Hagia Sophia akan terbuka untuk pengunjung berbagai agama
14 Juli 2020 18:26 WIB
Sejumlah wisatawan mengunjungi Hagia Sophia di Istanbul, Turki (10/72020). Turki akan mengadakan ibadah shalat pertama di Hagia Sophia pada 24 Juli, menyusul pernyataan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Jumat (10/7) yang mengumumkan alih fungsi monumen tersebut dari museum menjadi masjid. ANTARA/Xinhua/Osman Orsal/aa.
Ankara (ANTARA) - Kementerian Luar Negeri Turki, Selasa, menyatakan bahwa Hagia Sophia, meskipun telah diubah statusnya menjadi masjid, akan tetap terbuka bagi pengunjung dari berbagai latar belakang agama dan siapa pun yang ingin mengunjungi bangunan menakjubkan itu.
"Hagia Sophia akan terus merangkul semua orang dengan status barunya, melestarikan warisan budaya bersama umat manusia," kata juru bicara Kemlu Turki Hami Aksoy.
Setelah pertemuan Dewan Urusan Luar Negeri Uni Eropa (EU) pada Senin di Brussels, Aksoy menegaskan bahwa status Hagia Sophia adalah urusan dalam negeri dan merupakan milik Turki, dan tidak ada yang dapat mengganggu hak kedaulatan Turki.
Baca juga: Ulama Malaysia dukung Hagia Sophia jadi masjid
Baca juga: Komite Warisan Dunia UNESCO tinjau alih fungsi Hagia Sophia
Presiden Turki Tayyip Erdogan mengumumkan shalat pertama akan digelar di Hagia Sophia pada 24 Juli 2020, menyusul keputusan pengadilan yang mencabut status monumen kuno itu sebagai museum pada Jumat (10/7).
Langkah pemerintah Turki mengubah status Hagia Sophia dikritik oleh sejumlah pihak, di antaranya Dewan Gereja Dunia, pemimpin spiritual Kristen Ortodoks, bahkan Paus Fransiskus.
Sementara itu, UNESCO mengatakan Komite Warisan Dunia akan meninjau kembali status Hagia Sophia dan bahwa keputusan Turki itu menimbulkan pertanyaan soal dampak pada nilai universalitas sebuah situs penting yang lintas batas dan lintas generasi.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Turki akan beritahu UNESCO soal Hagia Sophia
Baca juga: Paus Fransiskus "tersakiti" dengan keputusan Turki soal Hagia Sophia
"Hagia Sophia akan terus merangkul semua orang dengan status barunya, melestarikan warisan budaya bersama umat manusia," kata juru bicara Kemlu Turki Hami Aksoy.
Setelah pertemuan Dewan Urusan Luar Negeri Uni Eropa (EU) pada Senin di Brussels, Aksoy menegaskan bahwa status Hagia Sophia adalah urusan dalam negeri dan merupakan milik Turki, dan tidak ada yang dapat mengganggu hak kedaulatan Turki.
Baca juga: Ulama Malaysia dukung Hagia Sophia jadi masjid
Baca juga: Komite Warisan Dunia UNESCO tinjau alih fungsi Hagia Sophia
Presiden Turki Tayyip Erdogan mengumumkan shalat pertama akan digelar di Hagia Sophia pada 24 Juli 2020, menyusul keputusan pengadilan yang mencabut status monumen kuno itu sebagai museum pada Jumat (10/7).
Langkah pemerintah Turki mengubah status Hagia Sophia dikritik oleh sejumlah pihak, di antaranya Dewan Gereja Dunia, pemimpin spiritual Kristen Ortodoks, bahkan Paus Fransiskus.
Sementara itu, UNESCO mengatakan Komite Warisan Dunia akan meninjau kembali status Hagia Sophia dan bahwa keputusan Turki itu menimbulkan pertanyaan soal dampak pada nilai universalitas sebuah situs penting yang lintas batas dan lintas generasi.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Turki akan beritahu UNESCO soal Hagia Sophia
Baca juga: Paus Fransiskus "tersakiti" dengan keputusan Turki soal Hagia Sophia
Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: