Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi IX DPR RI Saleh Partaonan Daulay menginginkan agar inovasi yang dikeluarkan Kementerian Pertanian terkait kalung antivirus corona harus dikaji lebih mendalam dengan melibatkan berbagai lembaga riset.
"Temuan itu masih perlu didalami lagi. Kementan harus melibatkan lembaga riset lain," kata Saleh Partaonan Daulay dalam siaran pers di Jakarta, Senin.
Menurut Saleh, banyak orang yang belum yakin atas temuan tersebut yang mengindikasikan bahwa belum tepat bila harus diproduksi massal.
Politisi Fraksi PAN itu menyatakan sudah melihat contoh produknya dan ada yang berbentuk baik roll on maupun balsem.
"Modelnya seperti obat gosok. Kalau digosokkan ke leher atau kulit, rasanya sedikit panas. Baunya seperti minyak kayu putih. Kalau benar, ini bisa menjadi temuan besar. Sebaliknya jika tidak benar, takutnya nanti kita diolok-olok orang. Makanya, sekali lagi, sebelum produksi massal, pastikan dan uji kembali. Libatkan sebanyak mungkin para ahli. Terutama mereka yang nyata-nyata masih meragukan," ujarnya.
Sementara itu, Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PKS, Andi Akmal Pasluddin, menginginkan Kementerian Pertanian tetap lebih fokus kepada produksi pertanian sedangkan hasil litbang Kementan sebaiknya diperkuat dulu secara internal.
Hal itu, ujar politisi Fraksi PKS, karena bila produk itu mau diproduksi besar-besaran diyakini akan menimbulkan pertanyaan dari berbagai pihak mengenai semua sisi terkait hasil penelitian tersebut.
Selain itu, ia juga mengingatkan bahwa anggaran untuk rencana produksi massal kalung tersebut dinilainya juga akan dipertanyakan berbagai pihak.
"Saya lebih menyarankan agar Kementan berfokus pada kerjaan utama nya yang mampu memproduksi pangan sehingga impor tidak terjadi. Kalau ini silakan dipublikasi besar-besaran. Jangan mencoba jadi pahlawan di tempat yang salah meskipun ini waktu yang cocok muncul pahlawan di masa pandemi COVID-19," katanya.
Sebelumnya, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian membeberkan sejumlah keunggulan antivirus berbahan tanaman eucalyptus untuk menepis banyaknya keraguan di masyarakat terhadap produk inovasi lembaga tersebut.
Kepala Balitbangtan Fadjri Djufry mengatakan, hingga saat ini, banyak negara yang berlomba-lomba menemukan antivirus corona, begitupun di Indonesia.
Pemerintah melalui Kementerian dan Lembaga (K/L), tambahnya, terus mencoba mencari cara dan menemukan obat untuk mencegah serta menangani virus corona (COVID-19) yang masih mewabah di Indonesia.
"Ini bukan obat oral, ini bukan vaksin, tapi kita sudah lakukan uji efektivitas, secara laboratorium secara ilmiah kita bisa buktikan," katanya melalui keterangan tertulis.
Menurut dia, paling tidak mengembangan antivirus dari eucalyptus tersebut bagian dari upaya Balitbangtan untuk mendukung penanganan pandemi virus corona atau COVID-19 di Tanah Air.
"Para peneliti di Balitbangtan ini juga bagian dari anak bangsa, mereka berupaya keras menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk bangsanya, semoga hal ini mampu menjadi penemuan baik yang berguna bagi kita semua," ujarnya.
Baca juga: Akademisi UGM dukung inovasi kalung antivirus Eucalyptus
Baca juga: Antivirus eucalyptus untuk corona diproduksi massal oleh swasta
Anggota DPR ingin kalung antivirus corona dikaji lebih mendalam
6 Juli 2020 19:31 WIB
Produk antivirus corona berbahan tanaman eucalyptus hasil inovasi Badan Litbang Pertanian (Antara/Badan Litbang Pertanian)
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020
Tags: