Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan sejumlah perubahan proses bisnis dalam melakukan survei untuk mengumpulkan dan menghitung data-data mengenai perkembangan ekonomi terkini.

"Kendalanya hampir sama dengan yang dialami kantor statistik lainnya karena adanya PSBB," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu.

Suhariyanto mengatakan BPS mulai mengumpulkan informasi dari narasumber tidak lagi melalui wawancara langsung, tapi dengan menggunakan telepon, surat elektronik maupun media online lainnya.

"Tentunya pengumpulan data lewat wawancara langsung terkena kendala, karena walau ada protokol kesehatan, respondennya enggan untuk bertemu," katanya.

Baca juga: BPS: perlu langkah agar nilai tukar petani berada di titik impas

Ia menjelaskan metode ini sudah dilakukan BPS ketika mengumpulkan data untuk publikasi terkait tinjauan big data terhadap dampak COVID-19 dan survei sosial demografi dampak COVID-19.

Metode serupa juga akan dilakukan BPS untuk kelengkapan data sensus penduduk pada September 2020 yang sebelumnya sudah dilakukan secara daring.

"Untuk kelanjutan sensus nanti, kita meniadakan wawancara tatap muka, karena kita akan menitipkan kuisioner kepada RT, terutama bagi responden yang belum mengikuti online," ujarnya.

Suhariyanto mengakui pengumpulan data seperti ini karena lebih efisien dan tidak memakan biaya tinggi, apalagi BPS juga mengalami realokasi anggaran untuk biaya penanganan COVID-19.

"Kita juga melakukan sejumlah pelatihan melalui online yang menghasilkan efisiensi luar biasa," katanya.

Baca juga: BPS berharap pergeseran puncak panen raya tahan kontraksi ekonomi