London (ANTARA News/AFP) - Harga minyak turun pada Senin di tengah aksi ambil untung dan karena gencatan senjata di Nigeria, dimana produksi minyak mentah telah dirusak oleh serangan militan dalam beberapa tahun terakhir, kata para analis.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Desember, menyusut 1,30 dolar menjadi 79,20 dolar per barel.

Minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Desember jatuh 1,17 dolar menjadi 77,75 dolar pada perdagangan sore hari di London.

"Harga minyak mentah lebih rendah (pada hari Senin) setelah grup terkemuka militan Nigeria mengumumkan gencatan senjata yang tidak terbatas yang berlaku sejak tengah malam kemarin," tulis analis pada broker Sucden, dalam catatan risetnya.

"Kelompok militan telah disalahkan mengurangi produksi minyak Nigeria secara signifikan dari kapasitas penuh."

Kelompok bersenjata utama Nigeria di daerah kaya minyak Delta Niger menyatakan pada Minggu sebuah "gencatan senjata tak terbatas" untuk mendorong dialog dengan pemerintah tetapi otoritas Abuja menolak tim mediasi pejuang .

Gerakan untuk Kemerdekaan Delta Niger (MEND) mengatakan pihaknya membuat keputusan itu setelah pemerintah "menyatakan kesiapan untuk terlibat dalam dialog yang bermakna dan serius dengan setiap kelompok atau individu untuk mencapai suatu perdamaian abadi di Delta Niger."

Serangan MEND terhadap industri minyak Nigeria telah membantu memainkan malapetaka harga minyak di pasar dunia dan mengiris produksi negara itu sepertiga sejak 2006. Nigeria adalah produsen minyak terbesar kedelapan dunia.

Sebuah tuntutan utama dari MEND adalah bahwa masyarakat setempat harus mendapat manfaat dari kekayaan minyak kawasan.

Analis konsultan JBC Energi di Wina mengatakan bahwa gencatan senjata Nigeria "berita positif".

"Pengumuman Minggu lalu oleh pemerintah Nigeria bahwa pihaknya bersedia memberikan 10 persen dari kekayaan minyak negara dengan penduduk Delta Niger tampaknya akan dibayar dividen, dengan kelompok militan utama Nigeria MEND mengumumkan ... itu adalah untuk memulihkan gencatan senjata sebelumnya untuk terlibat dalam pembicaraan dengan pemerintah," kata analis JBC.

"Namun, situasi keamanan di Irak tampak semakin tidak menentu

menyusul dua pemboman pada akhir pekan," catat mereka.

"Ini lagi menempatkan pertanyaan berapa banyak negara akan dapat meningkatkan produksi minyak dalam beberapa tahun mendatang."

Pasukan keamanan Irak berada di siaga tinggi pada Senin, sehari setelah bom mobil bunuh diri kembar yang dipersalahkan pada Al-Qaeda membunuh sekitar 100 orang dan menghancurkan kantor-kantor pemerintah di Baghdad.

Dalam transaksi sebelumnya pada Senin, minyak mentah New York telah melambung tinggi sempat 81,58 dolar, setelah dolar terpukul ke terendah baru 14-bulan rendah terhadap euro.

Mata uang tunggal Eropa melambung ke 1,5064 dolar di perdagangan Asia, mencapai tingkat terkuat sejak 11 Agustus 2008, pada tanda-tanda bahwa China mungkin meningkatkan kepemilikan mata uang Eropa.

Rabu lalu, minyak mentah New York melonjak menjadi 82 dolar per barel, mencapai tingkat terakhir terlihat 14 Oktober 2008, didukung tergulingnya greenback.

Unit AS yang kesulitan cenderung mendorong permintaan minyak yang dihargakan dalam dolar, yang menjadi lebih murah bagi pembeli asing yang memegang mata uang kuat.
(*)