Tim penilai inovasi layanan publik puji penganan ODGJ di Banyuwangi
9 Juli 2020 21:04 WIB
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat memaparkan secara virtual inovasi Teropong Jiwa di hadapan tim penilai Kemenpan-RB, Kamis (9/7/2020). ANTARA/HO-Pemkab Banyuwangi
Banyuwangi (ANTARA) - Tim penilai inovasi pelayanan publik Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB) memuji Program Terapi okupasi dan Pemberdayaan Orang dengan Gangguan Jiwa (Teropong Jiwa) Pemkab Banyuwangi, Jawa Timur.
"Ini yang menarik, ada intervensi dari pemerintah yang membuat pengusaha mau mempekerjakan ODGJ. Dengan begitu ODGJ yang sudah stabil ini benar-benar bisa berkarya, mengaktualisasikan dirinya," kata Nurjaman Mochtar, salah satu tim penilai seleksi tahapan pertama menuju Top 45 lomba Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) Kemenpan-RB, setelah Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas memaparkan program tersebut secara virtual di Banyuwangi, Kamis.
Teropong Jiwa merupakan program terapi kerja bagi orang dengan gangguan jiwa yang diinisiasi oleh Puskesmas Gitik, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi. Pasien ODGJ yang jiwanya sudah stabil setelah menjalani serangkaian pengobatan dilatih berbagai keterampilan kerajinan tangan, dan disalurkan ke sejumlah tempat kerja.
Inovasi Teropong Jiwa kini telah direplikasi di seluruh puskesmas di Banyuwangi. Setiap puskesmas menjalankan program terapi okupasi dengan cara yang berbeda terhadap ODGJ yang ada di wilayah kerjanya. Misalnya ada yang diajak berkebun dan diajak membuat kripik singkong.
"Ini juga bagus, inovasi di satu puskesmas yang sudah berhasil, langsung direplikasi di seluruh puskesmas yang lain. Akhirnya dampaknya bisa dilihat secara nyata di seluruh wilayah," kata Dadan S Suharmawijaya, anggota Ombudsman RI, yang menjadi tim penilai.
Baca juga: Pemberdayaan ODGJ di Banyuwangi masuk Top99 Inovasi Pelayanan Publik
Baca juga: KSJ bebaskan dua orang ODGJ pasung
Dalam paparan inovasi Teropong Jiwa, Bupati Anas menjelaskan bahwa terapi kerja ini bertujuan agar pasien ODGJ tidak kambuh, setelah sekian lama dirawat. Selain itu, mereka bisa lebih fokus dan tidak mudah emosional serta bisa mandiri ke depan.
"Yang spesial dari program ini adalah para ODGJ setelah mendapat keterampilan, mereka disalurkan ke sejumlah tempat kerja. Ada yang diajak bekerja di UMKM atau diikutkan orang tua asuh, yang artinya puskesmas mencari keluarga yang mau menerima ODGJ yang sudah pulih untuk bisa menjadi bagian dari keluarga. Program ini khusus bagi ODGJ yang tidak mempunyai keluarga," ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi dr Widji Lestariono mengemukakan, para ODGJ yang telah dibekali keterampilan akan disalurkan ke sejumlah tempat kerja.
"Ada yang kerja di UMKM, mereka ada yang ikut kerja di industri kue rumahan. Mereka bikin rengginang dan camilan ringan. Kalau orang tua asuh, mereka ada yang diajak bekerja di usaha penggilingan beras. Jadi mereka diberi kesempatan mengaktualisasikan diri untuk meminimalisir kambuh," katanya.
Baca juga: Di Banyuwangi, ODGJ bisa bekerja layaknya orang normal
Baca juga: Kemenkes targetkan kurangi ODGJ telantar
Paparan ini merupakan seleksi tahapan pertama menuju Top 45 lomba Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) yang digelar Kemenpan-RB. Sebanyak 99 inovasi terbaik dari 2.000 lebih inovasi se-Indonesia yang masuk, dipaparkan dan diseleksi secara ketat oleh tim panel independen yang ditunjuk Kemenpan-RB.
Tim penilai terdiri dari Prof JB Kristiadi (akademisi Universitas Indonesia/UI), Prof Dr Eko Prasojo (akademisi UI), dan Dadan S Suharmawijaya (anggota Ombudsman RI). Ada juga Tulus Abadi (Ketua Pengurus Harian YLKI), Haris Turino (akademisi), Siti Zuhro (LIPI), Nurjaman Muchtar (Perwakilan stasiun televisi), serta Indah Sukmaningsih (YLKI).
Baca juga: RSJ Jabar ungkap kasus anak ODGJ akibat penggunaan gawai berlebih
Baca juga: Menkes harap Rumah Berdaya bagi ODGJ ditiru daerah lain
"Ini yang menarik, ada intervensi dari pemerintah yang membuat pengusaha mau mempekerjakan ODGJ. Dengan begitu ODGJ yang sudah stabil ini benar-benar bisa berkarya, mengaktualisasikan dirinya," kata Nurjaman Mochtar, salah satu tim penilai seleksi tahapan pertama menuju Top 45 lomba Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) Kemenpan-RB, setelah Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas memaparkan program tersebut secara virtual di Banyuwangi, Kamis.
Teropong Jiwa merupakan program terapi kerja bagi orang dengan gangguan jiwa yang diinisiasi oleh Puskesmas Gitik, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi. Pasien ODGJ yang jiwanya sudah stabil setelah menjalani serangkaian pengobatan dilatih berbagai keterampilan kerajinan tangan, dan disalurkan ke sejumlah tempat kerja.
Inovasi Teropong Jiwa kini telah direplikasi di seluruh puskesmas di Banyuwangi. Setiap puskesmas menjalankan program terapi okupasi dengan cara yang berbeda terhadap ODGJ yang ada di wilayah kerjanya. Misalnya ada yang diajak berkebun dan diajak membuat kripik singkong.
"Ini juga bagus, inovasi di satu puskesmas yang sudah berhasil, langsung direplikasi di seluruh puskesmas yang lain. Akhirnya dampaknya bisa dilihat secara nyata di seluruh wilayah," kata Dadan S Suharmawijaya, anggota Ombudsman RI, yang menjadi tim penilai.
Baca juga: Pemberdayaan ODGJ di Banyuwangi masuk Top99 Inovasi Pelayanan Publik
Baca juga: KSJ bebaskan dua orang ODGJ pasung
Dalam paparan inovasi Teropong Jiwa, Bupati Anas menjelaskan bahwa terapi kerja ini bertujuan agar pasien ODGJ tidak kambuh, setelah sekian lama dirawat. Selain itu, mereka bisa lebih fokus dan tidak mudah emosional serta bisa mandiri ke depan.
"Yang spesial dari program ini adalah para ODGJ setelah mendapat keterampilan, mereka disalurkan ke sejumlah tempat kerja. Ada yang diajak bekerja di UMKM atau diikutkan orang tua asuh, yang artinya puskesmas mencari keluarga yang mau menerima ODGJ yang sudah pulih untuk bisa menjadi bagian dari keluarga. Program ini khusus bagi ODGJ yang tidak mempunyai keluarga," ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi dr Widji Lestariono mengemukakan, para ODGJ yang telah dibekali keterampilan akan disalurkan ke sejumlah tempat kerja.
"Ada yang kerja di UMKM, mereka ada yang ikut kerja di industri kue rumahan. Mereka bikin rengginang dan camilan ringan. Kalau orang tua asuh, mereka ada yang diajak bekerja di usaha penggilingan beras. Jadi mereka diberi kesempatan mengaktualisasikan diri untuk meminimalisir kambuh," katanya.
Baca juga: Di Banyuwangi, ODGJ bisa bekerja layaknya orang normal
Baca juga: Kemenkes targetkan kurangi ODGJ telantar
Paparan ini merupakan seleksi tahapan pertama menuju Top 45 lomba Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) yang digelar Kemenpan-RB. Sebanyak 99 inovasi terbaik dari 2.000 lebih inovasi se-Indonesia yang masuk, dipaparkan dan diseleksi secara ketat oleh tim panel independen yang ditunjuk Kemenpan-RB.
Tim penilai terdiri dari Prof JB Kristiadi (akademisi Universitas Indonesia/UI), Prof Dr Eko Prasojo (akademisi UI), dan Dadan S Suharmawijaya (anggota Ombudsman RI). Ada juga Tulus Abadi (Ketua Pengurus Harian YLKI), Haris Turino (akademisi), Siti Zuhro (LIPI), Nurjaman Muchtar (Perwakilan stasiun televisi), serta Indah Sukmaningsih (YLKI).
Baca juga: RSJ Jabar ungkap kasus anak ODGJ akibat penggunaan gawai berlebih
Baca juga: Menkes harap Rumah Berdaya bagi ODGJ ditiru daerah lain
Pewarta: Masuki M. Astro/Novi Husdinariyanto
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020
Tags: