"Indonesia Channel 2009" Tunjukkan Kekayaan Budaya Indonesia
19 Oktober 2009 07:58 WIB
Peserta menampilkan karya-karya seni budaya Indonesia dalam pergelaran Indonesia Channel 2009 di Pura Mangkunegaran, Solo, Jateng (18/10). (ANTARA/Andika Betha/*)
Solo (ANTARA News) - Pentas kesenian "Indonesia Channel 2009" yang dilakukan oleh 50 seniman asing dari 31 negara di Pamedan Puri Mangkunegaran, Kota Solo, Jawa Tengah, Minggu malam (18/10), menunjukkan kekayaan budaya Indonesia.
Sejumlah tarian, musik tradisional, hingga kesenian kontemporer yang merupakan kolaborasi dari kesenian-kesenian daerah di sejumlah daerah di Indonesia, disajikan dalam sebuah pertunjukan yang diselenggarakan Departemen Luar Negeri Republik Indonesia sebagai penutup program Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI) 2009.
Pertunjukkan dibuka oleh kolaborasi antara kesenian barongsai, Tari Sesinggaan khas Jawa Barat, dan Tari Sesaji khas Solo yang dilakukan sejumlah seniman Indonesia untuk menyambut kedatangan tamu undangan yang terdiri dari sejumlah perwakilan kedutaan besar negara-negara penerima BSBI.
Ribuan penonton yang memadati Pamedan Puri Mangkunegaran tersebut memberikan sambutan meriah saat 11 seniman asing, dari India, Azerbaijan, Fiji, Papua Nugini, Singapura, dan Belanda, yang belajar di Sanggar Seni Saung Angklung Udjo, Bandung, tampil di atas panggung memainkan kesenian musik angklung.
Paduan musik angklung dengan sejumlah alat musik perkusi tersebut berhasil membawa penonton untuk ikut bertepuk tangan dan bernyanyi mengikuti irama tiga lagu yang dimainkan, Indonesia Pusaka karya Ismail Marzuki, Black or White karya Michael Jackson, dan Lupa-lupa Ingat karya Kuburan Band.
Usai penampilan dari 11 seniman asing tersebut, tiga kelompok senimman asing lainnya yang belajar kesenian dan kebudayaan Indonesia di Solo, Yogyakarta, dan Denpasar, bergantian tampil di atas panggung.
Mereka menampilkan sejumlah kesenian tari dan musik dari tiga daerah tersebut, seperti tari Nawung Sekar dan tari Kuda-kuda dari Solo, Karawitan Bali, dan seni drama tari (sendratari) Sondokoro dari Yogyakarta.
Pada bagian lain dalam pertunjukan tersebut, empat kelompok seniman asing tersebut kembali menampilkan kesenian-kesenian Indonesia lainnya, seperti rampak kendang, karawitan Surakarta, tari Pendet dan Baris Gede dari Bali, tari Angguk Putri, dan pencak silat.
Sebanyak 50 seniman asing yang tampil secara berturut-turut terlihat lihai dalam mempertunjukkan kebolehan mereka.
Seorang seniman dari Fiji yang menjadi peserta dalam program BSBI 2009, Iliesa mengatakan, dalam pertunjukkan tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memiliki keragaman budaya yang merupakan kekayaan bangsa tersebut.
"Di setiap gerakan dan alunan musik memiliki arti dan filosofi tersendiri. Saya sangat menikmati kesenian-kesenian Indonesia yang saya praktekkan dalam pentas tersebut," kata dia.
"Usai program ini, saya juga akan mempraktekkan dan mengajarkan kebudayaan Indonesia yang saya pelajari. Satu hal yang menarik adalah adanya pusat-pusat kebudayaan di Indonesia sebagai tempat pembibitan dan pertunjukkan kesenian-kesenian setempat," kata dia.
Ilieasa mengatakan, hal tersebut yang tidak ada di negaranya, "Saya akan menyampaikan kepada Pemerintah Fiji untuk membangun pusat-pusat kebudayaan Fiji,".
Sementara itu, Menteri Luar Negeri RI, Hasan Wirajuda mengatakan, dia memberi apresiasi dan salut kepada 50 peserta program BSBI 2009, "Kebudayaan dan kesenian Indonesia yang mereka pelajari dapat mereka praktekkan secara lihai,".
"Saya yakin melalui kebudayaan seperti ini dapat menjadikan alat diplomasi yang bagus bagi Indonesia kepada negara-negara lain di dunia," kata Hasan yang pada kesempatan tersebut juga berpamitan usai masa jabatannya berakhir.
Selain itu, lanjut Hasan Wirajuda, seni dan budaya menjadi alat pemersatu bangsa yang sangat efektif, "Kesenian pada akhirnya memiliki bahasa yang global, dapat dipraktikkan dan dinikmati oleh semua bangsa,".
Pentas yang berakhir Minggu, sekitar pukul 23:00 WIB, tersebut diakhiri dengan kolaborasi seni dan budaya Indonesia oleh 50 peserta program BSBI 2009.
Selain 50 peserta BSBI 2009 tersebut, "Indonesia Channel 2009" juga menampilkan sejumlah seniman dan artis Indonesia, seperti Tia AFI dan Baim.(*)
Sejumlah tarian, musik tradisional, hingga kesenian kontemporer yang merupakan kolaborasi dari kesenian-kesenian daerah di sejumlah daerah di Indonesia, disajikan dalam sebuah pertunjukan yang diselenggarakan Departemen Luar Negeri Republik Indonesia sebagai penutup program Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI) 2009.
Pertunjukkan dibuka oleh kolaborasi antara kesenian barongsai, Tari Sesinggaan khas Jawa Barat, dan Tari Sesaji khas Solo yang dilakukan sejumlah seniman Indonesia untuk menyambut kedatangan tamu undangan yang terdiri dari sejumlah perwakilan kedutaan besar negara-negara penerima BSBI.
Ribuan penonton yang memadati Pamedan Puri Mangkunegaran tersebut memberikan sambutan meriah saat 11 seniman asing, dari India, Azerbaijan, Fiji, Papua Nugini, Singapura, dan Belanda, yang belajar di Sanggar Seni Saung Angklung Udjo, Bandung, tampil di atas panggung memainkan kesenian musik angklung.
Paduan musik angklung dengan sejumlah alat musik perkusi tersebut berhasil membawa penonton untuk ikut bertepuk tangan dan bernyanyi mengikuti irama tiga lagu yang dimainkan, Indonesia Pusaka karya Ismail Marzuki, Black or White karya Michael Jackson, dan Lupa-lupa Ingat karya Kuburan Band.
Usai penampilan dari 11 seniman asing tersebut, tiga kelompok senimman asing lainnya yang belajar kesenian dan kebudayaan Indonesia di Solo, Yogyakarta, dan Denpasar, bergantian tampil di atas panggung.
Mereka menampilkan sejumlah kesenian tari dan musik dari tiga daerah tersebut, seperti tari Nawung Sekar dan tari Kuda-kuda dari Solo, Karawitan Bali, dan seni drama tari (sendratari) Sondokoro dari Yogyakarta.
Pada bagian lain dalam pertunjukan tersebut, empat kelompok seniman asing tersebut kembali menampilkan kesenian-kesenian Indonesia lainnya, seperti rampak kendang, karawitan Surakarta, tari Pendet dan Baris Gede dari Bali, tari Angguk Putri, dan pencak silat.
Sebanyak 50 seniman asing yang tampil secara berturut-turut terlihat lihai dalam mempertunjukkan kebolehan mereka.
Seorang seniman dari Fiji yang menjadi peserta dalam program BSBI 2009, Iliesa mengatakan, dalam pertunjukkan tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memiliki keragaman budaya yang merupakan kekayaan bangsa tersebut.
"Di setiap gerakan dan alunan musik memiliki arti dan filosofi tersendiri. Saya sangat menikmati kesenian-kesenian Indonesia yang saya praktekkan dalam pentas tersebut," kata dia.
"Usai program ini, saya juga akan mempraktekkan dan mengajarkan kebudayaan Indonesia yang saya pelajari. Satu hal yang menarik adalah adanya pusat-pusat kebudayaan di Indonesia sebagai tempat pembibitan dan pertunjukkan kesenian-kesenian setempat," kata dia.
Ilieasa mengatakan, hal tersebut yang tidak ada di negaranya, "Saya akan menyampaikan kepada Pemerintah Fiji untuk membangun pusat-pusat kebudayaan Fiji,".
Sementara itu, Menteri Luar Negeri RI, Hasan Wirajuda mengatakan, dia memberi apresiasi dan salut kepada 50 peserta program BSBI 2009, "Kebudayaan dan kesenian Indonesia yang mereka pelajari dapat mereka praktekkan secara lihai,".
"Saya yakin melalui kebudayaan seperti ini dapat menjadikan alat diplomasi yang bagus bagi Indonesia kepada negara-negara lain di dunia," kata Hasan yang pada kesempatan tersebut juga berpamitan usai masa jabatannya berakhir.
Selain itu, lanjut Hasan Wirajuda, seni dan budaya menjadi alat pemersatu bangsa yang sangat efektif, "Kesenian pada akhirnya memiliki bahasa yang global, dapat dipraktikkan dan dinikmati oleh semua bangsa,".
Pentas yang berakhir Minggu, sekitar pukul 23:00 WIB, tersebut diakhiri dengan kolaborasi seni dan budaya Indonesia oleh 50 peserta program BSBI 2009.
Selain 50 peserta BSBI 2009 tersebut, "Indonesia Channel 2009" juga menampilkan sejumlah seniman dan artis Indonesia, seperti Tia AFI dan Baim.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009
Tags: