New York (ANTARA) - Harga minyak naik lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), didorong penurunan persediaan minyak mentah AS dari rekor tertinggi dan serangkaian data manufaktur positif, tetapi lonjakan kasus virus corona membatasi kenaikan.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September naik 76 sen atau 1,8 persen, menjadi ditutup pada 42,03 dolar per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus naik 55 sen atau 1,4 persen menjadi menetap pada 39,82 dolar AS per barel.

Persediaan minyak mentah AS berkurang lebih besar dari yang diperkirakan, turun 7,2 juta barel pekan lalu, setelah mencapai tertinggi sepanjang masa selama tiga minggu berturut-turut, data Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan. Para analis memperkirakan penurunan 710.000 barel.

"Impor dari Saudi jatuh hingga mencapai jumlah kecil dan saya pikir penurunan (stok) ini akan menjadi yang pertama dalam serangkaian penurunan," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures di Chicago.

Sebagian besar penurunan juga dikaitkan dengan kilang-kilang yang meningkatkan produksi mereka setelah mengurangi operasi selama musim semi ini karena pandemi, sehingga tingkat pemanfaatan kilang naik 0,9 poin persentase menjadi 75,5 persen, tertinggi sejak awal April.

Peningkatan kegiatan ekonomi global juga mendukung harga minyak. Aktivitas manufaktur AS rebound pada Juni, mencapai level tertinggi dalam lebih dari setahun ketika ekonomi yang lebih luas dibuka kembali.

Di China, aktivitas pabrik tumbuh pada laju yang lebih cepat pada Juni, sebuah survei bisnis swasta menunjukkan. Sektor manufaktur Jerman mengalami kontraksi pada laju yang lebih lambat pada Juni, sementara aktivitas pabrik Prancis rebound ke dalam pertumbuhan.

Dalam tanda bahwa permintaan bahan bakar mulai pulih, puluhan juta barel minyak mentah dan produk minyak yang disimpan di tanker di laut akibat krisis virus corona sedang dijual, kata sumber perusahaan pengiriman.

Namun, investor berhati-hati setelah lonjakan infeksi di Amerika Serikat dan peringatan dari pakar penyakit menular top pemerintah AS bahwa jumlahnya dapat segera berlipat ganda.

Menyusul kesepakatan untuk membatasi pasokan, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memproduksi rata-rata 22,62 juta barel per hari (bph) pada Juni, survei Reuters menemukan, turun 1,92 juta barel per hari dari angka direvisi pada Mei.

Baca juga: Minyak turun ketika kasus corona meningkat dan produksi Libya bangkit
Baca juga: Harga minyak naik, namun dibayangi kenaikan kasus baru Corona di AS