Azyumardi: Jadikan masjid sebagai pusat peradaban
8 Juli 2020 16:14 WIB
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia Azyumardi Azra di Gedung MUI Pusat, Jakarta, Rabu (22/1/2020). (ANTARA/Anom Prihantoro)
Jakarta (ANTARA) - Mantan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra mengajak Muslimin untuk dapat memakmurkan masjidnya sehingga menjadi pusat peradaban.
Azyu dalam diskusi daring yang dipantau dari Jakarta, Rabu, mengatakan agar dalam suatu kawasan memiliki masjid yang dapat menunjang pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga tempat ibadah umat Islam itu memiliki nilai tambah bagi peradaban.
Baca juga: Din sayangkan parpol yang usung RUU HIP
"Gerakan filantropi misalnya, harus lebih diarahkan untuk membangun misalnya bagi masjid-masjid besar/jami di berbagai kota. Tidak usah banyak-banyak membangun, tapi satu dua masjid di suatu kota agar ada masjid terpadu yang bisa diarahkan bagi tumbuh kembang peradaban," katanya.
"Prasyarat peradaban itu ilmu pengetahuan di berbagai bidang. Ilmu pengetahuan dan teknologi ini harus disertai inovasi-inovasi bermanfaat bagi kemanusiaan," kata Azyu yang juga Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI.
Untuk itu, kata peraih gelar Sir dari Kerajaan Inggris itu, sebaiknya masjid dapat diberdayakan bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi diperkaya dengan kegiatan masyarakat.
Baca juga: Azyumardi: Tantangan Muslim adalah hidup Islami
Selain memiliki keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masjid, dia juga mengingatkan pentingnya tempat ibadah juga menjadi pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat.
"Perlu juga kemajuan ekonomi. Ini tantangan kita semua bahwa umat Islam terbelakang dalam bidang ekonomi. Lima persen orang terkaya di Indonesia menguasai 75 persen aset di negeri ini," tuturnya.
Azyu mengatakan sudah saatnya masjid dapat menjadi pusat peradaban umat setidaknya di suatu wilayah yang luas terdapat satu masjid yang mengembangkan iptek dan ekonomi untuk pemberdayaan masyarakat.
Saat masjid memberi manfaat dan memberdayakan umat, kata dia, secara otomatis hajat hidup masyarakat juga semakin terangkat. Dengan meningkatkan kualitas hidup umat Islam, nasib warga Indonesia secara umum juga terangkat karena mayoritas masyarakat adalah Muslim.
Baca juga: Wapres: Masjid tempat strategis untuk rekonstruksi cara berpikir umat
Baca juga: Normal Baru di Beijing: Masjid buka, pasar tutup
Dia mencontohkan kisah sukses sejumlah masjid yang dapat memberi nilai tambah bagi masyarakat selain sebagai tempat ibadah ritual keagamaan, di antaranya YPM Masjid Salman di Institut Teknologi Bandung yang berkontribusi menciptakan ventilator penderita COVID-19 yang bekerja sama dengan ITB dan Universitas Padjadjaran (UNPAD).
Contoh lain, kata dia, Masjid Jakarta Islamic Center (JIC) mampu membuat tempat ibadah Muslim itu memiliki berbagai fasilitas untuk peradaban yang terpadu.
Kendati memiliki cita-cita besar agar masjid menjadi pusat peradaban, Azyu mengatakan dalam waktu dekat agar ada agenda khusus terus menumbuhkembangkan masjid meski dalam skala kecil.
Azyu dalam diskusi daring yang dipantau dari Jakarta, Rabu, mengatakan agar dalam suatu kawasan memiliki masjid yang dapat menunjang pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga tempat ibadah umat Islam itu memiliki nilai tambah bagi peradaban.
Baca juga: Din sayangkan parpol yang usung RUU HIP
"Gerakan filantropi misalnya, harus lebih diarahkan untuk membangun misalnya bagi masjid-masjid besar/jami di berbagai kota. Tidak usah banyak-banyak membangun, tapi satu dua masjid di suatu kota agar ada masjid terpadu yang bisa diarahkan bagi tumbuh kembang peradaban," katanya.
"Prasyarat peradaban itu ilmu pengetahuan di berbagai bidang. Ilmu pengetahuan dan teknologi ini harus disertai inovasi-inovasi bermanfaat bagi kemanusiaan," kata Azyu yang juga Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI.
Untuk itu, kata peraih gelar Sir dari Kerajaan Inggris itu, sebaiknya masjid dapat diberdayakan bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi diperkaya dengan kegiatan masyarakat.
Baca juga: Azyumardi: Tantangan Muslim adalah hidup Islami
Selain memiliki keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masjid, dia juga mengingatkan pentingnya tempat ibadah juga menjadi pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat.
"Perlu juga kemajuan ekonomi. Ini tantangan kita semua bahwa umat Islam terbelakang dalam bidang ekonomi. Lima persen orang terkaya di Indonesia menguasai 75 persen aset di negeri ini," tuturnya.
Azyu mengatakan sudah saatnya masjid dapat menjadi pusat peradaban umat setidaknya di suatu wilayah yang luas terdapat satu masjid yang mengembangkan iptek dan ekonomi untuk pemberdayaan masyarakat.
Saat masjid memberi manfaat dan memberdayakan umat, kata dia, secara otomatis hajat hidup masyarakat juga semakin terangkat. Dengan meningkatkan kualitas hidup umat Islam, nasib warga Indonesia secara umum juga terangkat karena mayoritas masyarakat adalah Muslim.
Baca juga: Wapres: Masjid tempat strategis untuk rekonstruksi cara berpikir umat
Baca juga: Normal Baru di Beijing: Masjid buka, pasar tutup
Dia mencontohkan kisah sukses sejumlah masjid yang dapat memberi nilai tambah bagi masyarakat selain sebagai tempat ibadah ritual keagamaan, di antaranya YPM Masjid Salman di Institut Teknologi Bandung yang berkontribusi menciptakan ventilator penderita COVID-19 yang bekerja sama dengan ITB dan Universitas Padjadjaran (UNPAD).
Contoh lain, kata dia, Masjid Jakarta Islamic Center (JIC) mampu membuat tempat ibadah Muslim itu memiliki berbagai fasilitas untuk peradaban yang terpadu.
Kendati memiliki cita-cita besar agar masjid menjadi pusat peradaban, Azyu mengatakan dalam waktu dekat agar ada agenda khusus terus menumbuhkembangkan masjid meski dalam skala kecil.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020
Tags: