Jakarta (ANTARA) - Direktur Komersial PT Pos Indonesia Charles Sitorus mengatakan bahwa penguatan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia kawasan timur bisa mendorong efisiensi dan menekan biaya logistik yang tinggi.

"Saat berangkat kirim ke sana (timur), barang ada, tetapi saat hendak balik justru kosong. Maka, perlu kerja sama dengan pemerintah daerah untuk kembangkan UMKM," kata Charles dalam webinar di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, pertumbuhan UMKM di kawasan tersebut bisa meningkatkan aktivitas logistik dari wilayah Indonesia bagian timur yang selama ini masih jarang dan terbatas.

Baca juga: Hal yang perlu diperhatikan UMKM "go online" selain digitalisasi

Tantangan biaya logistik tersebut tidak hanya dirasakan PT Pos Indonesia, namun juga perusahaan jasa logistik swasta lainnya, apalagi pengiriman dari dan menuju wilayah ini juga masih tergantung dari jalur udara.

"Tantangan yang dimaksud lebih soal transportasi. Pengiriman dari dan ke kawasan Indonesia timur kerap tergantung kepada jalur udara alias pesawat," ujarnya.

Meski demikian, pihaknya akan terus memperluas jangkauan layanan, terutama dari potensi bisnis yang muncul dari aktivitas belanja secara daring.

Baca juga: Makanan siap saji dorong kenaikan pengiriman Pos Indonesia

Salah satu penguatan layanan tersebut antara lain dengan mendorong lini pengiriman paket maupun jasa kurir, melalui jaringan luas hingga seluruh kecamatan di Indonesia.

"Kami memposisikan sebagai penyedia layanan yang bisa diandalkan. Kami juga terus perbaiki jaminan ketepatan waktu pengantaran barang," kata Charles.

Dalam kesempatan ini, Dosen Universitas Multimedia Nusantara Zaroni mengutarakan ongkos logistik di Indonesia secara umum masih tinggi dibandingkan dengan negara-negara tetangga, yakni berkisar 23 persen.

Baca juga: Kemenkeu berencana perpanjang gratis pajak penghasilan bagi UMKM

Menurut dia, perbaikan konektivitas transportasi terutama dari dan ke wilayah timur serta standardisasi barang kiriman alias paket bisa menekan persoalan biaya logistik ini.

"Standar pengemasan sebetulnya penting agar kita dapat meningkatkan efisiensi ketika loading dan mencegah penumpukan barang di kontainer," katanya.

Ia juga mengharapkan ada proses digitalisasi logistik sehingga dokumen logistik dapat diakses secara daring dan tidak memerlukan lampiran yang banyak.

Zaroni menjelaskan pemanfaatan satu dokumen untuk pengiriman barang, meski melalui moda transportasi yang berbeda-beda, bisa menurunkan biaya logistik hingga lima persen.