Tokyo (ANTARA News/AFP) - Maskapai penerbangan Japan Airlines (JAL) yag mengalami masalah diperkirakan mengalami kerugian operasional sekitar 200 miliar yen (2,2 miliar dolar) pada tahun anggaran sampai Maret mendatang, menurut laporan Kyodo News, Senin.

Jumlah itu jauh lebih kecil dari pada kerugian yang diperkirakan mencapai 59 miliar dolar pada Agustus lalu, kata Kyodo mengutip "sumber yang dekat dengan masalah itu".

Dalam rangka untuk meningkatkan keuangan, operator penerbangan terbesar Asia itu mempertimbangkan untuk menjual anak perusahaannya, JAL Hotels Co., yang menjalankan sekitar 60 hotel di seluruh dunia dan menutup 27 bisnis yang berbasis di seluruh dunia, menurut laporan itu.

Bisnis yang ditutup itu terdiri dari empat unit bisnis di Jepang dan 23 di luar negeri, termasuk yang berada di Hangzhou, China, dan Mexico City.

Kerugian operasional mengalami peningkatan karena kemerosotan ekonomi global dan peningkatan biaya restrukturisasi, kata laporan itu.

JAL, yang kehilangan lebih dari satu miliar dolar selama April-Juni, bulan lalu mengumumkan rencananya untuk mem-PHK 6.800 tenaga kerja, menurunkan secara drastis jalur penerbangan, dan menjalin kerja sama dengan maskapai asing.

Di bawah tekanan pemerintah, maskapai ini sekarang dilaporkan siap untuk memangkas 9.000 pekerjaan dan mengusir presidennya, Haruka Nishimatsu.(*)