaka Margasatwa, 50 unit Taman Nasional, 123 unit taman wisata alam (TWA), 21 unit taman hutan raya, dan 14 unit Taman Buru.

Masyhud mengungkapkan, pertumbuhan ekowisata diduga lebih pesat dari wisata lainnya karena selama beberapa tahun ini promosi ekowisata gencar dilakukan.

Berdasarkan laporan World Travel Tourism Council (WTTC) 2000, pertumbuhan rata-rata ekowisata sampai 10 persen per tahun atau lebih tinggi dari pariwisata umumnya yang sebesar 4,6 persen per tahun.

Yang lebih khusus lagi, menurut Masyhud, ekowisata juga lebih mengedepankan konservasi lingkungan, pendidikan lingkungan, kesejahteraan penduduk lokal, dan menghargai budaya lokal.

"Taman nasional sebagai kawasan pelestarian alam memiliki potensi sumber daya hayati dan ekosistemnya yang sangat penting untuk pengembangan ekowisata itu sendiri," jelas Masyhud.
(*)