Jakarta (ANTARA) - Brand perawatan Love Beauty and Planet merilis produk "Clean Ocean Edition" yang kemasannya terbuat dari ocean-bound plastic, hasil daur ulang sampah plastik dari pesisir laut.

Ira Noviarti, Beauty & Personal Care Director, PT Unilever Indonesia Tbk, mengatakan rangkaian ini diharap bisa jadi bagian dari solusi membantu mengurangi pencemaran lautan.

Seiring peluncurannya, Love Beauty and Planet “Clean Oceans Edition” juga akan mendukung gerakan untuk menciptakan ekosistem laut yang lebih baik dengan menanam 2.000 coral terumbu karang di laut Indonesia.

“Di tengah keresahan terhadap permasalahan sampah plastik yang berakhir di lautan, beauty enthusiasts di berbagai belahan dunia mulai bergerak mempopulerkan tren ‘Blue Beauty’, yaitu sebuah gerakan untuk menggunakan produk personal care yang berkomitmen terhadap kelestarian laut dan ekosistemnya," kata Ira dikutip dari siaran resmi, Sabtu.

Baca juga: Motif batik hiasi desain botol minum asal Italia

Baca juga: Hidangan di acara Oscar akan ramah lingkungan, bebas botol plastik


"Tren ini menekankan pentingnya penggunaan bahan alami secara inovatif serta bahan kemasan yang mudah terurai, dapat didaur ulang, atau terbuat dari hasil daur ulang sehingga siklus hidupnya tidak mencemari lingkungan laut.”

Produk terbaru ini diklaim sebagai produk personal care pertama di Indonesia yang menggunakan ocean-bound plastic, teknologi kemasan daur ulang dari limbah plastik di pesisir.

Ira menambahkan, semua botol kemasan ini bisa didaur ulang.

Love Beauty and Planet “Clean Oceans Edition” hadir dalam tiga rangkaian produk; sampo, sabun dan losion dengan wewangian tumbuhan bergamot dan mengandung garam laut kaya mineral dari laut Bali.

Produk ini diklaim ramah lingkungan karena diformulasikan tanpa sulfat, paraben, silikon, maupun pewarna buatan, juga lebih ramah untuk kulit sensitif. Selain itu, "Clean Oceans Edition" juga memiliki sertifikasi vegan & cruelty free dari PETA, serta sertifikasi halal dari MUI.

Sampah plastik masih menjadi tantangan yang dihadapi Indonesia dan dunia, terutama yang berakhir di lautan.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan sampah di kawasan pesisir Indonesia didominasi oleh plastik, sebanyak 36-38 persen, dan menjadi ancaman besar bagi kerusakan ekosistem laut.

Jika tidak diatasi, limbah sampah plastik di laut secara global diprediksi dapat meningkat hingga 300 persen dalam rentang waktu 2010 hingga 2050, bahkan jumlahnya dapat melebihi ikan di lautan.

Baca juga: Coba "slow fashion", jalani tiga bulan tanpa belanja baju baru

Baca juga: Mengenal lebih dekat tentang "sustainable investing"