Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian menegaskan bahwa pihaknya telah melakukan mitigasi terhadap risiko lalu lintas hewan khususnya babi dan produk babi sejak Maret 2020, seiring dengan temuan virus baru flu babi yang berpotensi menjadi pandemi baru.

Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Kementan Agus Sunanto menjelaskan bahwa pihaknya telah mengantisipasi potensi penyebaran virus baru flu babi (swine flu) G4 EA H1N1 sejak merebaknya kasus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika pada tahun lalu di China.

"Terkait flu babi, sebenarnya kami sudah membuat edaran yang sama pada bulan Maret sebelumnya untuk mengantisipasi adanya mutasi flu babi. Kejadian ASF sudah kita buat edaran untuk melakukan pengetatan pemasukan babi dan produknya," kata Agus Sunanto saat dihubungi Antara di Jakarta, Selasa.

Agus menjelaskan bahwa Badan Karantina Pertanian telah siap melakukan mitigasi flu babi, terutama sejak kasus demam babi Afrika merebak di Sumatera Utara sejak pertengahan tahun lalu.

Pihaknya pun telah mengeluarkan Surat Edaran Badan Karantina Pertanian Nomor B 3662-KR110/K.2/03.2020 pada tanggal 10 Maret 2020 tentang Mitigasi Risiko virus ASF, classical swine fever (CSF) dan swine flu (influenza A).

Dengan instruksi ini, setiap unit pelaksana teknis (UPT) di lingkup Barantan memonitor influenza A pada babi yang dilalulintaskan di seluruh Indonesia

Agus juga menyebutkan secara internal pihaknya melakukan bimbingan teknis laboratorium untuk seluruh unit kerja karantina pertanian dalam pengembangan uji influenza A, swine flu H1N1 melalui unit pelaksana teknisnya di Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian.

Sementara itu, Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil menyebutkan bahwa adanya potensi ancaman penyebaran virus flu babi perlu disikapi dengan tepat.

Mitigasi risiko, peningkatan biosekuriti dan penguatan pengawasan di tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran yang dilakukan pihak karantina pertanian juga harus dibarengi dengan peran serta masyarakat.

"Bagi masyarakat diharapkan menangani makanan dengan bersih dan baik. Sementara untuk para peternak, diminta untuk menerapkan cara biosekuriti yang tepat antara lain menjaga kebersihan kandang dan lalulintas orang keluar masuk ke kandang," kata Ali Jamil.

Baca juga: Ada temuan virus, Kementan tegaskan tidak impor babi dari China
Baca juga: Eijkman: Waspadai flu babi G4 jadi pandemi
Baca juga: Kementan paparkan strategi pencegahan masuknya flu babi ke Indonesia