Manado (ANTARA News) - Pemadaman listrik yang dilakukan Perusahaan Listrik Negara (PLN) di Manado, Provinsi Sulawesi Utara kian parah, karena frekuensi pemadaman makin sering, berulang-ulang dan terjadi pada waktu yang lama.

"Pemadaman yang terjadi cukup lama sekitar empat jam, bahkan dalam sehari terjadi dua hingga tiga kali pemadaman," kata warga Kelurahan Bumi Beringin, Anto di Manado, Senin.

Pada Sabtu (24/10) terjadi pemadaman listrik dari pagi hingga malam hari atau 12 jam lebih. Minggu (25/10) terjadi pemadaman mulai sore hingga dini hari.

Anto mengatakan hampir setiap hari terjadi pemadaman listrik di wilayahnya.

Menurut Anto, sering terjadinya pemadaman tersebut telah mengganggu aktifitas warga terutama pada malam hari.

"Diharapkan pemerintah segera mengambil langkah supaya pemadaman seperti ini tidak terjadi lagi," katanya.

Keluhan senada disampaikan warga Perum Bumi Kilu Permai, Paniki Satu, Kecamatan Mapanget, Kurniawati. "Kalau listrik padam pada malam hari, anak menjadi rewel dan minta di-kipas-kipas terus saat tidur," katanya.

Dia mengatakan akibat pemadaman sejumlah ATM yang ada di pusat perbelanjaan menjadi tidak berfungsi dan perlu menunggu waktu lama untuk aktif kembali saat menggunakan genset.

"ATM yang tidak berfungsi tersebut seperti ATM BNI di Jumbo Super Market, Jalan Sam Ratulangi dan ATM BNI di pertigaan Toko Paniki Jaya, Mapanget," katanya.

General Manager PT PLN Wilayah VII Sulut, Sulawesi Tengah dan Gorontalo (Sulutenggo), Dadang Kurniadipoera, mengatakan terjadinya pemadaman listrik tersebut karena sejumlah pembangkit listrik di daerah itu mengalami gangguan sehingga tidak dapat beroperasi optimal.

Seperti Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lahendong I, Lahendong II dan Lahendong III yang berkapsitas 50 Megawatt (MW) mengalami gangguan tehnis.

Akibat gangguan mesin di PLTP itu, ketersediaan tenaga listrik berkurang karena tidak beroperasi optimal.

Beberapa langkah telah dilakukan untuk memperbaiki kerusakan tersebut, serta mendatangkan peralatan dari luar daerah.

"Diharapkan dalam waktu tiga hari kedepan pembangkit tersebut sudah dapat beroperasi maksimal," katanya.

Selain PLTP Lahendong, Dadang mengatakan, terdapat juga pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Tonsea Lama, PLTA Tanggari I dan PLTA Tanggari II dengan total kapasitas 42 MW tidak beroperasi maksimal.

Kondisi ini akibat dari musim panas cukup panjang yang terjadi di daerah itu sehingga berpengaruh terhadap debit air Danau Tondano.

Ketinggian di pintu air Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano saat ini hanya sekitar 195 centi meter (cm), padahal dalam kondisi normal untuk mengoperasikan ketiga PLTA itu harus 240 cm.

"Dengan berkurangnya debit air itu, kapasitas PLTA Tanggari I, PLTA Tanggari II dan PLTA Tonsea Lama hanya sekitar 16,5 MW dari sebenarnya 42 MW," katanya.

Dia mengatakan ketersediaan listrik di Sulut dari sejumlah pembangkit listrik di daerah itu mencapai sekitar 175 MW sementara kebutuhan listrik pada beban puncak sekitar 150-154 MW.

Adanya gangguan pada PLTP Lahendong I, Lahendong II dan Lahendong III serta PLTA Tonsea Lama, PLTA Tanggari I, PLTA Tangari II maka ketersediaan listrik berkurang signfikan sehingga mempengaruhi pendistribusian listrik ke pelanggan.(*)