KPPPA: Pemenuhan gizi anak terkendala pandemi COVID-19
16 Juli 2020 16:04 WIB
Petugas dan kader Posyandu mengukur lingkar kepala seorang anak pada kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dalam rangka Hari Gizi Nasional di halaman kantor Kecamatan Alang Alang Lebar, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (12/2/2020).ANTARA FOTO/Feny Selly/wsj. (ANTARA FOTO/FENY SELLY)
Jakarta (ANTARA) - Deputi Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Lenny N Rosalin mengatakan pemenuhan gizi anak dapat terhambat karena terkendala pandemi COVID-19.
"COVID-19 memengaruhi pemenuhan gizi anak. Permasalahan pemenuhan gizi anak dapat terjadi pada orang tua maupun anak sendiri," kata Lenny dalam seminar daring yang diadakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang diikuti melalui akun Youtube Forum Anak Nasional di Jakarta, Kamis.
Lenny mengatakan pandemi COVID-19 menyebabkan sebagian orang tua kehilangan sumber pendapatan atau pendapatannya berkurang sehingga menurunkan kualitas gizi keluarga, termasuk yang diberikan kepada anak.
Pada masa awal pandemi COVID-19, sebagian keluarga juga memilih membeli persediaan bahan makanan dalam jumlah banyak, tetapi bahan makanan dalam kemasan kaleng atau makanan instan.
Baca juga: Susu kental manis ditegaskan bukan untuk pemenuhan gizi anak
Baca juga: Angka masalah gizi pada anak akibat COVID-19 dapat meningkat tajam
"Akibatnya, permasalahan gizi keluarga, termasuk pemenuhan gizi anak, menjadi terabaikan," tuturnya.
Sementara itu, permasalahan selama pandemi COVID-19 pada anak antara lain rentan mengalami kekerasan, tidak senang karena harus belajar dari rumah, gizinya tidak terpenuhi, dan anak bosan karena harus di rumah saja.
Di sisi lain, Lenny juga mengatakan perilaku merokok orang tua juga menjadi salah satu sebab gizi anak tidak terpenuhi dengan baik.
"Menurut survei Badan Pusat Statistik, pembelanjaan untuk konsumsi pada rumah tangga termiskin yang tertinggi adalah untuk beras dan rokok. Itu berarti rokok mengalahkan pemenuhan gizi anak. Ini menjadi tantangan bagi kita semua," katanya.
Baca juga: KPPPA: Anak berhak dapatkan status kesehatan tertinggi
Baca juga: Orang tua diminta perhatikan gizi anak saat pandemi
"COVID-19 memengaruhi pemenuhan gizi anak. Permasalahan pemenuhan gizi anak dapat terjadi pada orang tua maupun anak sendiri," kata Lenny dalam seminar daring yang diadakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang diikuti melalui akun Youtube Forum Anak Nasional di Jakarta, Kamis.
Lenny mengatakan pandemi COVID-19 menyebabkan sebagian orang tua kehilangan sumber pendapatan atau pendapatannya berkurang sehingga menurunkan kualitas gizi keluarga, termasuk yang diberikan kepada anak.
Pada masa awal pandemi COVID-19, sebagian keluarga juga memilih membeli persediaan bahan makanan dalam jumlah banyak, tetapi bahan makanan dalam kemasan kaleng atau makanan instan.
Baca juga: Susu kental manis ditegaskan bukan untuk pemenuhan gizi anak
Baca juga: Angka masalah gizi pada anak akibat COVID-19 dapat meningkat tajam
"Akibatnya, permasalahan gizi keluarga, termasuk pemenuhan gizi anak, menjadi terabaikan," tuturnya.
Sementara itu, permasalahan selama pandemi COVID-19 pada anak antara lain rentan mengalami kekerasan, tidak senang karena harus belajar dari rumah, gizinya tidak terpenuhi, dan anak bosan karena harus di rumah saja.
Di sisi lain, Lenny juga mengatakan perilaku merokok orang tua juga menjadi salah satu sebab gizi anak tidak terpenuhi dengan baik.
"Menurut survei Badan Pusat Statistik, pembelanjaan untuk konsumsi pada rumah tangga termiskin yang tertinggi adalah untuk beras dan rokok. Itu berarti rokok mengalahkan pemenuhan gizi anak. Ini menjadi tantangan bagi kita semua," katanya.
Baca juga: KPPPA: Anak berhak dapatkan status kesehatan tertinggi
Baca juga: Orang tua diminta perhatikan gizi anak saat pandemi
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020
Tags: