Jakarta (ANTARA News) - Ketua DPR Marzuki Alie membantah tudingan melakukan intervensi dan membatalkan rapat kerja antara Komisi IX DPR dengan Menteri Kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih beberapa hari lalu.

"Tidak ada intervensi itu. Lho DPR itu kan ada mekanismenya. Jadwal kerja saja belum ada, belum disepakati dalam Bamus, kok tiba-tiba saja memanggil," katanya, Kamis.

Menurut dia, pimpinan DPR ingin membangun lembaga ini terstruktur dan terencana sehingga rapat-rapat yang digelar itu jelas agendanya, substansinya dan masalahnya.

"Kita ingin membangun DPR ini menjadi lembaga yang jelas agendanya, substansinya dan masalahnya. Memanggil-manggil menteri itu kan harus jelas agenda dan substansinya, termasuk soal menyediakan makanannya, sehingga anggaran yang dipakai bisa dipertanggungjawabkan," tambahnya.

Selain itu, kata Marzuki, semua pihak juga mesti menghargai dan menghormati menteri yang bersangkutan karena para menteri sedang dikejar terget 100 hari dan sedang menyusun program jangka pendek tersebut.

"Kapan saya arogan. Ya, kita mesti menghargai menteri, karena mereka dikejar target 100 hari," katanya.

Ketika menyinggung soal kenaikan gaji menteri, Marzuki mengaku terkejut ketika diberitakan seolah-olah menyetujui kenaikan gaji menteri.

"Saya tidak pernah mengatakan setuju, tidak pernah itu. Cuma saya sebagai speaker of the house representatif bilang kenaikan itu mesti disesuaikan dengan asas kepatutan. Kalau dianggap belum patut kan ada ukurannya. Misalnya saja, tingkat kemiskinan masih 20 persen," katanya.

Namun pria asal Sumatra Selatan ini mengakui, semenjak mendapat amanah dari Presiden SBY menjadi Ketua DPR RI tidak lagi sempat membaca koran dan menonton televisi. Akibatnya, berbagai pertanyaan yang diajukan oleh wartawan dia sering terkesan tidak menguasai masalah.

"Setelah ditugasi jadi Ketua DPR, saya tidak lagi sempat membaca koran dan menonton televisi. Pagi sudah berangkat ke DPR, pulang pasti larut malam dengan kondisi badan yang sudah letih, akibatnya saya sering kaget ketika pagi harinya sejumlah wartawan di DPR memberondong saya dengan berbagai pertanyaan," katanya.

Di sisi lain, katanya, dia sudah bertekad untuk menyelesaikan semua pekerjaan itu sesuai dengan batas waktu, minimal dalam lima tahun ke depan. Kalau pekerjaan itu tidak selesai, maka dia menilai dirinya sendiri sebagai orang yang tidak mendatangkan manfaat di DPR.

"Dulu saya jadi PNS, terus minta berhenti karena saya merasa tidak mendatangkan manfaat. Lalu menjadi salah seorang direksi di BUMN di Palembang. Saya pun minta berhenti karena saya merasa tidak ada manfaatnya. Jadi saya bukan diberhentikan, tetapi saya yang minta berhenti," ujarnya.

Di DPR ini, lanjutnya, Marzuki Alie sudah membulatkan tekad agar kehadirannya di lembaga ini bisa mendatangkan manfaat. "Itulah tekad dan doa saya setiap harinya. Untuk itu, kepada seluruh media massa saya mohon pengertiannya bahwa saya hadir di sini bukan untuk mencari lawan, tetapi ingin secara bersama-sama memperbaiki moral dan kinerja DPR ini," katanya.(*)