Bandung (ANTARA) - Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Bandung, Ema Sumarna mengatakan ada sebagian warga yang berdomisili di sekitar Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat (Secapa AD), menolak untuk menjalani rapid test atau tes cepat.

Menurut dia, baru sekitar 28 orang yang menjalani tes cepat, dan sisanya ada yang menolak. Warga yang menolak tersebut, kata dia, mungkin khawatir juga terdampak.

"Yang bersedia baru 28 orang, yang lain menolak, mungkin mereka parno atau takut atau apa untuk diperiksa," kata Ema di Balai Kota Bandung, Kamis.

Baca juga: Wali Kota Bandung minta dinkes periksa warga sekitar Secapa AD
Baca juga: Dinas Kesehatan: Sekitar 200 siswa Secapa AD Bandung terpapar COVID-19


Pemerintah Kota Bandung sendiri belum memberlakukan pembatasan terhadap mobilitas masyarakat maupun aktivitas perekonomian di sekitar Secapa AD.

Meski begitu, Wali Kota Bandung Oded M Danial menyatakan pihak Gugus Tugas bakal terus berupaya melakukan pelacakan dan pemeriksaan terhadap masyarakat kawasan Kecamatan Cidadap.

"Saya minta untuk mengamankan masyarakat sekitar, untuk dilacak dan puskesmas juga untuk mengawasi," kata Oded.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Berli Hamdani mengatakan ada sekitar 200 orang siswa Secapa AD di Kota Bandung yang telah terpapar COVID-19 berdasarkan hasil pemeriksaan menggunakan alat tes diagnostik cepat dan uji usap.

"Kalau perkiraan jumlahnya itu di atas 200 orang. Datanya belum pasti karena identifikasinya belum selesai. Kami sudah melakukan antisipasi, seperti isolasi, penyemprotan disinfektan, dan melakukan penelusuran epidemiologi oleh tenaga kesehatan dari Dinas Kota Bandung, Puskesmas Coblong, dengan provinsi," katanya.

Baca juga: Pemkot Bandung wacanakan posko pemeriksaan kembali seperti PSBB
Baca juga: Sempat biru, Kabupaten Bandung-Jabar kembali masuk zona kuning
Baca juga: Kota Bandung catat 70 jenazah dimakamkan dengan protokol COVID-19