Palembang (ANTARA) - Aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indoensia (Walhi) Sumatera Selatan mengingatkan kepada semua pihak dan lapisan masyarakat di provinsi setempat untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan pada musim kemarau 2020.

"Sejumlah kabupaten di wilayah provinsi ini dalam dua bulan terakhir mulai terdeteksi ratusan titik panas (hotspot) yang berpotensi menimbulkan kebakaran hutan dan lahan," kata Direktur Eksekutif Walhi Sumsel, M Hairul Sobri di Palembang, Minggu.

Titik panas yang terdeteksi melalui satelit Aqua, Landsat-8, dan NOAA itu perlu diwaspadai oleh masyarakat serta pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan pemerintah daerah di masing-masing kabupaten rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Baca juga: Kebakaran lahan gambut di Aceh Barat belum padam

Berdasarkan prediksi BMKG musim kemarau mulai terjadi pada Juli 2020 dan puncaknya terjadi pada Agustus dan September.

Untuk mencegah terjadinya masalah bencana kabut asap dampak karhutla pada puncak kemarau tahun ini, langkah-langkah penanggulangannya sudah harus dipersiapkan sejak dini.

"Jangan sampai terlena dengan kondisi pandemi COVID-19, semua perhatian dicurahkan untuk penanganan wabah virus corona, padahal bencana kabut asap tidak kalah bahayanya dengan virus karena dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan masyarakat bahkan juga bisa menyebabkan kematian," ujarnya.

Sementara sebelumnya Kepala BPBD Sumsel Iriansyah mengatakan pihaknya mengerahkan seluruh kekuatan untuk mencegah dan mengatasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang dapat menimbulkan bencana kabut asap pada musim kemarau 2020 ini.

Baca juga: Perusahaan di Kaltim gunakan drone pantau titik api karhutla

Petugas gabungan siaga karhutla yang jumlahnya lebih dari 8.000 personel akan dikerahkan secara maksimal di kabupaten yang rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Menghadapi musim kemarau yang puncaknya diprediksi pada Agustus atau September 2020, pihaknya sejak dua bulan terakhir telah melakukan berbagai tindakan antisipasi sehingga dapat diminimalkan terjadinya karhutla.

Selain mengerahkan petugas untuk melakukan operasi darat pemadaman karhutla, pihaknya juga berupaya mengoptimalkan empat helikopter untuk melakukan operasi udara, terutama pada lokasi kebakaran yang sulit dijangkau.

"Kami berupaya meningkatkan operasi darat dan udara untuk mengatasi karhutla pada 10 kabupaten dan kota yang memiliki potensi terjadinya kebakaran yakni Kota Palembang, Kabupaten Banyuasin, Musi Banyuasin, Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, Muara Enim, OKU Timur, Lahat, Musi Rawas dan Kabupaten Musirawas Utara," ujarnya.

Baca juga: Delapan hektare lahan gambut terbakar di Bengkalis Riau
Baca juga: Walhi Sumsel minta perusahaan pemegang HGU cegah kebakaran
Baca juga: Walhi Sumsel: Bencana banjir sejumlah kabupaten dampak eksploitasi SDA