Purwokerto (ANTARA) - Bibit lada yang dikembangkan oleh petani asal Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Agus Sunarto (48) berhasil dipasarkan hingga Lampung karena memiliki keunggulan.

"Kami melakukan inovasi untuk menghasilkan bibit lada unggul dengan cara menyambung dua tanaman sejenis, yaitu tanaman melada dan lada," kata Agus Sunarto dalam keterangan di Cilacap, Kamis.

Menurut dia, keunggulan bibit lada yang dikembangkannya adalah tahan terhadap kondisi lingkungan dan upaya untuk mengurangi penyakit busuk akar yang selama ini menjadi kendala para petani lada.

Baca juga: Menteri Koperasi UKM lepas ekspor 45 ton lada Babel ke Jepang

Dia mengaku baru pertama kali mengirim bibit lada ke Lampung meskipun selama ini banyak permintaan dalam jumlah besar.

Akan tetapi, permintaan tersebut selalu dia tolak karena tidak ingin mengurus sertifikat di Karantina Pertanian.

"Sudah terbayang alur dan biaya yang mahal, makanya saya enggan melaporkan ke Karantina Pertanian," katanya.

Kendati demikian, Agus akhirnya mencoba memeriksakan bibit lada yang hendak dikirim ke Lampung itu di Karantina Pertanian Cilacap.

" Selasa (14/7) kemarin, saya membawa 600 bibit lada ke Karantina Pertanian Cilacap untuk diperiksa sebelum dikirim ke Lampung," katanya.

Baca juga: 4 perusahaan internasional digandeng guna ekspansi pasar ekspor lada

Dia mengaku terkejut karena ternyata tidak harus membayar mahal terhadap biaya yang timbul atas jasa karantina.

Oleh karena itu, dia ke depan akan melayani permintaan pengiriman bibit lada yang sempat ditolaknya.

"Di tengah kondisi pandemi COVID-19 saat ini, tidak begitu berpengaruh terhadap produksi bibit lada yang saya kembangkan. Permintaan pasar justru semakin meningkat sehingga saya mengajak teman dan tetangga untuk ikut memroduksi bibit lada demi memenuhi permintaan pasar," katanya.

Setelah menjalani pemeriksaan oleh Pejabat Karantina Pertanian Cilacap, bibit lada yang dikembangkan Agus dinyatakan sehat dan bebas dari organisme pengganggu tumbuhan sehingga dapat diterbitkan sertifikat Kesehatan Tumbuhan Antararea (KT12).

Baca juga: Pemprov Babel ajukan lada putih sebagai produk nasional

Sementara itu, Kepala Karantina Pertanian Cilacap Puji Hartono mengatakan pengiriman bibit tanaman melalui wilayah kerjanya mengalami kenaikan yang sangat signifikan.

"Bibit tanaman yang dilalulintaskan sebagian besar adalah bibit tanaman hias. Pada tahun 2019 telah menyertifikasi sebanyak 75 kali, sedangkan pada periode Januari hingga Juli tahun 2020 telah menyertifikasi 327 kali," katanya.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil mengatakan sejalan dengan program strategis yang digagas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk meningkatkan ketahanan pangan, maka jajaran Karantina Pertanian di seluruh Tanah Air meningkatkan percepatan layanan.

Menurut dia, peningkatan percepatan layanan itu mulai dari kemudahan dalam mengakses layanan hingga inovasi yang semuanya berujung untuk menjamin kelestarian sumber daya alam hayati sekaligus menjaga keamanan dan mengendalikan mutu pangan serta pakan asal produk pertanian.

Terkait dengan hal itu, Jamil mengapresiasi pelaku usaha dan masyarakat yang telah mendukung tugas perkarantinaan.

"Mari kita jaga bersama, laporkan hewan, tumbuhan dan produk yang dilalulintaskan baik ekspor, impor, dan antararea kepada kami," katanya.