Bogor (ANTARA News) - Jatah pos kementerian pertanian, tampaknya menjadi "tradisi" yang belum lepas dimandatkan kepada Institut Pertanian Bogor (IPB). Setidaknya, dalam tiga masa pemerintahan terakhir, jabatan menteri pertanian (Mentan), selalu diamanahkan kepada orang IPB.

Pada era pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, jabatan Mentan disandang oleh Prof Bungaran Saragih, guru besar IPB. Kemudian, pada era kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Kabinet Indonesia Bersatu I 2004-2009, jabatan itu diberikan kepada Dr Anton Apriyantono, juga pengajar di IPB.

Kini, pada masa bakti lima tahun kedua sekaligus terakhir SBY --yang kembali terpilih menjadi Presiden RI 2009-2014-- jabatan Mentan dipercayakan kepada Ir Suswono, MMA, lulusan IPB yang juga pernah mengajar di almamaternya itu, dan lima tahun terakhir menjadi anggota DPR-RI dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Politisi yang menjabat juga salah satu pendiri Partai Keadilan (PK) tahun 1998, dan PKS tahun 2002 itu, selama di Senayan (2005-2009) duduk sebagai Wakil Ketua Komisi IV DPR RI yang membidangi masalah pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, kelautan, dan pangan.

Lulus Program S1 Sosial Ekonomi Peternakan IPB (1984), pria kelahiran Tegal, Jawa Tengah (Jateng) 20 April 1959 itu, melanjutkan Program S2 Magister Manajemen Agribisnis IPB (2004), dan kini sedang dalam proses menyelesaikan Program S3 Doktor Manajemen Bisnis IPB (kandidat doktor), sosok Suswono tak lepas dari masalah pertanian.

"Saya telah merumuskan konsep pemikiran sebagai visi pertanian lima tahun ke depan yaitu `Pertanian Industrial Unggul Berkelanjutan yang Berbasis Sumberdaya Lokal untuk Meningkatkan Nilai Tambah, Daya Saing Ekspor dan Kesejahteraan Petani`," katanya saat menyampaikan obsesinya dalam perbincangan dengan ANTARA di kediamannya, Jalan Munggaran No. 8 Kelurahan Kedung Waringin, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat (Jabar).

Visi itu, katanya, adalah menyelaraskan harapan Presiden SBY saat memanggil dirinya di Cikeas dalam "audisi" calon menteri, di mana SBY berharap Departemen Pertanian (Deptan) mampu mewujudkan kemandirian pangan dengan meningkatkan produksi beras dan kesejahteraan petani.

Ketika dipanggil Presiden selama 15 menit, ia mengaku mendapatkan sejumlah paparan berisi harapan dan target SBY terhadap Deptan lima tahun ke depan.

Ia mencatat ada 10 butir harapan SBY yang disampaikan. "Pak SBY berharap Deptan mampu mewujudkan kemandirian pangan nasional," kata Ketua HMI Cabang Bogor (1982 - 1983) itu.

Setiap daerah mempunyai keunggulan masing-masing. Keunggulan tersebut diharapkan dapat mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Di samping itu, Deptan juga diharapkan dapat mempertahankan swasembada beras nasional. Caranya yakni dengan meningkatkan prodiksi beras.

Saat ini rata-rata produksi beras dalam negeri 5 ton per hektare. Ke depan diharapkan setiap hektare mampu menghasilkan sedikitnya 10 ton.

Suswono yang tercatat sebagai dosen Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor 1984-2004 mengutarakan, SBY juga berharap Deptan dapat memperbaiki infrastruktur pertanian, agar sektor ini dapat terus menggeliat serta menjadi pelaku utama pembangunan nasional.

Berikutnya, Deptan diharapkan mampu meningkatkan nilai tukar petani, agar kesejahteraan petani mengalami peningkatan.

Selanjutnya, Deptan diminta untuk membuat kebijakan yang melindungi petani dengan cara mewujudkan subsidi untuk pelaku usaha pertanian.

"Presiden juga berharap agar ekspor dan impor tidak merugikan petani," katanya.

Lemahnya produksi peternakan nasional juga mendapatkan perhatian khusus dari SBY. "Produksi peternakan harus digenjot," katanya.

Yudhoyono juga mengharapkan agar Deptan mampu meningkatkan kerja sama dengan negara-negara sahabat atas dasar saling menguntungkan. Harapan terakhir SBY terhadap Deptan yaitu terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik.


Melanjutkan Dan Mengevaluasi

Untuk menjawab harapan yang tinggi dan mewujudkan misi besar Presiden Yudhoyono dalam mewujudkan kemandirian pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani, Suswono melontarkan sejumlah pemikirannya bagi revitalisasi pertanian ke depan.

Pada prinsipnya ia akan melanjutkan keberhasilan program-program yang telah dilaksanakan pendahulunya, Anton Apriyantono.

Namun, selaras dengan itu, dirinya juga akan mengevaluasi berbagai kendala yang dihadapi dan program yang masih lemah implementasi untuk dilakukan perbaikan.

Dalam kaitan itu, ia menegaskan sekali lagi rumusan konsep pemikiran sebagai visi pertanian lima tahun ke depan yaitu

"Pertanian Industrial Unggul Berkelanjutan yang Berbasis Sumberdaya Lokal untuk Meningkatkan Nilai Tambah, Daya Saing Ekspor dan Kesejahteraan Petani"

Melalui misi tersebut, anak pasangan H Asyraf (pensiunan PNS) dan Hj Suratni itu bertekad dapat menjadikan pertanian lebih menggeliat lagi.

"Pertanian diharapkan tidak hanya menjadi tulang punggung kehidupan bagi warga yang menggantungkan hidup secara langsung dari sektor ini saja, namun juga diharapkan menjadi salah satu sumber devisa negara," kata bapak empat anak itu.

Ia mencontohkan, bersama Malaysia, Indonesia menguasai sekitar 80 persen pasar dunia minyak sawit sehingga faktor ini diharapkan dapat meningkatkan devisa negara.

"Saya akan bekerja keras untuk mewujudkan misi tersebut," kata anggota DPR RI terpilih PKS periode 2009-2014 tersebut.

Karena itu, lanjut dia, meski berangkat dari partai politik, ia akan menanggalkan atribut partai dengan bekerja secara profesional.

Sebagai sektor penyumbang tenaga kerja terbesar dibandingkan sektor-sektor lainnya, menurut dia, pembangunan pertanian mesti dibangun sungguh-sungguh.

"Sektor pertanian menjadi penyedia bagi 41 juta pekerja yang terlibat secara langsung. Sektor ini menjadi tumpuan bagi separuh tenaga kerja secara nasional," katanya.

Bila dihitung berdasarkan kepala keluarga (KK), jumlah yang terlibat secara langsung di sektor pertanian mencapai 23 juta KK. "Dan bila setiap KK memiliki lima orang anggota, maka total sebanyak 115 juta jiwa yang menggantungkan hidup dari sektor pertanian," katanya.

Tingginya populasi penduduk yang menggantungkan hidup dari sektor pertanian, menjadikan sektor ini sangat strategis dalam konteks pengelolaan kebijakan negara.

Karena itu, Suswono bertekad bekerja keras untuk melindungi nasib 115 juta jiwa penduduk yang menggantungkan hidup dari sektor ini dan nasib rakyat Indonesia pada umumnya dengan menjadikan pertanian sebagai sektor primadona dan tumpuan utama pembangunan nasional.


Penggemar Sayur Asem

Dalam penilaian orang terdekatnya, Suswono dikenal sebagai sosok yang sederhana. Penggemar sayur asem itu, saat pulang kampung, selalu dibuatkan makanan kesukaannya itu.

"Kakak saya, Suswono, memang salah satu penggemar sayur asem, bila pulang ke Slawi minta dibuatkan sayur asam," kata adik kandung Suswono, Siti Arumsih, di Tegal, Selasa (20/10).

Soal makanan, kata Siti yang tinggal di RT02/RWIV, Desa Kalisapu, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal itu, Suswono bukanlah orang yang pilih-pilih. Sebagian besar makanan kesukaannya adalah makanan sederhana.

Berdasarkan cerita beberapa teman dekatnya, Suswono memang dikenal memiliki kecerdasan yang lebih baik ketimbang mereka.

Suswono pernah aktif di sejumlah organisasi seperti menjabat sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bogor, Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Peternakan IPB, Pengurus Pelajar Islam Indonesia (PII) Daerah Tegal, dan Ketua PII Komisariat Slawi.

Asisten pribadi Suswono dan pengelola Kantor Perwakilan Pusat Informasi dan Pengaduan (PIP) Slawi, Aji Kurnia Darmawan, mengaku, mengenal Suswono sebagai pribadi yang layak dicontoh masyarakat.

"Sosok Suswono merupakan sosok pekerja keras, disiplin, dan memberikan perhatian kepada sesama," katanya.

Ikhwal sosok pekerja keras itu, dikuatkan oleh Hj Mieke Wahyuni, sang istri.

"Sejak muda, bapak sudah terbiasa dengan kesibukan dan mobilitas tinggi. Sebagai seorang isteri saya selalu mendukung penuh langkah suami. Sebagai bentuk dukungan penuh, berbagai urusan keluarga di rumah, semua saya pegang kendali," katanya.

Menurut Mieke, sejak duduk di bangku SMA di Kabupaten Tegal, Jateng, Suswono telah aktif di organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) dan saat kuliah di Fakultas Peternakan IPB, suaminya itu aktif di HMI.

Saat sudah berkeluarga, hobi berorganisasi Suswono tidak lantas padam, namun semakin meningkat. Hal tersebut ditunjukkannya dengan menjadi bagian penting dari sejarah lahirnya PK dan kemudian PKS.

Mieke Wahyuni mengatakan, setiap kali sang suami mengalami promosi jabatan, ia tidak terlalu kaget. Misalnya pada tahun 2004 lalu saat suaminya terpilih sebagai anggota DPR, dan kemudian salah satu pimpinan di Komisi IV, ia dan keluarganya menyikapinya biasa-biasa saja.

Hal sama juga dilakukannya saat dipilih Presiden SBY sebagai anggota Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid II.

Ia bahkan mengingatkan suaminya agar tidak banyak berubah seandainya dipilih presiden menjadi Menteri Pertanian. "Jabatan sifatnya amanah dan sementara, karena itu harus hati-hati mengemban amanah tersebut," katanya.

Ketua DPRD Kabupaten Tegal, Rojikin A.H. mengharapkan, Suswono melaksanakan berbagai program pemerintah untuk kepentingan seluruh masyarakat dan bukan kepentingan partai.

"Kalau menjadi menteri diharapkan melaksanakan program pemerintah sepenuhnya dan bukan untuk kepentingan partai. Bidang pertanian menjadi sektor yang harus diperhatikan, termasuk di Tegal," katanya.(*)