New York, 27/10 (ANTARA/AFP) - Harga minyak turun tajam pada Senin waktu setempat, di tengah sebuah "rebound" (berbalik naik) dolar AS dan pada ekspektasi dari kekerasan di Nigeria dapat diredam, yang produksi minyak mentahnya telah hancur akibat serangan militan.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Desember, menyusut 1,82 dolar mejadi 78,68 dolar per barel, penutupan pertama kalinya di bawah 80 dolar sejak hampir seminggu lalu.

Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Desember jatuh 1,66 dolar menjadi 77,26 dolar.

Harga minyak telah naik dalam beberapa hari ini -- kontrak New York mencapai 82 dolar Rabu lalu -- didukung jatuhnya dolar.

Pada Senin, euro merosot terhadap dolar.

"Harga minyak kembali menetap karena semakin banyak peserta pasar bertanya-tanya apakah 80 dolar per barel adalah berkelanjutan," kata analis Phil Flynn dari PFG Best.

Pekan lalu, OPEC mengatakan bahwa peningkatan produksi minyak mungkin tergantung pada apakah harga tetap berada di kisaran 75-80 dolar per barel dan pada laju menipisnya persediaan di Amerika Serikat, konsumen energi terbesar di dunia, katanya.

Dalam transaksi awal pada Senin, minyak mentah New York telah melambung tinggi sempat mencapai tertinggi 81,58 dolar, setelah dolar mencapai terendah baru 14-bulan terhadap euro pada tanda-tanda bahwa China mungkin meningkatkan kepemilikan satu mata uang Eropa.

Euro melambung ke 1,5064 dolar di perdagangan Asia, mencapai tingkat terkuat sejak 11 Agustus 2008, tetapi turun kembali ke 1,4894 dolar di sore hari perdagangan di London.

Pedagang mengutip potongan pendapat seorang pejabat bank sentral China di koran China Financial News, dengan alasan bahwa Beijing harus meningkatkan kepemilikan euro dan yen, sebagai faktor dibelakang kekuatan euro saat ini.

Tapi Mike Fitzpatrick dari MF Global mengatakan bahwa setiap kemerositan dalam harga minyak harus terkandung di tengah-tengah "melemahnya dolar."

Menambahkan untuk Senin sentimen pasar minyak bearish (lesu) adalah berita bahwa kelompok bersenjata utama Nigeria di daerah kaya minyak Delta Niger menyatakan sebuah "gencatan senjata tak terbatas" pada Minggu.

Analis konsultan JBC Energi di Wina mengatakan bahwa gencatan senjata "berita positif" bagi pasar.

"Kelompok militan telah disalahkan penyebab berkurangnya produksi minyak Nigeria secara signifikan dari kapasitas penuh," tulis analis pada broker Sucden dalam catatan penelitiannya.

Gerakan untuk Kemerdekaan Delta Niger (MEND) mengatakan pihaknya membuat keputusan itu setelah pemerintah "menyatakan kesiapan untuk terlibat dalam dialog yang bermakna dan serius dengan setiap kelompok atau individu untuk mencapai suatu perdamaian abadi di Delta Niger."

Serangan MEND terhadap industri minyak Nigeria telah membantu memainkan malapetaka harga minyak di pasar dunia dan mengiris produksi negara itu sepertiga sejak 2006. Nigeria adalah produsen minyak terbesar kedelapan dunia.

Sebuah tuntutan utama dari MEND adalah bahwa masyarakat setempat harus mendapat manfaat dari kekayaan minyak kawasan.

Harga minyak jatuh dari tertinggi sepanjang sejarah lebih dari 147 dolar pada Juli 2008 menjadi sekitar 32 dolar pada Desember lalu karena resesi global tetapi bangkit sejak ada harapan pemulihan.(*)