BMKG prediksi tahun ini Bogor hadapi kemarau basah
8 Juli 2020 21:16 WIB
Ilustrasi - Petugas BMKG mencatat angka yang ditunjukkan alat Automatic Solar Radiation Station (ASRS) di Stasiun Klimatologi-Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG), Karangploso, Malang, Jawa Timur, Selasa (7/7/2020). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/foc.
Cisarua, Bogor (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui, Stasiun Meteorologi Citeko, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, memprediksi wilayah Bogor tahun ini menghadapi fenomena kemarau basah.
"Memang musim kemarau tahun ini dikatakan kemarau basah, karena jumlah kumulatif hujan dasarian lebih tinggi dari rata-rata normalnya," ujar Kepala Stasiun Meteorologi Citeko, Asep Firman Ilahi, di kantornya, Rabu.
Menurutnya, kemarau basah adalah keadaan pada musim kemarau di mana curah hujan yang terukur melebihi atau di atas rata-rata normalnya.
Baca juga: BMKG: Waspadai hujan dan petir sepanjang Senin di Jakarta
Baca juga: BMKG prediksi cuaca buruk di Puncak Bogor hingga akhir Februari
Ia memberikan contoh, jika di Bogor pada bulan Juni, rata-rata hujan selama 30 tahun sebesar 150 mm per bulan, maka dikatakan normal hujan Bogor pada bulan Juni adalah 150 mm. Kemudian, apabila pengukuran hujan pada bulan Juni 2020 di Bogor didapatkan 400 mm, maka dikatakan bulan Juni 2020 merupakan kemarau basah, karena curah hujan terukur melebihi rata-rata kebiasaan hujan bulan Juni.
"Tahun ini kalau melihat kondisi suhu muka laut di utara (laut Jawa) dan selatan (samudera Hindia), masih dalam kondisi hangat dari rata-ratanya, sehingga kemungkinan hujan di musim kemarau tahun ini masih akan mengguyur Bogor hingga awal September," tuturnya.
Ia mengatakan, merujuk kriteria BMKG, musim kemarau ditandai oleh kumulatif curah hujan kurang dari 50 mm per dasarian kemudian, diikuti oleh tiga dasarian berturut-turut, maka menurutnya wilayah Bogor dan sekitarnya belum masuk musim kemarau.
"Sebagaimana pantauan kami, selama bulan Juni hingga hari ini, curah hujan masih di atas 100 mm per dasarian," kata Asep.*
Baca juga: Helikopter Jokowi balik kanan karena cuaca buruk di Sukajaya Bogor
Baca juga: Hujan diprakirakan mengguyur Bogor dan wilayah Jawa Barat lainnya
"Memang musim kemarau tahun ini dikatakan kemarau basah, karena jumlah kumulatif hujan dasarian lebih tinggi dari rata-rata normalnya," ujar Kepala Stasiun Meteorologi Citeko, Asep Firman Ilahi, di kantornya, Rabu.
Menurutnya, kemarau basah adalah keadaan pada musim kemarau di mana curah hujan yang terukur melebihi atau di atas rata-rata normalnya.
Baca juga: BMKG: Waspadai hujan dan petir sepanjang Senin di Jakarta
Baca juga: BMKG prediksi cuaca buruk di Puncak Bogor hingga akhir Februari
Ia memberikan contoh, jika di Bogor pada bulan Juni, rata-rata hujan selama 30 tahun sebesar 150 mm per bulan, maka dikatakan normal hujan Bogor pada bulan Juni adalah 150 mm. Kemudian, apabila pengukuran hujan pada bulan Juni 2020 di Bogor didapatkan 400 mm, maka dikatakan bulan Juni 2020 merupakan kemarau basah, karena curah hujan terukur melebihi rata-rata kebiasaan hujan bulan Juni.
"Tahun ini kalau melihat kondisi suhu muka laut di utara (laut Jawa) dan selatan (samudera Hindia), masih dalam kondisi hangat dari rata-ratanya, sehingga kemungkinan hujan di musim kemarau tahun ini masih akan mengguyur Bogor hingga awal September," tuturnya.
Ia mengatakan, merujuk kriteria BMKG, musim kemarau ditandai oleh kumulatif curah hujan kurang dari 50 mm per dasarian kemudian, diikuti oleh tiga dasarian berturut-turut, maka menurutnya wilayah Bogor dan sekitarnya belum masuk musim kemarau.
"Sebagaimana pantauan kami, selama bulan Juni hingga hari ini, curah hujan masih di atas 100 mm per dasarian," kata Asep.*
Baca juga: Helikopter Jokowi balik kanan karena cuaca buruk di Sukajaya Bogor
Baca juga: Hujan diprakirakan mengguyur Bogor dan wilayah Jawa Barat lainnya
Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020
Tags: