Indonesia jajaki kolaborasi riset COVID-19 dengan Costa Rica
4 Juli 2020 14:26 WIB
Ilustrasi - Pedagang Pasar Pramuka memperlihatkan kardus kemasan obat Dexamethasone, Kamis (18/6/2020), yang dipercaya sebagian konsumen ampuh mengobati COVID-19. (ANTARA/Andi Firdaus)
Jakarta (ANTARA) - Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 yang dibentuk Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek) menjajaki kolaborasi riset terapi pengobatan COVID-19 dengan Instituto Clodomiro Picado (ICP) Costa Rica.
"Melalui program Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19, kami juga membuka peluang bagi luar negeri untuk menjadi mitra strategis, karena program ini memprioritaskan transfer teknologi antar negara untuk mendukung program riset dan inovasi selama masa pandemi COVID-19," kata Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Ali Ghufron Mukti dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA, Jakarta, Sabtu.
Hal itu disampaikan Ghufron pada acara diskusi virtual Discussion on COVID-19 Therapeutic Treatment Model Development in Costa Rica yang diselenggarakan Kemristek bersama Kementerian Luar Negeri.
Dalam diskusi virtual bersama Kedutaan Besar Costa Rica dan Instituto Clodomiro Picado (ICP) itu, Ghufron mengatakan salah satu program dari konsorsium selain melaksanakan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan menghadapi COVID-19 juga membuka peluang kerja sama dengan berbagai pihak di luar negeri.
Baca juga: Obat HIV ternyata tak ada khasiatnya bagi pasien COVID-19
Baca juga: Hidroksiklorokuin-deksametason obat keras, masyarakat dilarang gunakan
Melalui kerja sama tersebut, diharapkan mampu mempercepat riset dalam penanganan COVID-19 serta membuka lebih banyak peluang bagi luar negeri untuk menjadi mitra strategis program riset dan inovasi COVID-19.
"Hubungan bilateral antara Republik Indonesia dan Costa Rica memiliki potensi besar yang dapat kita manfaatkan untuk bergabung di bidang riset dan pengembangan untuk memerangi pandemi yang sedang berlangsung," tuturnya.
Pada kesempatan itu, Duta Besar Costa Rica di Jakarta HE Esteban Quirós Salazar menyampaikan pentingnya kolaborasi untuk saling mendukung dalam masa pandemi ini.
Dia menuturkan keterbukaan dan saling berbagi informasi meningkatkan keberhasilan dalam riset bilateral terkait COVID-19 serta membuka peluang kerja sama di berbagai bidang ke depannya.
"Hal ini merupakan kesempatan yang sangat bagus, apalagi di momen yang dunia alami saat ini. Kolaborasi dan kerja sama riset sangat penting, sebab keberhasilan riset di suatu negara akan menjadi lebih baik jika saling berbagi informasi yang dimiliki. Tidak ada keraguan, saya yakin kita bisa bekerja sama dengan baik, selain mewujudkan kerja sama di bidang lain ke depannya," ujar Esteban.
Direktur Instituto Clodomiro Picado (ICP) Costa Rica, Alberto Alape Girón, mengatakan pihaknya saat ini sedang mengembangkan antiserum COVID-19 dari plasma darah pasien.
Pihaknya juga selama puluhan tahun melakukan riset dan pengembangan anti racun ular dan saat ini berupaya berperan aktif dalam riset terkait COVID-19.
Instituto Clodomiro Picado (ICP) sudah berdiri selama 50 tahun, dan program penelitian di institusi itu intensif mengenai ular dan racunnya untuk memproduksi anti racun ular, serta memiliki infrastruktur dan peralatan yang memadai terkait penelitian tentang antibodi.
"Beberapa bulan terakhir kami sedang meneliti untuk mengembangkan antibodi melalui metode plasma convalescent dari pasien COVID-19," ujar Alberto.
Pada akhir Mei 2020, Indonesia menyatakan dukungannya terhadap prakarsa Solidarity Call to Action yang diusulkan oleh pemerintah Costa Rica kepada Badan Kesehatan Dunia (WHO).*
Baca juga: Balitbangtan sebut 50 tanaman berpotensi sebagai antivirus
Baca juga: Perusahaan AS akan produksi remdevisir untuk 2 juta pasien COVID-19
"Melalui program Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19, kami juga membuka peluang bagi luar negeri untuk menjadi mitra strategis, karena program ini memprioritaskan transfer teknologi antar negara untuk mendukung program riset dan inovasi selama masa pandemi COVID-19," kata Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Ali Ghufron Mukti dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA, Jakarta, Sabtu.
Hal itu disampaikan Ghufron pada acara diskusi virtual Discussion on COVID-19 Therapeutic Treatment Model Development in Costa Rica yang diselenggarakan Kemristek bersama Kementerian Luar Negeri.
Dalam diskusi virtual bersama Kedutaan Besar Costa Rica dan Instituto Clodomiro Picado (ICP) itu, Ghufron mengatakan salah satu program dari konsorsium selain melaksanakan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan menghadapi COVID-19 juga membuka peluang kerja sama dengan berbagai pihak di luar negeri.
Baca juga: Obat HIV ternyata tak ada khasiatnya bagi pasien COVID-19
Baca juga: Hidroksiklorokuin-deksametason obat keras, masyarakat dilarang gunakan
Melalui kerja sama tersebut, diharapkan mampu mempercepat riset dalam penanganan COVID-19 serta membuka lebih banyak peluang bagi luar negeri untuk menjadi mitra strategis program riset dan inovasi COVID-19.
"Hubungan bilateral antara Republik Indonesia dan Costa Rica memiliki potensi besar yang dapat kita manfaatkan untuk bergabung di bidang riset dan pengembangan untuk memerangi pandemi yang sedang berlangsung," tuturnya.
Pada kesempatan itu, Duta Besar Costa Rica di Jakarta HE Esteban Quirós Salazar menyampaikan pentingnya kolaborasi untuk saling mendukung dalam masa pandemi ini.
Dia menuturkan keterbukaan dan saling berbagi informasi meningkatkan keberhasilan dalam riset bilateral terkait COVID-19 serta membuka peluang kerja sama di berbagai bidang ke depannya.
"Hal ini merupakan kesempatan yang sangat bagus, apalagi di momen yang dunia alami saat ini. Kolaborasi dan kerja sama riset sangat penting, sebab keberhasilan riset di suatu negara akan menjadi lebih baik jika saling berbagi informasi yang dimiliki. Tidak ada keraguan, saya yakin kita bisa bekerja sama dengan baik, selain mewujudkan kerja sama di bidang lain ke depannya," ujar Esteban.
Direktur Instituto Clodomiro Picado (ICP) Costa Rica, Alberto Alape Girón, mengatakan pihaknya saat ini sedang mengembangkan antiserum COVID-19 dari plasma darah pasien.
Pihaknya juga selama puluhan tahun melakukan riset dan pengembangan anti racun ular dan saat ini berupaya berperan aktif dalam riset terkait COVID-19.
Instituto Clodomiro Picado (ICP) sudah berdiri selama 50 tahun, dan program penelitian di institusi itu intensif mengenai ular dan racunnya untuk memproduksi anti racun ular, serta memiliki infrastruktur dan peralatan yang memadai terkait penelitian tentang antibodi.
"Beberapa bulan terakhir kami sedang meneliti untuk mengembangkan antibodi melalui metode plasma convalescent dari pasien COVID-19," ujar Alberto.
Pada akhir Mei 2020, Indonesia menyatakan dukungannya terhadap prakarsa Solidarity Call to Action yang diusulkan oleh pemerintah Costa Rica kepada Badan Kesehatan Dunia (WHO).*
Baca juga: Balitbangtan sebut 50 tanaman berpotensi sebagai antivirus
Baca juga: Perusahaan AS akan produksi remdevisir untuk 2 juta pasien COVID-19
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020
Tags: