Menkeu: Banyak negara berbagi beban dengan bank sentral atasi COVID-19
6 Juli 2020 19:45 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. ANTARA/Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional/pri. (ANTARA/Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebutkan langkah bagi beban atau burden sharing antara pemerintah dan bank sentral telah dilakukan di berbagai negara, terutama dalam menangani dampak COVID-19.
“Dalam menghadapi situasi COVID-19 yang sudah mempengaruhi keseluruhan negara di dunia, maka banyak negara juga melakukan langkah extraordinary ini,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Senin.
Sri Mulyani mengatakan berbagai negara melakukan burden sharing atau kerja sama antara fiskal dan moneter agar tetap dapat mengelola perekonomian dan mengatasi dampak dari COVID-19.
Ia mencontohkan beberapa negara emerging market yang telah menerapkan burden sharing adalah Chili, Kolombo, Hungaria, India, Korea, Meksiko, Polandia, Rumania, Fillipina, Afrika Selatan, Thailand, dan Turki.
“Itu adalah negara emerging yang juga melakukan apa yang disebut burden sharing atau bank sentralnya membeli bonds dari pemerintah secara langsung,” ujar Sri Mulyani.
Baca juga: Sri Mulyani paparkan tiga skema bagi beban dengan BI atasi COVID-19
Sementara untuk negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Jepang ,telah melakukan telah melakukan kebijakan Quantitative Easing (QE) serta monetisasi utang pemerintah secara advance atau lebih maju.
“Dalam hal ini kalau di negara maju seperti AS, Eropa, dan Jepang bahkan Quantitative Easing dan monetisasi dari utang pemerintah dilakukan secara lebih advance,” kata Sri Mulyani.
Meski demikian ia menyatakan para emerging market termasuk Indonesia sangat menerapkan prinsip kehati-hatian dalam melakukan burden sharing karena memiliki kondisi yang berbeda dengan negara maju tersebut.
Baca juga: Paparkan langkah pemerintah, Sri Mulyani: Krisis kali ini beda sekali
“Kami melakukan secara hati-hati karena kami paham bahwa situasi yang dilakukan emerging market berbeda dengan kondisi negara yang sudah sangat maju seperti AS, Eropa, dan Jepang,” kata Sri Mulyani.
Ia mengatakan prinsip kehati-hatian tersebut dilakukan dalam rangka menjaga perekonomian secara keseluruhan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang terutama di situasi luar biasa saat ini.
“Kita tetap menjaga antara kondisi extraordinary yang membutuhkan langkah extraordinary dengan kehati-hatian dalam rangka menjaga keseluruhan kepentingan,” tegas Sri Mulyani.
Baca juga: Kemenkeu dan BI segera tanda tangani SKB terkait bagi beban
“Dalam menghadapi situasi COVID-19 yang sudah mempengaruhi keseluruhan negara di dunia, maka banyak negara juga melakukan langkah extraordinary ini,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Senin.
Sri Mulyani mengatakan berbagai negara melakukan burden sharing atau kerja sama antara fiskal dan moneter agar tetap dapat mengelola perekonomian dan mengatasi dampak dari COVID-19.
Ia mencontohkan beberapa negara emerging market yang telah menerapkan burden sharing adalah Chili, Kolombo, Hungaria, India, Korea, Meksiko, Polandia, Rumania, Fillipina, Afrika Selatan, Thailand, dan Turki.
“Itu adalah negara emerging yang juga melakukan apa yang disebut burden sharing atau bank sentralnya membeli bonds dari pemerintah secara langsung,” ujar Sri Mulyani.
Baca juga: Sri Mulyani paparkan tiga skema bagi beban dengan BI atasi COVID-19
Sementara untuk negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Jepang ,telah melakukan telah melakukan kebijakan Quantitative Easing (QE) serta monetisasi utang pemerintah secara advance atau lebih maju.
“Dalam hal ini kalau di negara maju seperti AS, Eropa, dan Jepang bahkan Quantitative Easing dan monetisasi dari utang pemerintah dilakukan secara lebih advance,” kata Sri Mulyani.
Meski demikian ia menyatakan para emerging market termasuk Indonesia sangat menerapkan prinsip kehati-hatian dalam melakukan burden sharing karena memiliki kondisi yang berbeda dengan negara maju tersebut.
Baca juga: Paparkan langkah pemerintah, Sri Mulyani: Krisis kali ini beda sekali
“Kami melakukan secara hati-hati karena kami paham bahwa situasi yang dilakukan emerging market berbeda dengan kondisi negara yang sudah sangat maju seperti AS, Eropa, dan Jepang,” kata Sri Mulyani.
Ia mengatakan prinsip kehati-hatian tersebut dilakukan dalam rangka menjaga perekonomian secara keseluruhan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang terutama di situasi luar biasa saat ini.
“Kita tetap menjaga antara kondisi extraordinary yang membutuhkan langkah extraordinary dengan kehati-hatian dalam rangka menjaga keseluruhan kepentingan,” tegas Sri Mulyani.
Baca juga: Kemenkeu dan BI segera tanda tangani SKB terkait bagi beban
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020
Tags: