Jakarta (ANTARA) - Pengamat ekonomi Adelia Surya Pratiwi dari lembaga kajian kebijakan publik Think Policy Society menilai bahwa peningkatan daya saing menjadi strategi kunci untuk mempertahankan status Indonesia sebagai negara berpendapatan menengah atas atau upper middle income country.
"Untuk mempertahankan status upper middle income country bahkan menuju berpendapatan tinggi atau high income, kata kuncinya adalah peningkatan daya saing. Daya saing merupakan faktor penting untuk meningkatkan kemandirian ekonomi," ujar Adelia saat dihubungi Antara di Jakarta, Jumat.
Menurut Adelia, daya saing merupakan faktor penting untuk meningkatkan kemandirian ekonomi. Pandemi ini mengajarkan Indonesia bahwa kemandirian ekonomi mutlak penting.
Baca juga: Presiden Jokowi beberkan upaya RI keluar dari "middle income trap"
Ia mencontohkan Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah namun belum memiliki kemampuan untuk mengolah sehingga dampaknya bisa ke penyerapan tenaga kerja di dalam negeri belum optimal. Dengan demikian reformasi struktur ekonomi (biasa dikenal reformasi struktural) dari negara berbasis sumber daya alam ke pengolahan (industri) menjadi relevan.
Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum’s Global Competitiveness Index masih tertinggal dibandingkan negara-negara dengan pendapatan per kapita yang lebih tinggi.
"Dari 10 pilar daya saing, Indonesia paling tertinggal terkait aspek infrastruktur, kualitas SDM, kemampuan berinovasi, adaptasi teknologi, serta sistem keuangan. Sedangkan aspek lain seperti institusi, stabilitas makro, potensi pasar barang dan tenaga kerja, Indonesia sudah relatif baik," kata pengamat ekonomi tersebut.
Baca juga: Kemenkeu: RI naik status merupakan modal menuju negara maju
Untuk infrastruktur meskipun sejak 2015 berkembang cukup pesat secara ketersediaan, masih perlu perbaikan signifikan dalam infrastruktur yang bersifat reliability serta keberpihakan pada industri (beyond mobilitas penduduk).
Dari sisi SDM, perlu meningkatkan tingkat harapan hidup melalui sistem dan pelayanan kesehatan yang efektif serta program perlindungan sosial yang komprehensif dan tepat sasaran, di samping faktor lain seperti gaya hidup, psikis, dan faktor lingkungan.
Di sisi SDM lainnya yaitu pendidikan, perlu meningkatkan rata-rata lama sekolah serta harapan lama sekolah misalnya dengan fokus meningkatkan akses dan mutu pendidikan menengah dan tinggi, serta meneruskan PIP dan Bidik Misi untuk masyarakat miskin, serta mendorong pendidikan vokasional. Dari sisi inovasi dan adaptasi teknologi, Indonesia perlu meningkatkan belanja riset dan pengembangan baik melalui dana pemerintah maupun swasta, serta infrastruktur digital untuk memacu laju perekonomian.
Baca juga: Wapres sebut perampingan BUMN untuk tingkatkan daya saing global
Selanjutnya, inovasi perbankan dan teknologi finansial untuk meningkatkan partisipasi masyarakat pada sektor keuangan formal seperti bank, asuransi, dana pensiun, dan sebagainya, seiring peningkatan pendapatan per kapita mutlak perlu agar tersedia pembiayaan bagi pembangunan. Dengan meningkatnya partisipasi ini, tentunya pembangunan bisa makin diakselerasi dan tidak hanya bergantung pada Pemerintah.
Pemerataan pembangunan berdasarkan wilayah juga harus ditingkatkan dalam seluruh aspek peningkatan daya saing ini, tidak boleh ada yang tertinggal.
"Strategi implementasinya bagaimana? Menurut saya yang utama adalah memperkuat konsep segitiga emas atau strengthening the golden triangle yakni interaksi pemerintah, swasta, dan masyarakat," kata Adelia.
Lembaga kajian: Daya saing kunci amankan status negara menengah atas
10 Juli 2020 14:35 WIB
Foto udara suasana gedung bertingkat di kawasan Jalan Jendral Sudirman, Jakarta, Jumat (3/4/2020). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/pras.
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020
Tags: