Stok masker N95 untuk tangani COVID-19 dan karhutla di Riau menipis
13 Juli 2020 17:56 WIB
Seorang pegawai menunjukan stok masker N95 logistik Dinas Kesehatan Provinsi Riau di Kota Pekanbaru, Senin (13/9/2020). Stok masker N95 untuk penanganan COVID-19 serta antisipasi kabut asap kebakaran hutan dan lahan di Dinas Kesehatan Riau makin menipis, yakni tinggal 680 unit, sedangkan masker bantuan dari pemerintah pusat untuk tahun ini belum ada dan apotek besar di Pekanbaru berhenti menjual karena harga di tingkat distributor naik jadi Rp2 juta per kotak dari harga normalnya Rp400 ribu. (ANTARA FOTO/FB Anggoro)
Pekanbaru (ANTARA) - Dinas Kesehatan Provinsi Riau menyatakan stok masker jenis N95 untuk penanganan COVID-19 dan antisipasi asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di daerah itu makin menipis, sedangkan bantuan dari Kementerian Kesehatan untuk pengadaan tahun 2020 ini belum ada.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Hj Mimi Nazir menjelaskan di Pekanbaru, Senin, bahwa berdasarkan data logistik pihaknya persediaan masker N95 kini tinggal 680 unit, di mana masker tersebut merupakan pengadaan pada tahun 2019 untuk penanganan karhutla, sedangkan untuk tahun ini belum ada pengiriman dari Kementerian Kesehatan.
“Dinkes Riau selama ini jadi 'buffer stock' untuk daerah-daerah yang membutuhkan alat pelindung diri (APD), tapi pengadaan tahun ini dari pusat belum ada. Kita mengandalkan stok tahun lalu,” katanya.
Ia mengatakan permintaan masker N95 maupun APD dari daerah meningkat dibandinngkan tahun lalu, bukan hanya karena antisipasi karhutla melainkan juga akibat kondisi wabah COVID-19. Ada 48 rumah sakit umum dan swasta yang kini jadi rujukan COVID-19, yang perlu diperhatikan ketersediaan APD.
“Meski rumah sakit swasta, tapi kalau mereka sudah kepayahan mencari N95 tidak dapat, ya kita harus bantu. Ini kan untuk pelayanan ke pasien juga. Stok terbatas, permintaan meningkat, kita terpaksa tidak bisa memberikan penuh sesuai permintaan rumah sakit,” katanya.
Menurut dia, pengiriman stok N95 dari Kementerian Kesehatan tahun ini belum ada karena beberapa sebab. Pertama, karena kondisi wabah yang membuat banyak rumah sakit membutuhkan masker tersebut. Kedua, akibat harga masker N95 melonjak.
“Kita juga belum melakukan pengadaan masker N95 dari APBD, kita tunda sementara pembelian karena harganya selangit. Siapa kita bisa dapat harga yang lebih terjangkau, tapi kalau sudah terdesak ya terpaksa membeli juga,” kata Mimi Nazir .
Sementara itu, apotek besar di Kota Pekanbaru memilih tidak menjual masker N95 karena harganya terus meningkat jauh dari harga normal.
“Terakhir kami jual bulan Juni, waktu itu harganya sudah Rp1,5 juta per kotak. Sekarang harga sudah tidak masuk akal lagi karena mencapai Rp2 juta per kotak, lebih baik tidak jual dulu,” kata pemilik Apotek ASEAN, Akerisno.
Ia mendapat informasi, harga masker N95 di pabriknya di Amerika Serikat sebenarnya tidak naik begitu tinggi. Harga normal masker tersebut Rp400 ribu per kotak isi 20 unit, dan mengalami kenaikan akibat pandemi COVID-19. Namun, ia menilai kenaikan harga barang impor di tingkat distributor sudah tidak wajar.
“Harga pabrik tidak naik, tetap Rp400 ribu. Tapi sampai ke pasar kok ngeri harganya,” katanya.
Ia mengatakan apotek lebih memilih jual masker medis biasa dan nonmedis karena harganya berangsur turun. Harga jualnya kini Rp125 ribu per kotak isi 50 helai, turun dari sebelumnya mencapai Rp175 ribu.
“Saya dapat informasi dari pabriknya, harga masker ini bisa turun lagi sampai Rp100 ribu per kotak. Lebih baik jual yang itu saja,” demikian Akerisno.
Baca juga: Riau sebar 1,5 juta masker selama kabut asap
Baca juga: Buat masker antisipasi COVID-19, Relawan Muda Riau galang donasi
Baca juga: Polda Riau turunkan tim antisipasi penimbunan masker
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Hj Mimi Nazir menjelaskan di Pekanbaru, Senin, bahwa berdasarkan data logistik pihaknya persediaan masker N95 kini tinggal 680 unit, di mana masker tersebut merupakan pengadaan pada tahun 2019 untuk penanganan karhutla, sedangkan untuk tahun ini belum ada pengiriman dari Kementerian Kesehatan.
“Dinkes Riau selama ini jadi 'buffer stock' untuk daerah-daerah yang membutuhkan alat pelindung diri (APD), tapi pengadaan tahun ini dari pusat belum ada. Kita mengandalkan stok tahun lalu,” katanya.
Ia mengatakan permintaan masker N95 maupun APD dari daerah meningkat dibandinngkan tahun lalu, bukan hanya karena antisipasi karhutla melainkan juga akibat kondisi wabah COVID-19. Ada 48 rumah sakit umum dan swasta yang kini jadi rujukan COVID-19, yang perlu diperhatikan ketersediaan APD.
“Meski rumah sakit swasta, tapi kalau mereka sudah kepayahan mencari N95 tidak dapat, ya kita harus bantu. Ini kan untuk pelayanan ke pasien juga. Stok terbatas, permintaan meningkat, kita terpaksa tidak bisa memberikan penuh sesuai permintaan rumah sakit,” katanya.
Menurut dia, pengiriman stok N95 dari Kementerian Kesehatan tahun ini belum ada karena beberapa sebab. Pertama, karena kondisi wabah yang membuat banyak rumah sakit membutuhkan masker tersebut. Kedua, akibat harga masker N95 melonjak.
“Kita juga belum melakukan pengadaan masker N95 dari APBD, kita tunda sementara pembelian karena harganya selangit. Siapa kita bisa dapat harga yang lebih terjangkau, tapi kalau sudah terdesak ya terpaksa membeli juga,” kata Mimi Nazir .
Sementara itu, apotek besar di Kota Pekanbaru memilih tidak menjual masker N95 karena harganya terus meningkat jauh dari harga normal.
“Terakhir kami jual bulan Juni, waktu itu harganya sudah Rp1,5 juta per kotak. Sekarang harga sudah tidak masuk akal lagi karena mencapai Rp2 juta per kotak, lebih baik tidak jual dulu,” kata pemilik Apotek ASEAN, Akerisno.
Ia mendapat informasi, harga masker N95 di pabriknya di Amerika Serikat sebenarnya tidak naik begitu tinggi. Harga normal masker tersebut Rp400 ribu per kotak isi 20 unit, dan mengalami kenaikan akibat pandemi COVID-19. Namun, ia menilai kenaikan harga barang impor di tingkat distributor sudah tidak wajar.
“Harga pabrik tidak naik, tetap Rp400 ribu. Tapi sampai ke pasar kok ngeri harganya,” katanya.
Ia mengatakan apotek lebih memilih jual masker medis biasa dan nonmedis karena harganya berangsur turun. Harga jualnya kini Rp125 ribu per kotak isi 50 helai, turun dari sebelumnya mencapai Rp175 ribu.
“Saya dapat informasi dari pabriknya, harga masker ini bisa turun lagi sampai Rp100 ribu per kotak. Lebih baik jual yang itu saja,” demikian Akerisno.
Baca juga: Riau sebar 1,5 juta masker selama kabut asap
Baca juga: Buat masker antisipasi COVID-19, Relawan Muda Riau galang donasi
Baca juga: Polda Riau turunkan tim antisipasi penimbunan masker
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020
Tags: