Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia ingin memperkuat hubungan dagang bilateral dengan Serbia, kata Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly dalam pertemuan dengan Presiden Serbia Aleksandar Vucic di Beograd, Selasa siang waktu setempat.

"Saya menegaskan komitmen Indonesia untuk memperkuat hubungan dagang bilateral yang saling menguntungkan bagi Indonesia dan Serbia," ujar Yasonna dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta.

Dalam pertemuan itu, Yasonna menyampaikan pesan Presiden Joko Widodo mengenai sikap Indonesia yang sangat mengapresiasi hubungan bilateral dengan Serbia.

Baca juga: Indonesia-Serbia perkuat kerja sama tangani kejahatan transnasional

Hubungan kedua negara dinilai terus berkembang secara positif di berbagai sektor, seperti hukum, keamanan, ekonomi, perdagangan, kesehatan, dan pendidikan.

"Ini sekaligus menjadi lanjutan dari pertemuan yang sangat positif bersama Menteri Luar Negeri serta Wakil Menteri Kehakiman Serbia pada hari sebelumnya. Kami sepakat untuk memperkuat hubungan bilateral dan kerja sama hukum demi kepentingan masyarakat kedua negara," kata Yasonna.

Menjelang perayaan 60 Tahun Gerakan Non-Blok, kata Yasonna, Indonesia berniat mempererat kerja sama dengan negara-negara anggota, khususnya Serbia, dalam bidang ekonomi digital, UMKM, kesehatan, kepemudaan, serta pendidikan.

Sementara itu, Presiden Vucic menyampaikan apresiasinya terkait dengan sikap tegas Indonesia dalam isu konflik Kosovo.

Sebelumnya, dalam pertemuan dengan Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri Serbia Ivica Dacic di Beograd, Serbia, Senin (6/7), Yasonna menegaskan dukungan Indonesia terhadap kedaulatan dan keutuhan wilayah Serbia terkait dengan konflik dengan Kosovo.

Baca juga: Indonesia dukung kedaulatan Serbia dalam konflik dengan Kosovo

"Serbia selalu melihat Indonesia sebagai rekan yang penting. Saya berterima kasih atas posisi Indonesia yang secara prinsip mendukung kedaulatan dan keutuhan wilayah Serbia. Sebaliknya, Serbia juga mendukung setiap tindakan Indonesia dalam upaya melindungi keutuhan wilayah serta kedaulatannya," ujar Vucic.

Dalam kesempatan itu, Vucic juga menyampaikan dukungan kepada Indonesia agar bisa segera bangkit dari tantangan sosial dan ekonomi akibat COVID-19.

Ia pun berharap agar kerja sama ekonomi antara kedua negara dapat makin ditingkatkan.

"Saya juga menyampaikan selamat kepada Indonesia atas perkembangan yang dicapai dalam bidang ekonomi serta harapan kami untuk meningkatkan kerja sama ekonomi Serbia dan Indonesia mengingat besarnya potensi dalam bidang agrikultur dan industri pangan, energi, konstruksi, teknologi informasi, serta industri kimia," ujar Vucic.

Adapun kehadiran Yasonna di Beograd merupakan bagian dari pembicaraan terkait dengan perjanjian mutual legal assistance (bantuan hukum timbal balik) dan ekstradisi antara Indonesia dan Serbia.

Baca juga: Webinar Menkumham, menyapa 109 diaspora Indonesia di Serbia

Menurut Yasonna, perjanjian ini akan menjadi dasar yang penting dalam kerja sama kedua negara.

"Saya yakin sepenuhnya perjanjian MLA dalam masalah pidana dan juga perjanjian ekstradisi akan menjadi instrumen penegakan hukum yang krusial untuk bisa secara efektif bersama-sama memerangi kejahatan terorganisasi transnasional, termasuk korupsi, pencucian uang, dan kejahatan siber," ucapnya.

Dalam pertemuan tersebut, Yasonna juga menyampaikan dukungan Indonesia terhadap upaya pemerintahan Serbia menangani penyebara COVID-19 di negaranya.

Yasonna pun menyerahkan sejumlah bantuan alat kesehatan dari pemerintah Indonesia untuk penanganan pandemi COVID-19 di negara tersebut.

"Saya juga menyampaikan bahwa Indonesia selalu merupakan negara sahabat bagi Serbia. Oleh karena itu, kami menyerahkan berbagai peralatan kesehatan, seperti masker, pelindung wajah, hingga baju operasi melalui Menlu Serbia sebagai simbol solidaritas dari warga Indonesia," kata Yasonna.