Jakarta,(ANTARA News) - Anggodo Widjojo, adik tersangka korupsi Anggoro Widjojo, diduga merekayasa tokoh Toni dalam rangkaian kronologi dugaan suap kepada sejumlah pimpinan KPK.

Hal itu terungkap dalam rekaman pembicaraan antara Anggodo (AGD) dan seseorang yang diduga Jamintel Wisnu Subroto (WS) yang diputar dalam sidang Mahkamah Konstitusi di Jakarta, Selasa.

Sebelumnya ramai diberitakan bahwa Toni adalah salah satu orang yang diduga menjadi perantara penyerahan uang kepada sejumlah pimpinan KPK. Penyerahan uang itu dilakukan bersama seorang bernama Ari Muladi.

Namun, pada akhirnya Ari Muladi membantah telah menyerahkan uang kepada pimpinan KPK.

Rekaman pembicaraan itu juga mengungkap bahwa tokoh Toni tidak pernah ada karena yang dimaksud Toni sebenarnya adalah Anggodo sendiri.

Berikut petikan pembicaraan yang direkam pada 30 Juli 2009 pukul 19.13 WIB dan diputar di sidang MK tersebut:

WS : Lho iya, dia misalnya bilang saya gak ngomong gitu ya susah ngotot. Cuma masalahnya kan tidak kena gitu. Sampe ada yang Toni, kalo Toni ada pasti selesai kata dia. Toni...dikeluarkan, karena Pak Susno juga sudah tau, ada. Kosasih juga waktu ketemu terakhir sebelum pulang Surabaya dipanggil juga cerita Pak Susno, Pak Susno juga cerita ke saya. hanya itu aja kata dia.

AGD : Tapi Susno udah tahu pak, Toni itu Anggodo Pak Kemudian, Anggodo menegaskan bahwa tokoh Toni sebenarnya tidak ada.

AGD : Kalau Toni bapak tidak usah mikir

WS : dia cuma ngomong kalo ada Toni bilang juga Toni gitu

AGD : tidak ada Toni Pak

WS : kenapa bohong, ada Toni ada saya, muter aja jadinya.

AGD : yang jelas dia (Edi) sekarang membabi buta karena dia tidak bisa menjawab. sebenarnya simpel permintaan kita apa adanya, you yang nge-deal

WS : saya udah bilang yang ngelakoni Antasari, ya tidak ada masalah. Lah cerita katanya nyari Chandra sampe tengah malam itu gimana saya tanya kan, "bohong mas", lho kok bohong? "Lha itu disuruh si Ari", gitu

AGD : kok dia bisa disuruh Ari, malah Ari jadi kacungnya. Sebetulnya cuma satu, kamu kenapa kok nggak mengakui wong bener perintah kamu supaya Anggodo menyiapkan Chandra Rp1 miliar.

WS : Tidak mengerti itu kalo perintah Edi, yang saya omongin itu ruwet, soalnya tidak dibuka Toni, mulailah ngomong.

AGD : bapak kan tau waktu saya suruh mbayar ke Chandra saya ajak dia lapor Bapak

WS : saya dari tempat...ya...

AGD : ke kantor Bapak, tiap kali putusan saya ke kantor Bapak kan gitu

WS : ke kantor tadi gak runding berdua, saya tahu dari you terus di ruang tamu sama Edi.

AGD
: waktu sama Edi, saya sama Edi menghadap bapak

WS : ya

AGD :
andai kata dia terbukti apa, yang penting Bapak sama Pak Irwan hanya sebagai temen mengenalkan

WS : mengenalkan siapa?

AGD : saya

WS : Lho iyalah

AGD : cuman itu

WS : ke kantor gitu aja, saya kan tidak mengerti you ke Singapore apa isinya juga tidak mengerti

AGD : kalo ke Singapore bapak juga tau kok Pak

WS : iya tapi isinya di situ apa kan tidak pernah ngomong

AGD : soalnya pulang dari Singapore kan saya menghadap dia juga sama Irwan

WS : cuma saya pembicaraan diajak ke Susno kan tidak mengerti kan, saya tidak mengertilah jujur aja ternyata Susno ikut. Waktu Antasari ke sana saya juga tidak tahu, itu kan cerita terakhir.

AGD : Detilnya tidak tahu, tapi waktu deal baru laporan ke Bapak.

WS :
terus telponan ke Toni juga baru ngeh akhir-akhir ini kok dimana letak Toninya itu

AGD : iya kok masih mau nongolkan Toni, kepancing... Toni Pak Wisnu pun tau dari awal.

WS : ya karena untuk nyamar kalo sampe ke Antasari, kalo Anggodo tidak mau gitu

AGD ; iya betul gitu

WS : tapi ada Toni lain saya kan tidak mengerti juga

AGD : tidak ada Pak yang penting kalo ketemu dia ngomong yang jujur, kalo tidak jujur nanti kepepet.

WS : Wong Irwan juga tak suruh nganu, sampe lama kita ketemu sampe jam dua .(*)