Makanan siap saji dorong kenaikan pengiriman Pos Indonesia
14 Juli 2020 13:03 WIB
Petugas memilah paket kiriman barang di Kantor Pos, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/4/2020). Menurut petugas, dimasa penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), volume pengiriman paket pos khusus belanja online mengalami kenaikan rata-rata 10 persen dari biasanya. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/aww.
Jakarta (ANTARA) - PT Pos Indonesia mencetak kenaikan pengiriman barang dalam beberapa bulan terakhir pada masa pandemi COVID-19, didorong pergeseran pola belanja konsumen untuk barang konsumsi berupa makanan siap saji.
Direktur Komersial PT Pos Indonesia, Charles Sitorus, menjelaskan, secara keseluruhan terjadi peningkatan jumlah pengiriman barang sebesar 34 persen untuk distribusi intracity (dalam kota) naik hingga 34 persen.
Pengiriman produk dari e-commerce juga meningkat hingga 42 persen. Secara nilai (shipment value) dari e-commerce juga mengalami kenaikan sampai 58 persen.
"Ada kebiasaan baru di pola belanja konsumen di Indonesia. Dari dulunya yang banyak pengiriman untuk barang di sektor fashion, kosmetik, sekarang lebih ke pangan," kata Charles Sitorus, melalui diskusi daring, Selasa.
Baca juga: Pembayaran digital semakin diminati di Shopee
Baca juga: Tips promosi produk online lewat Instagram
Pengiriman bahan pangan, menurut dia, dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup menyusul aktivitas sehari-hari yang saat ini hampir seluruhnya dilakukan secara digital dan daring.
"Pandemi ini mengubah semuanya, mulai dari kesehatan, aktivitas, dan lain-lain. Ini yang menjadikan konsumen mengubah pola hidupnya, termasuk berbelanja (bahan pangan secara daring)," ujar Charles.
Selain dukungan e-commerce, Charles menyebutkan, kenaikan juga didukung berbagai kemudahan layanan pembayaran yang ditawarkan.
Bagi konsumen yang masih awam dengan pembayaran digital, transaksi dapat dilakukan secara COD (cash on delivery), dimana transaksi tunainya bisa dilakukan langsung antara konsumen dan kurir.
"(Volume perdagangan via COD) peningkatannya terasa sekali. Kalau dilihat dari nilainya, naik 42 persen untuk jumlah item-nya," kata dia.
"Masyarakat membutuhkan layanan karena mereka di rumah, dengan akses internet yang tersebar luas, dan dipakai oleh semua kalangan di rumah," ujar Charles menambahkan.
Agar dapat bersaing sehat dengan kompetitor lainnya, Charles mengatakan pihaknya terus berbenah untuk mempermudah akses masyarakat di sektor pengiriman barang atau logistik. Salah satunya melalui aplikasi QPosinAja.
"Cukup download QPosinAja. Pemilihan layanan COD dan pickup barang gratis juga bisa lewat sana. Ada juga layanan satu hari sampai 'Q9' dan 'QComm' untuk pengiriman seluruh Jawa hanya selama dua hari," pungkasnya.
Baca juga: PT Pos Indonesia kembangkan layanan digital
Baca juga: Digitalisasi, solusi UMKM bertahan kala pandemi
Baca juga: Kiat berhemat saat belanja online a la Tokopedia
Direktur Komersial PT Pos Indonesia, Charles Sitorus, menjelaskan, secara keseluruhan terjadi peningkatan jumlah pengiriman barang sebesar 34 persen untuk distribusi intracity (dalam kota) naik hingga 34 persen.
Pengiriman produk dari e-commerce juga meningkat hingga 42 persen. Secara nilai (shipment value) dari e-commerce juga mengalami kenaikan sampai 58 persen.
"Ada kebiasaan baru di pola belanja konsumen di Indonesia. Dari dulunya yang banyak pengiriman untuk barang di sektor fashion, kosmetik, sekarang lebih ke pangan," kata Charles Sitorus, melalui diskusi daring, Selasa.
Baca juga: Pembayaran digital semakin diminati di Shopee
Baca juga: Tips promosi produk online lewat Instagram
Pengiriman bahan pangan, menurut dia, dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup menyusul aktivitas sehari-hari yang saat ini hampir seluruhnya dilakukan secara digital dan daring.
"Pandemi ini mengubah semuanya, mulai dari kesehatan, aktivitas, dan lain-lain. Ini yang menjadikan konsumen mengubah pola hidupnya, termasuk berbelanja (bahan pangan secara daring)," ujar Charles.
Selain dukungan e-commerce, Charles menyebutkan, kenaikan juga didukung berbagai kemudahan layanan pembayaran yang ditawarkan.
Bagi konsumen yang masih awam dengan pembayaran digital, transaksi dapat dilakukan secara COD (cash on delivery), dimana transaksi tunainya bisa dilakukan langsung antara konsumen dan kurir.
"(Volume perdagangan via COD) peningkatannya terasa sekali. Kalau dilihat dari nilainya, naik 42 persen untuk jumlah item-nya," kata dia.
"Masyarakat membutuhkan layanan karena mereka di rumah, dengan akses internet yang tersebar luas, dan dipakai oleh semua kalangan di rumah," ujar Charles menambahkan.
Agar dapat bersaing sehat dengan kompetitor lainnya, Charles mengatakan pihaknya terus berbenah untuk mempermudah akses masyarakat di sektor pengiriman barang atau logistik. Salah satunya melalui aplikasi QPosinAja.
"Cukup download QPosinAja. Pemilihan layanan COD dan pickup barang gratis juga bisa lewat sana. Ada juga layanan satu hari sampai 'Q9' dan 'QComm' untuk pengiriman seluruh Jawa hanya selama dua hari," pungkasnya.
Baca juga: PT Pos Indonesia kembangkan layanan digital
Baca juga: Digitalisasi, solusi UMKM bertahan kala pandemi
Baca juga: Kiat berhemat saat belanja online a la Tokopedia
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020
Tags: