Abu Dhabi (ANTARA News/Xinhua-OANA) - Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Minggu, mengatakan pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton gagal menjembatani jurang pemisah antara Pemerintah Otonomi Nasional Palestina (PNA) dan Israel untuk meluncurkan kembali pembicaraan perdamain yang lama macet.
Sebagaimana dikutip kantor berita resmi Uni Emirat Arab, WAM, melaporkan, Abbas mengatakan, "Kami tak menghasilkan sesuatu yang baru."
Dalam pertemuan di ibukota Uni Emirat Arab, yang juga dihadiri utusan khusus AS mengenai Timur Tengah Geroge Mitchell, Abbas mengatakan kelanjutkan pembicaraan perdamaian dengan Israel tak mungkin dilakukan tanpa pembekuan total permukiman Israel.
Abbas mendesak pemerintah Israel agar menghormati kewajibannya, terutama yang berkaitan dengan penghentian total pembangunan permukiman yang, ia katakan, menghambat proses perdamaian.
"Masalahnya ialah pemerintah Israel menolak untuk menghentikan pembangunan permukiman di Tepi Barat dan Jerusalem Timur," katanya.
Pemimpin perunding Palestina Saeb Erakat mengatakan Israel menolak untuk menghentikan pembangunan 3.000 rumah yang berlangsung di Tepi Barat Sungai Jordan dan Jerusalem Timur.
Abbas telah menolak permintaan dari Hillary karena kesepakatan yang dicapai antara utusan AS mengenai Timur Tengah George Mitchell dan Israel tak meliputi pembekuan total kegiatan permukiman Yahudi, kata Erakat.
Diplomat Palestina tersebut, yang menyebut pertemuan itu "rumit", mengatakan, "Pejabat Amerika menyampaikan kepada kami sikap Israel ... dan jurang pemisah di antara kami sangat dalam dan bahkan makin lebar."
Abbas tiba di Abu Dhabi, Jumat larut malam, untuk mengadakan pembicaraan dengan Hillary, yang dijadwalkan mengunjungi Israel, Sabtu, untuk bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan pejabat senior lain dalam upaya memberi dorongan baru bagi proses perdamaian Timur Tengah. (*)
Abbas: Tak Ada Terobosan dari Hillary
1 November 2009 07:34 WIB
Presiden Palestina, Mahmoud Abbas (ANTARA/REUTERS-Nayef Hashlamoun)@
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009
Tags: