Jerusalem (ANTARA News) - Amnesty International, Selasa, menuduh Israel tak memberi orang Palestina akses yang memadai untuk memperoleh air sedangkan zionis itu mengizinkan pemukim Yahudi di wilayah pendudukan Tepi Barat untuk mendapatkan pasokan air dalam jumlah hampir tanpa batas.

Israel, kata kelompok hak asasi manusia tersebut, membatasi ketersediaan air di wilayah Palestina dengan mempertahankan pemantauan total atas sumber air bersama dan melanjutkan kebijakan diskriminasi.

"Israel memberi akses kepada orang Palestina hanya sekelumit dari sumber air bersama, yang kebanyakan berada di wilayah pendudukan Tepi Barat, sedangkan pemukim tidak saha Yahudi di sana menerima pasokan yang jelas tak terbatas," kata peneliti Amnesty Donatella Rovera dalam satu laporan.

Israel mengkonsumsi air empat kali lebih banyak dibandingkan dengan orang Palestina, yang memanfaatkan rata-rata 70 liter per hari per orang, kata laporan itu --yang berjudul "Troubled water - Palestinians denied fair access to water".

Amnesty menyatakan ketidak-samaan bahkan lebih mencolok di sebagian daerah Tepi Barat, tempat permukiman menggunakan air sampai 20 kali lebih banyak per kapita dibandingkan masyarakat Palestina di wilayah tetangganya yang harus bertahan hidup dengan kurang dari 20 liter air per orang per hari.

"Kolam renang, lapangan yang diairi dengan baik dan pertanian dengan irigasi besdar di permukiman Israel di OPT (wilayah pendudukan Palestina) sangat bertolak-belakang dengan desa Palestina di dekatnya yang warganya bahkan harus berjuang untuk memenuhi kebutuhah air buat rumah tangga mereka."

Kementeria Luar Negeri Israel menanggapi laporan serupa oleh Bank Dunia pada April dengan mengatakan Israel "berbagi sumber air dengan rakyat Palestina dengan cara yang adil".

Kementerian tersebut menyatakan rakyat Palestina "memiliki akses dua kali lebih banyak, yaitu 23,6 juta meter kubik yang mereka peroleh setiap tahun berdasarkan kesepakatan dengan Israel.

Laporan Amnesty itu menyatakan rakyat Palestina tak diperkenankan menggali sumur baru atau memperbaiki sumur lama tanpa izin dari penguasa Israel, yang seringkali tak mungkin mereka peroleh.

Selain itu, banyak jalan di Tepi Barat ditutup atau dibatasi bagi lalulintas Palestina yang memaksa mobil tangki air melakukan perjalan memutar yang jauh untuk memasok masyarakat yang tak terhubung dengan jaringan air.

Menurut laporan tersebut, antara 180.000 dan 200.000 orang Palestina di permukiman di Tepi Barat tak memiliki akses ke saluran air, sementara keran di banyak daerah lain seringkali kering.

Di Jalur Gaza, agresi 22 hari militer Israel yang dilancarkan pada 27 Desember merusak tempat penampungan air, sumur, jaringan limbah dan tempat pemimpaan air.

Yang menambah parah keadaan, Israel dan Mesir telah menutup wilayah miskin itu bagi semuanya kecuali barang kebutuhan pokok sejak Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) merebut kekuasaan atas wilayah tersebut pada Juni 2007, sehingga menghambat dipertahankannya prasarana dasar.(*)