Perlindungan 30 persen alam beri lima kali keuntungan ekonomi
11 Juli 2020 17:40 WIB
EKOWISATA UNTUK KONSERVASI BURUNG AIR. Sekawanan burung Ibis rokoroko (Plegadis Falcinellus) terbang di atas kawasan ekowisata mangrove Karangsong, Indramayu, Jawa Barat, Jumat (3/7/2020). ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/foc.
Yogyakarta (ANTARA) - Hasil kajian komprehensif independen terbaru dari 100 ekonom dan ilmuwan yang diterbitkan The Campaign for Nature (CFN) menyebut perlindungan dari 30 persen alam akan memberi lima kali lebih besar keuntungan bagi ekonomi.
“Laporan kami menunjukkan bahwa perlindungan alam dalam ekonomi masa kini menghasilkan lebih banyak pemasukan dibandingkan alternatifnya, dan kemungkinan menambah pemasukan bagi pertanian dan kehutanan," kata penulis utama dari laporan kajian dan peneliti yang fokus pada keuangan konservasi lingkungan, kehilangan spesies global dan pertanian yang berkelanjutan tersebut.
Perlindungan alam dalam ekonomi Juga dapat menolong mencegah perubahan iklim, krisis air, kerusakan biodiversitas dan munculnya penyakit, kata Anthony Waldron dalam keterangan tertulisnya diterima di Yogyakarta, Sabtu.
Hasil kajian terbaru berjudul Protecting 30 persen of the planet for nature: costs, benefits and economic implications itu ia mengatakan menunjukkan manfaat secara finansial dan ekonomi dapat diperoleh saat penetapan kawasan-kawasan lindung dilakukan lebih banyak dari yang ada saat ini, sehingga ekonomi global akan lebih diuntungkan.
“Keuntungan-keuntungannya melampaui biaya-biaya yang dikeluarkan dengan rasio minimal 5 banding 1,” ujar dia.
Kajian dilakukan dengan memperhitungkan berbagai skenario dari melindungi minimal 30 persen wilayah daratan dan lautan dunia. Selain itu, hasil kajian juga memaparkan bukti baru bahwa sektor perlindungan lingkungan mendorong pertumbuhan ekonomi, memberikan keuntungan-keuntungan nonmoneter, dan merupakan kontributor netto dari ekonomi global yang lebih tangguh.
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Keragaman Hayati telah menyertakan target perlindungan 30 persen kawasan lindung ini pada draft strategi 10 tahun, di mana itu diharapkan untuk difinalisasi dan disetujui oleh Konvensi 196 pihak pada tahun depan di Kunming, China.
Karenanya, menurut Waldron, meningkatkan perlindungan lingkungan adalah kebijakan baik bagi pemerintah yang sedang mengakomodasi berbagai kepentingan.
Para penulis laporan kajian menemukan bahwa untuk mendapatkan manfaat-manfaat utama dari melindungi 30 persen dari daratan dan lautan dunia, membutuhkan rata-rata investasi tahunan sekitar 140 miliar dolar AS pada 2030, katanya.
Baca juga: ASEAN Center for Biodiversity sebut perubahan transformatif keharusan
Baca juga: Seruan perlindungan alam di tengah krisis COVID-19
Saat ini, ia mengatakan masyarakat internasional berinvestasi hanya sekitar 24 miliar dolar AS per tahun pada kawasan-kawasan lindung.
Pada saat ini, kira-kira 15 persen dari lahan tanah dan tujuh persen lautan dunia telah mendapat perlindungan hingga derajat tertentu. Kajian telah menemukan bahwa perlindungan-perlindungan tambahan akan menghasilkan rata-rata 250 miliar dolar AS peningkatan output ekonomi per tahun dan rata-rata 350 miliar dolar AS dalam peningkatan jasa-jasa lingkungan per tahun jika dibandingkan dengan status quo.
Sektor perlindungan lingkungan telah menjadi salah satu sektor yang tumbuh paling cepat pada tahun-tahun terakhir, dan menurut laporan kajian tersebut diproyeksikan akan tumbuh 4-6 persen per tahun dibandingkan dengan kurang dari 1 persen untuk pertanian, perikanan, dan kehutanan, setelah dunia pulih dari pandemi COVID-19.
“Investasi ini sangat minim dibanding keuntungan-keuntungan ekonomi yang akan dihasilkan kawasan-kawasan lindung tambahan dan dibanding dukungan finansial yang lebih besar untuk sektor-sektor lain,” kata co-author dari kajian tersebut Enric Sala, yang juga merupakan explorer-in-residence di National Geographic Society tersebut.
Ia mengatakan berinvestasi untuk melindungi alam hanya akan mencapai kurang dari sepertiga dari jumlah yang negara-negara belanjakan untuk subsidi-subsidi pada kegiatan-kegiatan yang merusak alam. Jumlahnya akan sekitar 0,16 persen dari Produk Domestik Global (PDB) global dan membutuhkan investasi lebih sedikit dibandingkan yang dibelanjakan dunia pada video games setiap tahun.
The Campaign for Nature, yang menerbitkan laporan kajian, sedang bekerja bersama koalisi yang terus tumbuh hingga lebih dari 100 organisasi konservasi, para peneliti, dan para pemimpin masyarakat adat di seluruh dunia dalam mendukung target 30 persen plus dan peningkatan dukungan finansial untuk konservasi.
CFN merekomendasikan pendanaan berasal dari semua sumber, termasuk dukungan pembangunan resmi, anggaran dalam negeri pemerintah, pembiayaan iklim yang diarahkan pada solusi-solusi berbasis lingkungan, kegiatan-kegiatan filantropi, perusahaan-perusahaan, dan sumber-sumber pemasukan atau simpanan baru melalui perubahan-perubahan subsidi dan peraturan.
Sebanyak 70-90 persen dari biaya akan difokuskan pada negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah karena merupakan lokasi dari biodiversitas yang paling terancam di dunia, negara-negara ini membutuhkan dukungan finansial dari beragam sumber.
Baca juga: Bentuk "biodiversity warrior" lima universitas digandeng KEHATI
Baca juga: Indonesia dorong isu konservasi menjadi dasar kebijakan
“Laporan kami menunjukkan bahwa perlindungan alam dalam ekonomi masa kini menghasilkan lebih banyak pemasukan dibandingkan alternatifnya, dan kemungkinan menambah pemasukan bagi pertanian dan kehutanan," kata penulis utama dari laporan kajian dan peneliti yang fokus pada keuangan konservasi lingkungan, kehilangan spesies global dan pertanian yang berkelanjutan tersebut.
Perlindungan alam dalam ekonomi Juga dapat menolong mencegah perubahan iklim, krisis air, kerusakan biodiversitas dan munculnya penyakit, kata Anthony Waldron dalam keterangan tertulisnya diterima di Yogyakarta, Sabtu.
Hasil kajian terbaru berjudul Protecting 30 persen of the planet for nature: costs, benefits and economic implications itu ia mengatakan menunjukkan manfaat secara finansial dan ekonomi dapat diperoleh saat penetapan kawasan-kawasan lindung dilakukan lebih banyak dari yang ada saat ini, sehingga ekonomi global akan lebih diuntungkan.
“Keuntungan-keuntungannya melampaui biaya-biaya yang dikeluarkan dengan rasio minimal 5 banding 1,” ujar dia.
Kajian dilakukan dengan memperhitungkan berbagai skenario dari melindungi minimal 30 persen wilayah daratan dan lautan dunia. Selain itu, hasil kajian juga memaparkan bukti baru bahwa sektor perlindungan lingkungan mendorong pertumbuhan ekonomi, memberikan keuntungan-keuntungan nonmoneter, dan merupakan kontributor netto dari ekonomi global yang lebih tangguh.
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Keragaman Hayati telah menyertakan target perlindungan 30 persen kawasan lindung ini pada draft strategi 10 tahun, di mana itu diharapkan untuk difinalisasi dan disetujui oleh Konvensi 196 pihak pada tahun depan di Kunming, China.
Karenanya, menurut Waldron, meningkatkan perlindungan lingkungan adalah kebijakan baik bagi pemerintah yang sedang mengakomodasi berbagai kepentingan.
Para penulis laporan kajian menemukan bahwa untuk mendapatkan manfaat-manfaat utama dari melindungi 30 persen dari daratan dan lautan dunia, membutuhkan rata-rata investasi tahunan sekitar 140 miliar dolar AS pada 2030, katanya.
Baca juga: ASEAN Center for Biodiversity sebut perubahan transformatif keharusan
Baca juga: Seruan perlindungan alam di tengah krisis COVID-19
Saat ini, ia mengatakan masyarakat internasional berinvestasi hanya sekitar 24 miliar dolar AS per tahun pada kawasan-kawasan lindung.
Pada saat ini, kira-kira 15 persen dari lahan tanah dan tujuh persen lautan dunia telah mendapat perlindungan hingga derajat tertentu. Kajian telah menemukan bahwa perlindungan-perlindungan tambahan akan menghasilkan rata-rata 250 miliar dolar AS peningkatan output ekonomi per tahun dan rata-rata 350 miliar dolar AS dalam peningkatan jasa-jasa lingkungan per tahun jika dibandingkan dengan status quo.
Sektor perlindungan lingkungan telah menjadi salah satu sektor yang tumbuh paling cepat pada tahun-tahun terakhir, dan menurut laporan kajian tersebut diproyeksikan akan tumbuh 4-6 persen per tahun dibandingkan dengan kurang dari 1 persen untuk pertanian, perikanan, dan kehutanan, setelah dunia pulih dari pandemi COVID-19.
“Investasi ini sangat minim dibanding keuntungan-keuntungan ekonomi yang akan dihasilkan kawasan-kawasan lindung tambahan dan dibanding dukungan finansial yang lebih besar untuk sektor-sektor lain,” kata co-author dari kajian tersebut Enric Sala, yang juga merupakan explorer-in-residence di National Geographic Society tersebut.
Ia mengatakan berinvestasi untuk melindungi alam hanya akan mencapai kurang dari sepertiga dari jumlah yang negara-negara belanjakan untuk subsidi-subsidi pada kegiatan-kegiatan yang merusak alam. Jumlahnya akan sekitar 0,16 persen dari Produk Domestik Global (PDB) global dan membutuhkan investasi lebih sedikit dibandingkan yang dibelanjakan dunia pada video games setiap tahun.
The Campaign for Nature, yang menerbitkan laporan kajian, sedang bekerja bersama koalisi yang terus tumbuh hingga lebih dari 100 organisasi konservasi, para peneliti, dan para pemimpin masyarakat adat di seluruh dunia dalam mendukung target 30 persen plus dan peningkatan dukungan finansial untuk konservasi.
CFN merekomendasikan pendanaan berasal dari semua sumber, termasuk dukungan pembangunan resmi, anggaran dalam negeri pemerintah, pembiayaan iklim yang diarahkan pada solusi-solusi berbasis lingkungan, kegiatan-kegiatan filantropi, perusahaan-perusahaan, dan sumber-sumber pemasukan atau simpanan baru melalui perubahan-perubahan subsidi dan peraturan.
Sebanyak 70-90 persen dari biaya akan difokuskan pada negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah karena merupakan lokasi dari biodiversitas yang paling terancam di dunia, negara-negara ini membutuhkan dukungan finansial dari beragam sumber.
Baca juga: Bentuk "biodiversity warrior" lima universitas digandeng KEHATI
Baca juga: Indonesia dorong isu konservasi menjadi dasar kebijakan
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020
Tags: